Minggu, 03 April 2011

Life is Just Like A Candle

Lilin. Deskripsi secara singkat adalah merupakan sebuah bentukan berupa batang yang terbuat dari bahan dasar minyak bumi. Diberi pewarna yang bermacam-macam agar lebih menarik. Ada pula yang dibuat dari stearin, bahan alami dari kelapa sawit, yang membuat lilin menjadi lebih awet dan kuat.
Kenapa lilin dalam analogi sore ini? Ya, lilin. Dia menjadi berguna karena api. Hidup kita bak sebuah lilin. Lilin menjadi berguna karena ada api. dengan kata lain, api adalah nyawa. Maka nyawa kita dapat kita samakan sebagai api. Percuma badan tanpa nyawa. Hanya akan menjadi bangkai saja. 
Siapa yang memberikan lilin sebuah api? Tentu adalah sebuah tangan yang berbaik hati dan mau membuat lilin tersebut menjadi berguna. Ya, tangan tersebut adalah tangan Tuhan yang memberikan nyawa kepada kita. Kenapa Tuhan memberikan nyawa kepada kita? Tuhan tidak ingin kita hanya sekedar menjadi bangkai. Gelondongan lilin yang dibiarkan begitu saja juga akan lapuk dan hilang satu persatu menjadi debu. Begitu pula dengan kita. Ada maksud dari Tuhan dengan memberikan nyawa kepada tubuh kita : Ia ingin mempergunakan dan membuat kita berguna di dunia ini.
Siapa yang bisa mematikan nyala api dari lilin itu? Tentunya semua tangan. Terserah tangan siapapun itu. Tangan orang yang ada di sekitar, atau bahkan tangan orang-orang tak bertanggung jawab. Tapi, api itu takkan pernah padam. Kenapa? Ya, karena tangan Tuhan yang menjaga nyala api itu agar jangan sampai padam. Banyak godaan yang mencoba memelencengkan jalannya hidup kita. Dan itu adalah tindakan setan. Tangan Tuhan takkan segan-segan menyingkirkan segala macam cobaan dan godaan tersebut. Dan tetap membiarkan kita untuk terus hidup. Tinggal bagaimana diri kita, akan terlena pada godaan  ataukah menjadi selektif dalam menjalani hidup?
Yang berhak mematikan nyala api dari lilin hanyalah orang yang menyalakannya. Demikian pula dengan diri kita. Maka, yang berhak mengambil nyawa kita hanyalah Tuhan. Lilin dimatikan pun juga tepat pada saatnya, ketika segala yang harus dilakukan oleh lilin telah cukup. Begitu pula dengan kita. Ketika apa yang telah kita lakukan telah cukup di mata Tuhan, maka kita akan mati. Dan nyawa kita akan kembali kepada-Nya. Kita tak tahu kapan Tuhan akan mematikan 'nyala lilin' ini. Yang bisa kita lakukan hanyalah melakukan yang terbaik dan terus yang terbaik.
Menjadi lilin, juga menjadi lentera. Lilin dinyalakan sebagai sebuah sumber cahaya di tengah kegelapan. Begitu pula dengan hidup kita ini. Kita ada untuk membuat sebuah cahaya di tengah kegelapan, gegap gempitanya dunia. Bukan untuk menambah kegelapan duniawi yang sudah sangat sering kita lakukan.
Ya, kita ini bagai sebatang lilin. Manusia-manusia lain juga adalah lilin. Gandenglah mereka satu persatu, jadikanlah dunia sekitarmu menjadi terang. Dan ingatlah slalu bahwa Dia sang empunya hidup. Ad Maiorem Dei Gloriam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar