Minggu, 17 April 2011

Ujian, Siapa Takut?

Tulisan ini untuk adik-adikku yang akan menempuh Ujian, baik Ujian Nasional maupun Ujian Sekolah.

Ujian, siapa takut? Kenapa harus takut dengan ujian? Jika ditelusur secara lebih mendalam, ujian yang dilaksanakan baik oleh negara maupun oleh skolah, merupakan sebuah cara untuk mengetes kita sejauh mana kita menguasai mata pelajaran yang telah ditetapkan. Sulitkah ujian? Saat ini saya menjawab tidak karena saya sudah melaluinya 1 tahun yang lalu. Ya, saat-saat penuh cobaan 1 tahun yang lalu. Sebenarnya, yang membuat ujian itu sulit atau mudah adalah suasana hati kalian.
Setidaknya ini adalah hasil refleksi dan perenungan kembali dari diri saya setelah 1 tahun berlalu untuk UN SMA dan 4 tahun berlalu untuk UN SMP. Yang terberat adalah karena tanggungan saya saat itu saya tidak hanya harus lulus UN, tapi saya juga harus bisa diterima di universitas pilihan saya. Yang lebih memberatkan lagi adalah  ujian beberapa universitas saat itu dilaksanakan dalam jangka waktu yang mepet (UGM 1 minggu setelah UN, dan Undip saat hari raya Paskah). Suasana hati saat itu kurang terkontrol dan persiapan juga terbagi menjadi dua : UN dan tes UM UGM. Dari terbelahnya pikiran menjadi dua ini, saya sudah tidak dapat berpikir harus prioritas yang mana dulu karena kedua-duanya penting. Akhirnya, saya prioritas ke Ujian Nasional karena tanpa melewati 'anak tangga' yang satu ini, meskipun saya lolos UM UGM (pikiran saya saat itu), saya tetap tidak dapat naik ke 'anak tangga' selanjutnya.
Ketika ditanya, apakah saya belajar? Jawabannya adalah tidak. Proses pembelajaran saya adalah selama 3 tahun dan menjadi efektif ketika 1 bulan mendekati masa ujian. Ketika malam hari menjelang ujian pun saya hampir samasekali tidak membuka buku. Saya hanya membuka sedikit membolak-balik buku, kemudian tidur. Justru 9 hari sebelum ujian saya lebih memperbanyak doa saya. Belajar saya terbantu dengan adanya kisi-kisi ujian dari depdiknas, soal-soal tahun lalu, dan coretan kecil yang saya buat di HVS kosong yang selalu saya baca saat saya akan tidur.
Jadi, yang terpenting untuk sahabat-sahabatku sekalian yang akan menjalani ujian adalah kesiapan hati dan kemantapan pikiran. Percuma kalian sudah belajar keras namun kalian tidak punya kemantapan. Percuma 2 hari yang lalu kalian telah paham pelajaran dan rumus-rumus fisika, tapi tiba-tiba pikiran kalian berkata "aku tidak bisa Fisika". Semuanya akan buyar seketika. Saya dulu tidak bisa, bahkan benci, dengan Fisika. Tapi ketika mendekati ujian, saya hanya berdiam diri dan terus memotivasi bahwa saya bisa dengan target nilai hanya 70 saja. Ketika hasil ujian itu muncul, dan saya melihat, saya benar-benar bisa mengerjakannya dan nilai 80 pun saya dapatkan. Justru pelajaran kimia yang saya menguasai dan menyepelekan dengan target nilai maksimal, hanya bisa meraih 77,5 saja. Jadi, tetaplah optimis. Atur pikiran, kelola pikiran, jangan panik, dan katakan bahwa kalian bisa. Kalau kalian masih khawatir lupa apa yang kalian pelajari, buatlah catatan kecil mengenai materi yang mungkin kalian lupa. Baca sesaat sebelum tidur dan 30 menit sebelum masuk ruangan. 30 menit sisanya untuk menenangkan hati sembari tetap mengucapkan bahwa kalian bisa. Jika ada teman yang memancingmu bertanya tentang soal ketika sedang menunggu waktunya masuk, jangan jawab soal itu. Lebih baik diam saja, karena dengan banyaknya pertanyaan yang mungkin ditanyakan teman, akan merusak jalan pikiran yang telah kalian buat.
Satu peringatan terakhir dari saya dan selalu saya dengungkan dari dulu sampai sekarang. Kalau cuma sekedar untuk lulus Ujian nasional itu mudah, toh sudah ada kisi-kisi dari depdiknas dan toh pasti juga soal-soal itu yang akan keluar. Yang paling sulit adalah menjadi yang terbaik diantara yang terbaik. Dan saya yakin, kalian pasti bisa menjadi yang terbaik diantara yang terbaik. Selamat bertarung dan selamat bertaruh. Lulus Ujian Nasional dan Lulus Ujian Sekolah bukanlah puncak dari hidupmu, namun sebuah anak tangga untuk menuju kesuksesanmu. Bertarunglah, tunjukkan taringmu, hadapi duniamu, miliki mimpimu. Ad Maiorem Dei Gloriam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar