Minggu, 04 Maret 2012

Hujan (Kembali)

Tanah kering kembali basah
Segala nista dan duka kembali terbelah
Nestapa dalam hati kembali tersaji
Tawa kepedihan menggelegar dalam tangis

Hujan datang kembali
Hadirnya kembali sisakan kepedihan
Kepedihan akan masa lalu yang tlah hampir sirna
Sirna termakan waktu, yang buatku harus berlalu

Tak mudah bagiku keringkan tanah basah karna tangis
Yang tlah lama mulai mengering
Mengeringkan tangis
Tak semudah mengeringkan padi

Kehadiranmu kembali hari ini
Kembali membuka lukaku ini
Mengucurkan air kepedihan
Akan tragedi masa lalu

Janganlah kau kembali lagi
Hanya sekedar tuk basahi kembali
Pipiku yang tlah kering ini
Wahai hujan malam ini...

Untuk hujan yang datang kembali malam ini
Mokid F6, 4 Mar 2012

Kamis, 01 Maret 2012

Perspektif Ungkapan Sebagai Kepercayaan Diri

Beberapa waktu yang sangat lalu, saya pernah memberikan ulasan mengenai kutipan berikut:

"Aku iki yo ngene anane. Nek gelem yo wis, ora gelem ora po-po" (Aku ini seperti ini adanya. Mau ya sudah, tidak mau ya tidak apa-apa)

Kebanyakan orang melihat hal ini dan melalui perspektif masing-masing mengerucut menjadi satu kesimpulan: bahwa yang mengucapkan ini merupakan orang yang sudah pasrah.
Tetapi saya sebagai orang yang sudah mendengar kata ini sangat lama, karena merupakan suatu ungkapan orang Jawa yang menggambarkan kerendahan hati, memiliki pandangan yang berbeda. Bahwa tulisan ini ditujukan bahwa sang empunya ucapan bangga dengan dirinya sendiri dan dengan berani mengatakan "Aku ini seperti ini adanya". Hal ini berarti bahwa orang tersebut bangga untuk menjadi dirinya sendiri. 
Masa kini, sering sekali dijumpai banyak orang yang tidak bangga menjadi diri sendiri. Dengan berbagai cara berusaha mengubah dirinya menjadi orang lain. Entah potongan rambut, gaya berpakaian, gaya berbicara, gaya bertindak, bahkan yang baru-baru ini adalah cara menyelesaikan masalah. Akibatnya, identitas seorang pribadi yang asli dan otentik akan semakin kabur. Semuanya hanya mengarah pada rasa ingin ikut-ikut orang lain. Pribadi yang khas itu akan hilang. Ini dapat diartikan sebagai sebuah akibat dari kepercayaan diri yang rendah dari orang-orang. Menjadi diri sendiri itu tidaklah buruk. Menjadi otentik itu juga baik. Masing-masing pribadi, tanpa harus memiliki kemampuan, sudah diciptakan unik dan memiliki keunikannya masing-masing. Sehingga, tidak usah repot-repot mengeluarkan biaya untuk mengubah diri sendiri yang sudah unik itu untuk menjadi 'orang lain'. Sikap ingin menjadi orang lain ini justru akan membuat diri Anda semakin terasing dan semakin tidak mengenal diri Anda yang sejati. Akhirnya, karena Anda tidak mengenal diri Anda, maka identitas tentang diri Anda akan hilang dan sifat asli tentang diri Anda yang seharusnya Anda ketahui dan kuasai sendiri, perlahan-lahan akan sirna.
Maka dari itu, percaya dirilah terhadap diri sendiri. Tidak perlu mengikuti trend untuk memperoleh sesuatu. Menjadi diri sendiri itu asyik, karena tidak akan ada beban yang harus membuat Anda terbeban karena Anda tidak sesuai lagi dengan orang yang Anda anut. Lepaskanlah belenggu yang bernama ketidakpercayaan diri Anda, banggalah menjadi diri Anda sendiri. Dan kata-kata bahasa Jawa diatas, saya modifikasi kembali agar memiliki nilai jual lebih menjadi:
"Aku iki yo ngene anane. nek gelem yo wis, ora gelem yo ora po-po (because I'm proud to be my own self)" 
Jadilah dirimu sendiri. Kawanmu yang ada dan yang sadar, adalah kawanmu yang suka ketika kamu menjadi dirimu sendiri. AMDG.