Selasa, 11 Agustus 2009

Paradigma Dolan

Dolan, atau dalam bahasa Indonesia dapat diartikan dengan bermain, atau pergi bermain, sebenarnya memiliki berbagai pandangan di mata setiap orang. Ada yang mengatakan bahwa selamanya dolan itu buruk, dan hanya berkesan bersenang-senang. Hingga ada juga yang berkomentar bahwa dolan itu tidaklah buruk dan menambah pengalaman. Contohnya saya ini.
Menurut saya, hakikatnya dolan itu tidaklah buruk. Sejauh itu dilaksanakan dalam konteks yang positif dan tanpa mengganggu kebebasan manusia lainnya. Dolan itu menambah pengalaman. Seperti misalnya ketika kita masih kecil. Bagi yang hidup dan berkembang di kawasan pedesaan, pasti mau tidak mau melaksanakan apa yang namanya 'dolan'. Yaitu bermain ke tempat tetangga. Misalnya sekedar bercengkerama dengan teman-teman sebaya, atau bermain permainan tradisional. Ketika dolan itulah kita bisa menambah pengalaman, sekaligus memperluas jaringan persahabatan. Bayangkan bila sejak kecil kita terkungkung di rumah terus dan terlalu di 'overprotect'. Tentunya, kita tidak akan menjadi manusia yang seimbang dan kurang bisa mengenal lingkungan sekitar, serta tidak bisa menilai mana yang baik dan mana yang buruk.
Bahkan, bisa saja keinginan untuk dolan itu berlanjut hingga dewasa kelak. Namun, tidak sebatas bertemu dengan teman dan bermain petak umpet saja. Melainkan lebih berkembang menjadi perkenalan lintas budaya bahkan lintas pengetahuan. Misalnya pergi ke luar kota dan bercengkerama dengan masyarakat sekitar.
Jadi, sebenarnya pokok utama dalam dolan ini adalah berinteraksi dengan manusia lain. Tak bisa dipungkiri memang bila kita hidup perlu bantuan manusia lain. Namun, sekali lagi, deskripsi dolan dalam blog ini tidak lantas harus diterima sebagai suatu arti kaku. Dolan masih bisa kembali dideskripsikan oleh setiap orang. Tinggal tergantung sudut pandangnya saja.