Kamis, 14 April 2011

Kuliah Mahal, Kuliah Murah?

Akhir-akhir ini di kampus saya sedang ribut mengenai masalah kenaikan SP3 (semacam biaya kuliah). Yang dipermasalahkan adalah kenaikan SP3 yang dapat berdampak pada adik-adik saya yang akan segera menempuh pendidikan di Perguruan Tinggi, terutama Perguruan Tinggi Negri. Naiknya biaya SP3 ini terjadi hampir di seluruh kampus. Tidak hanya di UA, bahkan saya berani menjamin bahwa USU, UGM, UI, UNS, Undip, Unsoed, bahkan Uncen pun tak dapat lepas dari kenaikan biaya SP3 ini. Mengapa demikian? Saya menganalisisnya dari segi biaya operasional yang dikeluarkan universitas. BHMN sendiri, beberapa situs menyebutkan bahwa PT-BHMN ini merupakan suatu bentuk neoliberalisme pendidikan yang menghambat si miskin untuk dapat mengenyam pendidikan tinggi. Pada PT-BHMN ini, seluruh keuangan diatur oleh perguruan tinggi sendiri. Dana memang dapat berasal dari dana pemerintah, namun pendapatan terbesar adalah dari dana masyarakat, yang tak lain adalah pendapatan dari mahasiswa yang berkuliah di tempat tersebut. Dengan dicanangkannya BHMN pada perguruan tinggi negri, sekaligus berkurangnya kuota PMDK (jalur penerimaan di perguruan tinggi negri yang identik dengan biaya mahal, bagi orang mampu, atau PBS di UGM), maka tak heran jika biaya masuk tetap sama dengan tahun sebelumnya perguruan tinggi akan mengalami kerugian besar karena biaya operasional tidak tertutup oleh pendapatan perguruan tinggi. Sehingga, karena kuota bagi SNMPTN ditingkatkan, maka biaya masuk baik dari PMDK maupun SNMPTN turut dinaikkan agar biaya tersebut dapat menutup operasional kampus.
Sebenarnya bukan perkara yang patut dilebih-lebihkan mengenai kenaikan SP3 ini. Saya bisa bilang, ada 2 kampus yang memiliki biaya kuliah yang murah (yang saya tahu dan saya pernah coba) yakni Universitas Sebelas Maret (Solo) dan Universitas Airlangga (Surabaya). Di UNS dulu, jika saya diterima di FK melalui jalur Prestasi, saya hanya diminta membayar RP 12,5 juta saja. Di UA (Sebutan baru Universitas Airlangga), saya hanya dikenakan biaya Rp 2,35 juta untuk FKG melalui jalur SNMPTN. Saya bisa bilang murah karena saya membandingkan dengan di UGM dan Undip. Di UGM, jalur SNMPTN harus membayar Rp 15 juta untuk FK atau FKG. Di Undip harus membayar Rp 75 juta untuk FKnya melalui jalur UM 1.
Bagaimana membedakan murah atau mahal? Bila kuliah mahal itu, tentunya uang yang kita bayarkan tidak akan kembali kepada kita. Dalam artian mengenai fasilitas penunjang dan hal-hal yang kita peroleh selama di kampus. Bila kuliah murah, maka apa yang kita bayarkan sesuai dengan apa yang kita dapatkan dari universitas. Misalkan saja fasilitas laboratorium yang memadai, dosen yang terampil, fasilitas penunjang seperti perpustakaan terintegrasi, layanan internet, Wi-Fi, atau mungkin website universitas untuk akses data nilai dan KRSan. 
Siapa yang salah dengan naiknya biaya pendidikan ini? Saya bisa bilang semuanya salah. Karena semua yang ada di dunia ini berkaitan dengan pendidikan. Biaya pendidikan tidak hanya dihitung berdasarkan hal yang sederhana, melainkan dihitung melalui sebuah prosedur yang rumit. Mekanisme pasaran yang selalu berubah juga membuat biaya operasional tiap tahun akan selalu berubah. Masa ada universitas yang tidak menaikkan biaya operasional kala biaya kertas atau alat tulis kantor naik? Ibaratnya, tidak ada penjual gorengan yang tidak menaikkan harga gorengannya ketika harga terigu naik. Demikian pula dengan universitas dengan berbagai faktor dalam biaya operasionalnya. Yang bisa dibilang salah lagi adalah pemerintah. Seharusnya, pemerintah menjadi sumber dana terbesar terhadap pembiayaan pendidikan. Mohon maaf sekali lagi mohon maaf karena saya membandingkan dengan negara-negara yang lebih maju, beberapa negara di Eropa sudah menanggung biaya pendidikan anak-anak di negaranya, bahkan beasiswa yang sangat melimpah ada disana. Sedangkan di Indonesia, ketika digembor-gemborkan kuliah murah di berbagai perguruan tinggi negri, lantas disahkanlah UU PT-BHMN yang menyebabkan biaya kuliah menjadi tinggi.
Inilah sebabnya saya menulis tulisan ini. Keprihatinan atas berbagai pandangan. Sebenarnya, semuanya kembali kepada kita. Kita membayar, tentu pasti ada timbal balik yang diberikan kepada kita. Murah atau mahalnya tergantung dari apa yang diberikan universitas kepada kita, dan berapa kita membayar universitas. Protes terhadap biaya pendidikan juga perlu memperhatikan aspek-aspek lain, semisal biaya operasional. Yang lebih perlu diperhatikan lagi adalah biaya operasional tiap fakultas adalah berbeda. Biaya operasional Fakultas Kedokteran Gigi yang membutuhkan banyak sekali alat laboratorium yang harganya sangat mahal, mungkin biaya operasionalnya akan lebih mahal daripada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang tidak membutuhkan peralatan laboratorium yang mahal dan rumit.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar