Senin, 28 November 2011

Seberat Apapun Beban Anda

"Jika Tuhan memberikan banyak sekali tugas yang harus dikerjakan di dunia ini, maka sebanyak itulah Tuhan akan memberikan kekuatan bagi Anda."

Sering kali kita mengeluh akan tugas yang begitu banyak yang harus kita tanggung. Kita juga mengeluh bahwa tugas yang sedemikian banyaknya itu sangat menyita waktu dan membuat diri kita tidak lagi bisa menjalani rutinitas dengan baik. Bahkan terkadang kita lepas dari rutinitas dan melalui segala sesuatu yang tak pasti. Perlu diingat kembali bahwa tugas yang kita lakukan adalah pemberian Tuhan Yang Maha Esa dimana itu merupakan sebuah amanah, sebuah tugas yang diberikan oleh Tuhan untuk kita jalankan sebaik-baiknya.
Yakinlah bahwa Tuhan takkan pernah meninggalkan Anda. Tuhan tidak seperti teman kita yang kadang meminjamkan mobil untuk mengantarkan publikasi, tapi mobilnya tidak ada bensinnya. Tuhan selalu memberikan kita mobil lengkap dengan bensinnya. Artinya, ketika Tuhan memberikan tugas yang sedemikian banyaknya kepada kita, Tuhan memberikan pula kekuatan serta tenaga yang sama besarnya sesuai dengan porsi kita untuk melaksanakan tugas tersebut. Tidak pernah terjadi ketika kita benar-benar berusaha mengerjakan tugas tersebut, kemudian kita menjadi mati. Karena Tuhan telah memberikan tenaga yang cukup. Sekalipun tidak ada tenaga yang cukup, Tuhan akan memberikan tambahan kekuatan yang lainnya melalui istirahat, yakni sakit.
Percayalah akan hal ini dan lakukanlah segala tugas dan pekerjaan hari ini. Tetaplah semangat dan jangan lupa bersyukur. Selamat pagi, selamat beraktivitas.

Minggu, 27 November 2011

Mengawali Masa Adven

Minggu ini tak terasa sudah menjadi minggu Adven pertama. Artinya, sekitar 4 minggu lagi sudah Natal. Hari ini, kothbah dari romo di Paroki SMTB begitu menarik. Lebih kurang demikian ceritanya:

Di suatu tempat, ada seorang nenek-nenek yang begitu taat dalam beragama, dalam melayani Tuhan, dan tentunya cukup dermawan dan baik kepada semua orang. Terutama kepada orang-orang yang miskin, renta, dan tidak mampu. Suatu ketika, nenek ini menginginkan suatu saat Tuhan datang kepadanya, berkunjung ke rumahnya. Karena saking senangnya melayani Tuhan maka keinginannya itu muncul. Maka nenek tersebut berdoa dan memohon kepada Tuhan agar Ia mau mengunjunginya suatu hari nanti. Setiap hari nenek tersebut selalu berdoa dan memohon. Hingga suatu ketika, Tuhan menampakkan diriNya melalui mimpi nenek tersebut. Tuhan mengatakan bahwa besok pagi Ia akan datang mengunjungi rumah nenek tersebut. Maka, begitu pagi tiba, nenek tersebut segera bangun dan mempersiapkan semuanya dengan baik. Rumahnya dihias, makanan yang banyak juga telah disediakan. Maka, menunggulah nenek tersebut di ruang tamu. Tiba-tiba ada suara bel pintu. Maka nenek tersebut melihat melalui sebuah CCTV yang memang dipasang untuk mengamati siapa yang bertamu ke rumahnya. Ternyata yang datang adalah seorang pengemis yang kusut dan kotor. Nenek tersebut bergegas berkata melalui speaker yang terpasang di depan pintu,"Maaf, saya tidak bisa menerima Anda hari ini karena Tuhan akan datang bertamu di rumah ini."
Maka, duduklah kembali nenek tersebut di ruang tamu. Tiba-tiba ada bel berbunyi lagi. Ketika nenek tersebut melihat dari CCTV, ternyata yang hadir adalah seorang lelaki tua yang renta. Maka, berkatalah nenek kepada lelaki tersebut,"Mohon maaf, saya tidak bisa menerima Anda di dalam rumah ini karena Tuhan akan datang bertamu sebentar lagi."
Kemudian, nenek tersebut duduk lagi di ruang tamu. Tiba-tiba bel berbunyi lagi. Ketika nenek melihat dari CCTV, nampak ada seorang pengemis yang sangat kusut dan bajunya compang-camping. Maka, berkatalah nenek tersebut untuk mengusir pengemis tadi.
Hingga malam menjelang, ternyata tidak ada tamu lagi. Nenek tersebut sangat kecewa dan segera tertidur dalam keadaan kecewa. Ia kemudian bermimpi bertemu Tuhan dan mengatakan kekecewaannya karena Tuhan tidak jadi datang. Maka Tuhan menjawab:
"Aku sudah datang ke rumahmu tiga kali, tapi tiga kali juga kamu menolakKu."

Bacaan hari ini diambil dari Injil Markus 13:33-37 yang pada intinya menyatakan agar kita selalu waspada dan berjaga-jaga sebab tidak ada yang tahu kapan Tuhan akan datang. Berjaga-jagalah dan waspadalah sebab tidak ada yang tahu Tuhan akan datang kapan dan dalam bentuk apapun. Tuhan tidak selalu datang dalam wujud sesosok yang sangat indah, agung, megah, dan penuh kejayaan. Suatu ketika Tuhan akan datang  dalam wujud sebagai seseorang yang sangat miskin, bisa jadi menjadi orang tua kita, dan bisa juga menjelma menjadi tugas berat yang harus kita kerjakan. 
Demikian juga dengan masa Adven ini- sebenarnya lebih tepatnya setiap hari- kita harus senantiasa berjaga-jaga. Tidak hanya berjaga-jaga dengan tangan kosong. Mempersiapkan diri dengan baik, seandainya Tuhan akan datang. Mempersiapkan hati dan diri menjadi penting terutama menyambut Natal kali ini. Tidak hanya dengan mengaku dosa dan memperbanyak amal, namun menjalin kedekatan dengan Tuhan melalui doa atau sekedar curhat menjadi sangat penting artinya dalam mempersiapkan hati kita. 
"Apa yang Kukatakan kepadamu, Kukatakan kepada semua orang: Berjaga-jagalah!"

Rabu, 23 November 2011

Lelaki Itu Berani

"Kesalahan terbesar dan tidak termaafkan dari seorang laki-laki adalah sikap tidak berani" 
drg. Edhy Jularso, 2011

Kata-kata itu muncul ketika saya mencoba menjawab pertanyaan ketika sedang praktikum Patologi Anatomi. Ketika itu pertanyaan disampaikan oleh seorang dosen dalam konteks yang, saya rasakan, setengah serius saja. Ibaratnya tidak serius tegang, tapi serius santai. Pertama kali, saya masih biasa saja. Tapi begitu kalimat diatas meluncur, saya langsung terdiam dan terpaku dan memaksa saya untuk kembali merefleksi hakikat sebagai seorang laki-laki. (yang menertawakan saya ketika kalimat tersebut keluar, terima kasih, dan yang tahu kondisinya juga terima kasih)
Hakikat laki-laki. Laki-laki selalu identik dengan seseorang yang berani dalam melakukan segala hal, segala aspek. Mari kita berintrospeksi dengan kata-kata ini. Terutama yang laki-laki. Dan yang perempuan juga harus mengingatkan yang laki-laki.
Miris sebenarnya harus berintrospeksi tentang hal ini.
Mari, mulai sekarang kita menjadi laki-laki yang benar-benar berani dalam hal apapun, bahkan dalam hal cinta sekalipun, karena kebanyakan laki-laki akan lemah dalam hal ini. Jadilah laki-laki sejati yang berani!

Jumat, 18 November 2011

Dua Mata

"Kenapa manusia diciptakan dengan dua mata?" 
Pertanyaan konyol dari HMDN ketika bangun tidur

Sering kita acuh tak acuh dengan segala sesuatu yang menempel pada tubuh kita. Sering kita jarang berefleksi mengenai hakikat keberadaan benda-benda yang telah diberikan Tuhan kepada kita. Kita menganggap diberikan dua tangan adalah hal yang biasa. Diberikan 1 hidung dengan 2 lubang itu hal biasa. Dan kita dengan mudah mengatakan orang yang terlahir dengan 1 tangan atau 1 hidung dengan 1 lubang adalah orang yang cacat. 
Pertanyaan itu muncul ketika saya bangun tidur pagi ini: Kenapa manusia diciptakan dengan dua mata yang dapat melihat? Karena pikiran masih kosong akibat bangun tidur, kemudian saya mencoba melihat hanya dengan satu mata bergantian. Pertama dengan mata kanan, kedua dengan mata kiri. Saya melihat sudut pandang yang berbeda dan mengalami pengalaman yang berbeda dari kedua mata saya yang dapat melihat ini.
Manusia diciptakan dengan dua buah mata. Satu buah mata dapat membuat Anda melihat sesuatu dengan batas tertentu. Dan dengan dua buah mata, Anda dapat melihat sesuatu menjadi lebih jelas dan lebih luas. Inilah esensinya manusia diciptakan dengan dua buah mata: agar manusia bisa melihat segala sesuatu dengan pandangan yang lebih luas. Begitu juga dalam memandang sebuah permasalahan. Pandanglah permasalahan di depan mata Anda secara lebih luas, karena Anda memiliki dua mata. 
Paham kan esensi dua mata kalian? Bersyukurlah untuk kalian yang hari ini masih mempunyai dua mata. Gunakanlah mata kalian untuk memandang segala sesuatu dengan lebih luas, bahkan dari berbagai sisi. Syukurilah, betapa indahnya dunia ini. Ad Maiorem Dei Gloriam. Amrih Mulyo Dalem Gusti.

Selasa, 15 November 2011

Mulailah Harimu Dengan Syukur

"Mulailah pagi ini dengan bersyukur. Bersyukur atas hidup yang masih bisa dinikmati pagi ini."

Pagi, menjadi pusat segala kegiatan. Banyak orang memulai harinya ketika pagi menjelang. Namun, banyak orang juga lupa bersyukur ketika memulai pagi ini.
Tahukah Anda bila hidup yang telah Tuhan berikan pagi ini benar-benar berharga buat Anda? Pernahkah Anda membayangkan tiba-tiba Anda tak dapat lagi melihat ayah, ibu, saudara-saudara, dan teman-teman Anda pagi ini karena Anda telah mati? Pernahkah pula Anda memikirkan kapan Anda akan mati dan bertanya-tanya tentangnya?
Anda takkan pernah tahu kapan Anda mati, Anda tak pernah tahu juga sampai kapan Anda hidup. Syukurilah hidup ini ketika pagi hari menjelang saat Anda akan memulai kegiatan. Lakukanlah hari ini dengan penuh semangat dan jadikanlah hari ini seolah-olah adalah hari terakhir Anda. Lakukanlah segala sesuatu dengan semangat dan penuh penghayatan. Selamat pagi, selamat beraktivitas. Syukurilah hari ini. Ad Maiorem Dei Gloriam.

Hujan Kenapa Pergi

Hujan
Kenapa kamu pergi?
Kenapa kamu tak datang lagi?
Enggankah kau menyentuh hatiku lagi?

Hujan
Aku ingin engkau datang lagi
Namun ku tak ingin kau sentuh dan bahasi hatiku
dengan kasar dan menggores luka dalam

Hujan
Aku ingin bisa memelukmu
Aku ingin bisa menggenggammu dalam keheningan hatiku
Aku kan membuatmu tak perlu basahi lagi hatiku
Karna hatiku tlah mampu menggenggamu

Hujan
Yakinlah suatu ketika
Ketika aku tlah mampu menggenggammu
Kan ku bawa kau kembali
Ke kesejukan awan yang indah

Aku yakinkan kau, hujan
dengan segenap usaha dan upayaku

GMMGJP (Galaw Malam-Malam Gak Jelas Pol)
MoKid, 15 November 2011
*Untuk seseorang dalam pikiran (dan anganku)

Apa yang Anda Berikan, Itulah yang Anda Dapat

"Hal apapun yang Anda lakukan kepada orang lain, maka hal tersebutlah yang menunjukkan apa yang Anda lakukan pada diri Anda sendiri" -HMDN | Manusia biasa tak punya apa-apa

Lebih kurang ini adalah quotes lama yang telah saya modifikasi menjadi sebuah quotes baru yang bisa membuka cakrawala Anda dan mengetahui lebih dalam bagaimana Anda bersikap dengan manusia disekitar Anda.
Hal tersebut nyata, tidak fiktif. Bahwa apa yang Anda lakukan kepada orang lain, maka perlakuan Anda kepada orang lain tersebut mencerminkan bagaimana Anda memperlakukan diri Anda sendiri. Mengapa demikian?
Ketika Anda memperlakukan orang lain tidak senonoh, misalkan sering mengolok-olok orang lain. Maka, Anda sendiri tengah mengolok-olok diri Anda sendiri. Dengan Anda sering mengolok-olok orang lain, maka orang lain yang juga teman Anda tersebut juga akan dengan mudah menyepelekan Anda dan mengolok-olok Anda.
Maka, berhati-hatilah dalam bersikap. Berikanlah 'reward' dan 'punishment' yang layak untuk teman-teman Anda. Jika memang perlu untuk memberikan 'punishment' maka berikanlah. Karena, dengan demikian, Anda juga memberlakukan diri Anda dan teman Anda secara adil. Ad Maiorem Dei Gloriam.

Berbagilah, Hidup Tidak Sendiri

Hidup itu tidak sendirian. Disekitar, masih ada orang lain meskipun bisa jadi kehadiran orang lain tersebut tidak kita hiraukan atau kita anggap sebagai ketiadaan. Hakikatnya pun, manusia diciptakan oleh Tuhan untuk saling melengkapi. Saya yakin, agama manapun akan mengatakan hal yang sama. Bahwa tiap manusia itu diciptakan lengkap dengan kelebihan dan kekurangannya sehingga antar manusia perlu saling melengkapi.
Ketidakpedulian dengan manusia disekitarnya bisa jadi disebabkan karena tuntutan pekerjaan sehari-hari. Misalkan, seorang yang kuliah di pendidikan dokter, cenderung akan lebih individualis karena memang tuntutan tugas kesehariannya yang berat dan tugas-tugas kampus pun adalah tugas yang sifatnya individualis, dikerjakan sendiri. Begitu juga dengan dokter umum yang suatu saat harus jaga malam di rumah sakit. Sehingga untuk berkumpul dengan keluarga pun akan sangat susah, apalagi berkumpul dengan tetangga sekitar.
Mungkin Anda bisa mengelak dengan berbagai alasan tersebut untuk menjadi seorang yang 'sosialis' dan terkadang akan mengatakan "apa urusanku? Itu kan urusanmu! Urusanku ya urusanku sendiri. Yang penting adalah diriku sendiri." Mungkin sifat individualis Anda akan hilang setelah Anda mendengar cerita dari saya ini, dan cerita ini merupakan kisah nyata yang ada di dekat saya dulu.

Dahulu, ada sebuah komplek rumah yang dihuni oleh keluarga besar. Lebih kurang terdiri dari 3 KK dan masing-masing memiliki hubungan darah. Keluarga besar tersebut sangat sederhana. Hidup sehari-harinya hanya sebagai peternak sapi dan petani. Ekspektasi orang-orang terhadap keluarga ini pasti baik. Sebagai keluarga sederhana dan hidup di desa dengan kondisi kerukunan yang baik, pasti keluarga ini akan sering 'srawung' dengan tetangga-tetangganya bila dibandingkan dengan orang-orang kota yang pindah ke desa sekedar untuk menenggelamkan kearifan asli pedesaan. Ternyata ekspektasi orang itu salah. Keluarga ini sangat jarang hadir ke acara-acara yang dibuat oleh tetangga-tetangganya. Apa-apa pun dilakukan sendirian. Demikian juga ketika keluarga ini punya hajatan. Yang masak-masak di dapur umum pun hanya dari keluarga tersebut. Yang datang hajatan hanya sedikit, bahkan hampir tidak ada. Bahkan, hingga salah satu dari anggota keluarga tersebut meninggal dunia, yang melayat pun hanya sedikit. Tidak sebanyak bila ada tetangga lainnya mengalami musibah.

Lebih kurang demikian ceritanya. Itu memang terjadi di desa. Anda bisa mengatakan "Ini kota. Gaya hidup tidak lagi seperti di desa!" Hey, kaum egois! Masih ingatkah hakikat Anda sebagai manusia? Anda tidak sempurna, Anda cacat! Maka Anda butuh bantuan orang lain. Rumah Joglo yang megah tidak hanya berdiri karena satu pilar saja. Perlu banyak pilar untuk menjadikan rumah Joglo tersebut megah.
Memang ini kota, memang ini kuliah yang padat, memang ini sekolah yang menuntut prestasi, tapi itu semua bukan halangan untuk peka dan peduli dengan orang lain di sekitar Anda. Menjadi peduli, membuat Anda ketika sewaktuwaktu mengalami musibah, juga akan dipedulikan oleh orang lain. Apa yang Anda lakukan kepada orang lain, maka hal tersebutlah yang Anda lakukan kepada diri Anda sendiri. Berbagilah dengan orang lain. Sering-seringlah bergaul dengan orang lain. Jangan terlalu mementingkan diri sendiri seberat tuntutan hidup Anda. Ketika Anda bisa memahami orang lain, maka niscaya orang lain pun akan memahami diri Anda. Jika tindakan individualis masih Anda pertahankan, maka wassalam. Dan ucapan demikian pasti akan terdengar di telinga Anda setiap waktu :

"Pinter dipek dhewe, sugih dipek dhewe, seneng dipek dhewe, sedhih dibagi-bagi. Nek urip yo uripo dhewe, nek mati yo goleko kuburan dhewe, ngedhuko dhewe, ngglundhungo dhewe."
(Pinter diambil sendiri, kaya juga dipakai sendiri, bahagia juga diambil sendiri, tapi kalau sedih dibagi-bagi. Kalau hidup ya hiduplah sendiri, kalau mati carilah kuburan sendiri, galilah sendiri, lalu masuk ke makam juga sendiri)

Minggu, 13 November 2011

Berkaitan Evaluasi

Evaluasi. Adalah sebuah proses yang biasanya diadakan pada akhir acara yang berfungsi untuk mengetahui segala kekurangan dan kelebihan dari awal proses terjadinya acara sampai selesainya acara. Lalu, sebaiknya kapan evaluasi itu dilaksanakan?
Sekali lagi, jawaban saya ini merupakan pengalaman pribadi saya. Kalau ada benarnya ya monggo diterapkan dalam organisasi Anda.
Evaluasi pada dasarnya sebaiknya dilaksanakan segera setelah acara selesai. Lebih baik lagi bila begitu acara dibubarkan, semua peserta sudah pergi, tempat sudah rapi kembali, maka evaluasi segera dilakukan. Tujuannya adalah agar segala yang terjadi, baik kegiatan sebelum acara sampai kegiatan ketika acara tersebut berlangsung bisa disampaikan dengan baik ketika evaluasi. Sehingga segala yang keluar dari mulut panitia pelaksana saat itu adalah sesuatu yang fresh. Sesuatu yang fresh ini lebih banyak merupakan apa yang terjadi saat itu ketimbang ketika melakukan evaluasi seminggu setelah acara, maka yang banyak keluar sudah tidak fresh lagi dan sudah banyak sensor sana-sini.
Tapi, ada tapinya, evaluasi langsung sesaat setelah acara selesai mengandung kelemahan juga. Kelemahannya ada pada emosi panitia. Ketika acara selesai, biasanya panitia sudah capek. Bila panitia capek, maka otak pun juga pasti sudah tidak sinkron lagi. akhirnya, yang disampaikan pada evaluasi tidak bisa menyeluruh dan hanya sekedar evaluasi-evaluasinan. Lebih berbahaya lagi terkait emosi adalah ketika ada suatu kesalahan yang timbul dalam kepanitiaan yang diakibatkan oleh seorang panitia yang membuat panitia lainnya menjadi marah dan berujung pada dendam. Hal seperti ini bahaya bila seandainya kemudian pada rapat evaluasi langsung disampaikan hal-hal kesalahpahaman tersebut dan berujung pada kedua belah pihak tidak mau menerimanya. Maka ujung-ujungnya berkelahi dan tidak mau terlibat dalam kepanitiaan lagi. Maka pemimpin panitia harus pandai-pandai dalam melihat dan mengatur hal seperti ini. Jangan sampai kepanitiaan tersebut hanya merupakan 'keluarga' ketika acara saja tapi jadi musuh setelah acara selesai. Jika kondisi seperti ini, sebaiknya evaluasi dilaksanakan setelah kira-kira emosi dari panitia teredam dulu, lebih kurang satu minggu setelah kegiatan selesai.
Kemudian berkaitan dengan sistem evaluasi. Evaluasi agar menyeluruh, dilaksanakan per seksi. Jadi misalkan ada seksi konsumsi, transportasi, dokumentasi, publikasi, dll. Maka, seksi konsumsi dikritisi terlebih dahulu. Sehingga segala kritikan dan evaluasi tersebut masuk dulu, baru kemudian seksi konsumsi menyampaikan segala sesuatu yg perlu disampaikan dan menanggapi segala kritikan. Sehingga evaluasi tidak terkesan terputus. Kebanyakan yang terjadi adalah, misal, evaluasi kepada sie konsumsi. Satu orang menyampaikan evaluasi, lalu sie konsumsi menanggapi. Lalu ada lagi yang menyampaikan evaluasi, sie konsumsi menanggapi lagi. Maka, evaluasi akan berlangsung sangat lama, membosankan, dan akhirnya hanya akan menjadi ajang salah-salahan dan ajang debat kusir. Ingat, evaluasi itu bukan ajang debat kusir apalagi saling menyalahkan. Evaluasi itu diadakan agar acara serupa berikutnya bisa berlangsung lebih baik lagi. Lebih baik meminta klarifikasi mengenai kesalahan salah satu seksi daripada harus menyalahkan.
Akhirnya, proses evaluasi, sekali lagi, berfungsi untuk perbaikan di kemudian hari bagi acara serupa agar kejadian buruk tidak terulang kembali. Jangan sampai debat kusir, ajang saling menyalahkan, bahkan saling hajar terjadi di evaluasi. Semuanya harus satu visi : demi kebaikan masa yang akan datang. Akhir kata, selamat berdinamika. Jangan lupa melakukan evaluasi, syukur-syukur juga berefleksi, setelah acara selesai. Berlatihlah dewasa dalam organisasi.

7795 Pasang Mata Melihat

Membuka blog saya sendiri, saya kemudian menjadi cukup senang ketika counter menunjukkan angka 7795. Meskipun counter tersebut banyak yang mengatakan kurang valid, tapi itu artinya lebih kurang sudah ada 7795 pasang mata yang menyaksikan, membaca, dan tentunya berolah rasa dengan blog saya ini. Artikel paling awal yang merupakan 'simbah' dari segala tulisan dari blog ini tertulis tanggal 11 Agustus 2009. Artinya sudah lebih dari 2 tahun 3 bulan mengudara dan mengisi dunia penulisan di dunia maya.
Dengan jumlah pembaca hampir 8000 orang ini, apa yang sudah saya lakukan bersama dengan blog saya yang buluk dan jelek ini? Jawabannya pasti, yang sudah dilakukan adalah menulis dan menulis. Jarang dan langka ada foto yang saya tampilkan dalam blog ini. Pertanyaannya, mengapa hanya tulisan? Bukankah banyak anak muda sekarang akan lebih mudah dan lebih mengerti bila disodorkan gambar?
Jawabannya sederhana. Karena tulisan adalah segalanya. Kita bandingkan dengan gambar. Gambar itu adalah suatu bentukan, baik dua dimensi maupun tiga dimensi, yang terletak di atas sebuah media baik berupa kertas maupun bukan kertas, baik berwarna maupun tidak berwarna. Gambar itu lebih multiinterpretable (multi-interpretasi) bila dibandingkan dengan tulisan. Kita ambil contoh sebuah foto wanita duduk sendirian di samping nisan kuburan. Itu saja sudah banyak yang menginterpretasikan. Ketika dilakukan dengan tulisan, maka semuanya akan menjadi lebih gamblang dan jelas. Tidak multi-interpretasi lagi.
Yang menjadi keprihatinan saat ini adalah generasi yang tidak menyukai dan tidak peka dengan tulisan. Tentu ini sangat berbahaya. Bisa jadi disamakan dengan buta huruf. Janganlah menjadi generasi yang 'buta huruf'. Tidak selalu yang namanya tulisan itu membosankan. Tergantung bagaimana pembaca menyukainya dan mencoba berdinamika dengan tulisan tersebut. Dinamika dalam tulisan sebuah opini akan berbeda jauh dengan dinamika yang ada dalam novel. Dinamika dalam novel lebih menitikberatkan dinamika dalam hati/perasaan, tapi dinamika dalam opini menitikberatkan pada dinamika otak/pikiran.
Yang ingin saya sampaikan disini hanya sekedar mengingatkan bahwa tulisan di blog ini hanya akan sekedar menjadi tulisan tanpa dicoba untuk masuk dan mencoba untuk mencerna dan berdinamika dengan tulisan tersebut. Tidak perlu diterapkan dalam keseharian Anda, karena tulisan dalam blog ini hanya opini dari saya. Tugas Anda adalah untuk mencernanya, dan jika ada yang kurang berkenan dengan idealisme Anda, boleh saja bertukar pikiran karena pikiran itu tidak stagnan begitu juga dengan idealisme Anda.
Akhir kata, jangan pernah surut keinginan untuk menulis. Menulis itu tidak buruk, kecuali tulisan yang menghasut dan mengganggu keberlangsungan dan kehidupan negara. Kritikan itu juga baik bila disampaikan dengan bahasa yang baik pula dan tidak SARA. Begitu banyak orang berpendidikan dan bisa internet selalu berkomentar membawa-bawa SARA dalam tulisan apapun. Janganlah menjadi pribadi yang demikian, karena SARA bukan untuk dijadikan konflik, bukan untuk diperdebatkan, bukan untuk disatukan. Akhirnya, yang tetap suka menulis, lanjutkan menulisnya. Yang tidak suka menulis, menulislah mulai dari sekarang karena itulah hidup Anda kelak.

Kamis, 10 November 2011

Langit Malam Ini

Langit malam ini begitu cerah
tidak ada mendung menggantung
Tidak seperti biasanya
Indah dan cerah, nikmat dipandang mata

Malam ini langit berbintang
Cahyanya terangi gelap malam
Pesona sekelebat awan menjelma
Menjadi bayangan indah hari ini

Setitik bintang di langit
ditengah hamparan langit yang biru
Biru itu hatimu
Dan aku berharap menjadi setitik bintang 
di tengah hatimu

Rabu, 09 November 2011

Bermimpilah Setinggi Langit

"Mimpilah setinggi bintang di langit, sehingga kalau kamu jatuh kamu masih bisa meraih awan" -HMDN | Manusia Biasa Yang Tak Punya Apa-Apa

Kata-kata 'mimpilah setinggi bintang' sudah sering kita dengar dan kita juga sudah tahu esensinya. Sehingga kita akan berkata bahwa quote dari saya ini adalah biasa-biasa saja dan bisa dibilang sampah! Ya sudah. Gak usah dibaca selanjutnya.
Tapi saya menemukan sebuah pandangan dari sisi lain. Kok ya tidak 'mimpi setinggi pohon kelapa' ya? Kok harus setinggi bintang di langit? Pernahkah Anda membayangkan diri ketika Anda bermimpi dan sedang berjalan untuk meraihnya tiba-tiba Anda jatuh dan tak terselamatkan? Disini jawabannya.
Mari kita membayangkan dan sedikit berimajinasi. Ada 2 tujuan, misalkan, yang pertama adalah bintang, yang kedua adalah pucuk pohon kelapa. Tentu yang lebih sulit dicapai adalah mencapai bintang. Tapi, seperti pertanyaan diatas, bayangkan ketika Anda kemudian tiba-tiba harus terjatuh ketika sedang berusaha menggapai cita-cita Anda tadi. Ketika berusaha mencapai bintang dan hampir sampai, tiba-tiba Anda harus jatuh, tentu sangat sakit karena sangat tinggi sekali. Ketika sedang memanjat pohon kelapa dan hampir sampai pucuknya dan kita terjatuh, paling-paling hanya akan patah tulang. Tapi, perhatikan kata-kata saya berikut ini : ketika Anda jatuh dari pohon kelapa, apakah yang akan Anda dapatkan? Hanya sakit saja. Anda tidak dapat meraih apa-apa. Mungkin Anda hanya dapat meraih sedikit daun kelapa saja, kemudian jatuh. Ketika Anda jatuh dari langit ketika mencoba menggapai bintang, Anda akan meraih awan. Bandingkan awan dengan daun kelapa. Tentu lebih tinggi awan.
Intinya demikian, ketika Anda bermimpi setinggi bintang, mimpi kalian adalah mimpi yang sangat tinggi. Bahkan mustahil bagi kalian untuk menggapainya. Tapi, ketika kalian berusaha untuk menggapainya, ada usaha untuk menuju kesana dan usaha untuk menuju kesana itulah adalah usaha untuk menembus kemustahilan Anda. Ketika Anda berusaha keras itulah, dan tiba-tiba harus terjatuh, maka yang Anda raih pun masih hal yang tinggi karena Anda memiliki mimpi yang tinggi. Namun, ketika Anda hanya mimpi yang rendah-rendah saja yang besar kemungkinannya Anda capai, maka ketika jatuh pun tidak akan dapat apa-apa. Yang ada hanya penyesalan saja. Misalnya dalam kehidupan nyata, Anda ingin membeli sebuah mobil dan Anda adalah seorang dokter. Ketika Anda ingin membeli mobil Ford Laser, tentu itu adalah sebuah hal yang mudah. Tapi, ketika Anda membeli mobil Alphard Velfire, itu mungkin sangat susah. Ketika Anda berusaha menuju atau proses untuk membeli Alphard Velfire, Anda harus mengumpulkan uang. Sedemikian banyak uang yang terkumpul, tiba-tiba, hanya kurang 5 juta saja, uang Anda harus dipotong lagi untuk membayar biaya operasi anak Anda yang kecelakaan. Maka Anda masih bisa mendapat, setidaknya, Toyota Camry. Setidaknya demikian gambarannya.
Maka, mimpilah setinggi-tingginya. Jangan takut bermimpi yang sedemikian tinggi. Bahkan jangan takut memimpikan hal yang mustahil Mimpi hal yang mustahil itu tidak akan membuat mati. Yang membuat mati adalah ketika mimpi Anda hanya mimpi yang mudah dicapai dan tidak menumbuhkan motivasi dalam hidup Anda. Jadilah super.

*ditulis dalam keadaan setengah kopler

Selasa, 01 November 2011

Berkah dan Bukan Sampah

"Semoga bisa membawa berkah, tidak hanya sekedar menjadi sampah" 
Herluinus Mafranenda | Manusia Biasa

Manusia. Sekali lagi blog ini mereview manusia sebagai makhluk yang mulia, ciptaan yang khusus sesuai dengan gambaran Tuhan, unik, dan berharga.
Menjadi berkah atau menjadi sampah itu adalah sebuah pilihan. Namun, tiap dari Anda, tiap pribadi Anda memiliki sesuatu yang unik dan khas. Anda masing-masing dikaruniai sebuah kemampuan yang unik, yang mungkin orang lain juga punya, tapi Anda bisa mengembangkannya dengan cara yang lebih khas lagi. Kepemimpinan misalnya, yang bisa terdiferensiasi menjadi berbagai jenis kepemimpinan. kepemimpinan yang otoriter, kepemimpinan yang sangat demokratis, atau bahkan kepemimpinan yang mengayomi. Begitu juga dengan hal-hal yang lainnya.
Dengan keunikan Anda, janganlah Anda hanya ingin menjadi seonggok sampah yang hanya membuat langkah banyak orang menjadi susah. Janganlah hanya menjadi beban bagi orang lain. Janganlah terlalu mengungkit kekurangan diri Anda sendiri, karena dengan memperkuat branding keburukan Anda, maka Anda tengah berusaha menjadikan diri Anda sebagai sampah!
Jadilah berkah. Berkaryalah bagi bangsa dan bagi Tuhan Anda. Bangun dari keterpurukan Anda, dan maksimalkan potensi diri Anda sehingga Anda bisa menjadi 'berkah' bagi Anda, sesama Anda, negara, dan tentu bagi segala karya Tuhan yang telah diberikan pada Anda. Ad Maiorem Dei Gloriam.

Kereta Semen, Masa Lalu yang Menjadi Kenangan

Naik kereta semen. Mungkin hanya sebagian saja orang yang pernah menaikinya karena kereta semen identik dengan angkutan semen, serta orang yang naik di dalamnya hanya orang-orang yang tidak berduit alias tidak bermodal. Kereta semen sendiri adalah sebuah kereta barang yang difungsikan oleh PT KAI untuk mengangkut semen. Menurut official websitenya, Kereta Semen tertutup (semen dalam zak) melayani trayek Gresik-Madiun-Jogjakarta, Gresik-Banyuwangi, Gresik-Malang, Cilacap-Tegal, Cilacap-Tasikmalaya, dan Cilacap-Jogjakarta-Surakarta-Semarang. Dulu tahun 2004 an kereta masih sistem 1 gandar (1 pasang roda pada setiap kruk as). Sekarang sudah memakai sistem 2 gandar yang diyakini lebih kuat, lebih stabil, dan lebih aman.
Jadi teringat jaman-jaman SMP dulu. Saya pernah naik kereta semen tersebut. Pertama kali naik bersama teman akrab saya yang sekarang berkuliah di salah satu perguruan tinggi swasta di Jogja. Berawal dari ingin menyusuri rel kereta api dari Stasiun Jogjakarta (tugu) ke arah barat. Hingga kami kelelahan dan terpaksa mencari stasiun terdekat. Kala itu stasiun terdekat adalah stasiun Rewulu (daerah belakang depo pertamina Jl Wates). Kala itu kami langsung ke ruang kepala stasiun dan meminta seorang bapak-bapak untuk mencarikan kereta ke arah Kota Jogja atau solusi yang terbaik. Ternyata yang ada kala itu hanya kereta barang (semen) terakhir tujuan Cilacap, tapi akan berhenti di stasiun Wates (sebuah ibukota kabupaten Kulon Progo). Akhirnya, lampu signal pun dinyalakan merah, dan kereta barang berhenti. Kala itu, tempat yang tersisa hanya bordes (sebuah tempat kecil di dekat sambungan antar gerbong) di belakang lokomotif persis. Tempat lainnya sudah ditempati oleh para pemancing yang memang tiap sore pergi berbondong-bondong ke arah Kebumen dan Gombong. Karena letaknya di belakang loko persis, maka kalau lokomotif menyalakan semboyan 35 (klakson) maka rasa-rasanya dunia akan kiamat karena suaranya yang amat sangat keras (dalam kondisi malam hari, suara klakson kereta ini bisa terdengar sampai radius 9 km).
Pengalaman berikutnya adalah pengalaman bersama teman saya yang juga kuliah di PTS di Jogja. Kami berdua berangkat dari Stasiun Lempuyangan jam 1 siang (jadwal kereta semen lebih kurang ada 4. Jam 09.00, jam 11.00, jam 13.00, dan jam 15.00. Yang jam 15.00 ini jarang berangkat). Kami berdua naik yang gerbong bergandar 2 (satu-satunya gerbong bergandar 2, yang lainnya masih bergandar 1). Getarannya sangat dahsyat karena letaknya di tengah. Suspensinya sama sekali mati karena tidak ada muatan. Jika ada muatan semennya, maka suspensi akan lebih enak (jangan bayangkan seperti suspensi kereta penumpang, yang ada suspensi seperti di bak truk). Sampai di Kutoarjo pukul 14.00. Hari itu kebetulan sekali karena kereta semen tidak berhenti di stasiun kecil dan kebetulan juga, jam 14 itu jadwal masuknya kereta-kereta dari barat ke timur (jakarta, bandung ke Jogja-Solo-Surabaya). Kami menuju loket dan menanyakan harga tiket ke Jogja. Yang tercantum kala itu (tahun segitu belum ada Prambanan Express komuter dengan harga murah) Pasundan Ekspress (ekonomi) Rp 21.500, Fajar Utama Jogja dan Lodaya bisnis Rp 75.000, dan kereta-kereta eksekutif macam Argo Dwipangga dan Lodaya Eksekutif Rp 120.000. Kala itu kami hanya membawa uang tidak lebih dari Rp 20.000 tiap orang. Hingga akhirnya, kami mengambil keputusan nekat dengan naik tanpa tiket. Toh dulu pernah naik kereta ke Stasiun Maos Cilacap, ada orang gak beli tiket malah cuma bayar Rp 10.000 padahal harga tiket seharusnya Rp 30.000. Bermodal kenekatan dan kerelaan duduk di bordes, akhirnya membayar kondektur kereta Pasundan Ekspress dengan 2 lembar uang Rp 5.000 dan 2 lembar Rp 1.000 dan Pak Kondektur pun langsung pergi. Perjalanan selamat sampai Stasiun Lempuyangan Jogja, meskipun beberapa kali ada polisi khusus kereta api (Polsuska) yang berkali-kali meliaht kami dengan penuh curiga. Pengalaman selanjutnya, kebanyakan saya jalani sendirian saja karena sudah ada Prambanan Ekspress. Kalaupun tidak ada kereta bisa naik bis karena dari stasiun Kutoarjo-Kebumen-Gombong-dan Ijo kalau jalan ke jalan besar hanya sebentar saja.
Sekarang pengalaman nekat seperti itu sudah susah. Bisa-bisa bayar harus lebih mahal. Paling parah didorong keluar dari kereta. Masuk peron saja sekarang sudah lebih susah. Pengalaman nakal seperti ini juga mungkin akan mustahil bagi generasi muda saat ini. Hidup penuh kenekatan dan penuh keinginan untuk bertahanpun juga akan sulit. Semuanya ini karena kebijakan baru di PT KAI yang benar-benar mengharuskan beli tiket. Jika tidak beli tiket, maka harus turun di stasiun berikutnya. Dan yang membahagiakan, kondektur sekarang berani tegas menurunkan mereka di stasiun selanjutnya dan tidak sudi disogok. Semoga perubahan ini membawa kebaikan tersendiri bagi PT KAI. Tapi, tetap jangan lupakan golongan menengah kebawah yang juga tetap butuh bepergian. Masa untuk kereta Jogja-Kebumen mereka harus membayar Rp 31.500 untuk kereta ekonomi sementara bis saja sudah berani pasang tarif Rp 15.000? :D