Selasa, 15 November 2011

Berbagilah, Hidup Tidak Sendiri

Hidup itu tidak sendirian. Disekitar, masih ada orang lain meskipun bisa jadi kehadiran orang lain tersebut tidak kita hiraukan atau kita anggap sebagai ketiadaan. Hakikatnya pun, manusia diciptakan oleh Tuhan untuk saling melengkapi. Saya yakin, agama manapun akan mengatakan hal yang sama. Bahwa tiap manusia itu diciptakan lengkap dengan kelebihan dan kekurangannya sehingga antar manusia perlu saling melengkapi.
Ketidakpedulian dengan manusia disekitarnya bisa jadi disebabkan karena tuntutan pekerjaan sehari-hari. Misalkan, seorang yang kuliah di pendidikan dokter, cenderung akan lebih individualis karena memang tuntutan tugas kesehariannya yang berat dan tugas-tugas kampus pun adalah tugas yang sifatnya individualis, dikerjakan sendiri. Begitu juga dengan dokter umum yang suatu saat harus jaga malam di rumah sakit. Sehingga untuk berkumpul dengan keluarga pun akan sangat susah, apalagi berkumpul dengan tetangga sekitar.
Mungkin Anda bisa mengelak dengan berbagai alasan tersebut untuk menjadi seorang yang 'sosialis' dan terkadang akan mengatakan "apa urusanku? Itu kan urusanmu! Urusanku ya urusanku sendiri. Yang penting adalah diriku sendiri." Mungkin sifat individualis Anda akan hilang setelah Anda mendengar cerita dari saya ini, dan cerita ini merupakan kisah nyata yang ada di dekat saya dulu.

Dahulu, ada sebuah komplek rumah yang dihuni oleh keluarga besar. Lebih kurang terdiri dari 3 KK dan masing-masing memiliki hubungan darah. Keluarga besar tersebut sangat sederhana. Hidup sehari-harinya hanya sebagai peternak sapi dan petani. Ekspektasi orang-orang terhadap keluarga ini pasti baik. Sebagai keluarga sederhana dan hidup di desa dengan kondisi kerukunan yang baik, pasti keluarga ini akan sering 'srawung' dengan tetangga-tetangganya bila dibandingkan dengan orang-orang kota yang pindah ke desa sekedar untuk menenggelamkan kearifan asli pedesaan. Ternyata ekspektasi orang itu salah. Keluarga ini sangat jarang hadir ke acara-acara yang dibuat oleh tetangga-tetangganya. Apa-apa pun dilakukan sendirian. Demikian juga ketika keluarga ini punya hajatan. Yang masak-masak di dapur umum pun hanya dari keluarga tersebut. Yang datang hajatan hanya sedikit, bahkan hampir tidak ada. Bahkan, hingga salah satu dari anggota keluarga tersebut meninggal dunia, yang melayat pun hanya sedikit. Tidak sebanyak bila ada tetangga lainnya mengalami musibah.

Lebih kurang demikian ceritanya. Itu memang terjadi di desa. Anda bisa mengatakan "Ini kota. Gaya hidup tidak lagi seperti di desa!" Hey, kaum egois! Masih ingatkah hakikat Anda sebagai manusia? Anda tidak sempurna, Anda cacat! Maka Anda butuh bantuan orang lain. Rumah Joglo yang megah tidak hanya berdiri karena satu pilar saja. Perlu banyak pilar untuk menjadikan rumah Joglo tersebut megah.
Memang ini kota, memang ini kuliah yang padat, memang ini sekolah yang menuntut prestasi, tapi itu semua bukan halangan untuk peka dan peduli dengan orang lain di sekitar Anda. Menjadi peduli, membuat Anda ketika sewaktuwaktu mengalami musibah, juga akan dipedulikan oleh orang lain. Apa yang Anda lakukan kepada orang lain, maka hal tersebutlah yang Anda lakukan kepada diri Anda sendiri. Berbagilah dengan orang lain. Sering-seringlah bergaul dengan orang lain. Jangan terlalu mementingkan diri sendiri seberat tuntutan hidup Anda. Ketika Anda bisa memahami orang lain, maka niscaya orang lain pun akan memahami diri Anda. Jika tindakan individualis masih Anda pertahankan, maka wassalam. Dan ucapan demikian pasti akan terdengar di telinga Anda setiap waktu :

"Pinter dipek dhewe, sugih dipek dhewe, seneng dipek dhewe, sedhih dibagi-bagi. Nek urip yo uripo dhewe, nek mati yo goleko kuburan dhewe, ngedhuko dhewe, ngglundhungo dhewe."
(Pinter diambil sendiri, kaya juga dipakai sendiri, bahagia juga diambil sendiri, tapi kalau sedih dibagi-bagi. Kalau hidup ya hiduplah sendiri, kalau mati carilah kuburan sendiri, galilah sendiri, lalu masuk ke makam juga sendiri)

1 komentar:

  1. Bagaimana tuntutan pekerjaan sehari-hari, seperti kuliah di bidang pendidikan dokter atau bekerja sebagai dokter umum, dapat mempengaruhi tingkat kepedulian seseorang terhadap lingkungan sekitarnya, termasuk interaksi sosial dengan keluarga dan tetangga?
    Regard Telkom University

    BalasHapus