Rabu, 23 Februari 2011

Senja Berlalu a'la Wonogiri

Senja di Wonogiri itu kembali menyapa kami kemarin siang sampai senja menghampiri. Bahkan senyum khas mereka dan keramahan mereka tak juga sirna dalam kelam waktu 2 tahun yang sudah berlalu. Eksotisme senja a'la Wonogiri takkan bisa terlupakan. Terutama bagi yang pernah menikmati tinggal di Wonogiri, semalam saja sekalipun.
Sebaskom nasi panas dan dua mangkuk mie rebus yang baru saja dimasak oleh Bu Kardi segera ada di hadapan kami. Teh panas kental dengan sedikit ampas teh yang sangat khas Wonogiri tersedia di hadapan kami. Ditemani   kripik tempe yang masih baru. Kami segera menyantap makanan yang telah dihidangkan oleh Bu Kardi, induk semang saya ketika live in di Wonogiri, diselingi canda tawa dan nostalgia.

Sudah 2 tahun berlalu, suasana Wonogiri belum juga berubah banyak. Pembangunan memang sudah beradab di sana sini. Jalan yang dulu masih jalan tanah, kini sudah berganti jalan semen yang lebih manusiawi untuk dilewati. Yang tak pernah berubah adalah filosofi masyarakat Wonogiri dan jiwa masyarakat Wonogiri. Sikap ramah tamah dan saling menghargai tercermin dalam kehidupan mereka. Sikap ikhlas dan penuh syukur atas kehidupan yang boleh dijalani juga menjiwai setiap keseharian mereka. Bukannya suatu hal yang berlebihan apabila daerah ini, Kecamatan Giriwoyo, sering dijadikan tempat live in bagi para siswa SMA. Sikap menghargai dapat diteladani, apalagi di jaman yang sudah sangat maju ini dimana sikap saling menghargai telah sirna termakan waktu dan teknologi.

Folosofi teh hangat juga masih menjadi ciri khas yang sangat kental dengan budaya Jawa yang sudah mulai hilang. Filosofi yang sarat akan pemahaman satu sama lain dan penuh makna kesopanan. Tiap masyarakat Wonogiri, selalu menyajikan teh hangat ketika ada orang datang ke rumahnya. Bahkan orang yang tak dikenal  sekalipun. Ini bermakna sebuah keterbukaan tanpa memandang status sosial. Teh yang hangat, mengandung makna kehangatan hati pemilik rumah  dalam menerima tamu. Perlu diketahui, dalam menyajikan minuman sendiri ada maknanya. Minuman panas, hangat, dan dingin memiliki arti tersendiri dalam filosofi Jawa. Tiap orang jauh datang ke rumah orang Wonogiri, juga pasti disiapkan makan oleh sang tuan rumah, meskipun kadang hanya seadanya. Sungguh sikap dan tindak tanduk khas orang-orang Jawa yang penuh dengan makna yang telah mulai ditinggalkan, bahkan oleh orang jawa sekalipun.

Ya, eksotisme Wonogiri masih menyimpan tanya dan kerinduan bagi setiap orang yang pernah merasakannya. Pandangan miring akan daerah yang tandus dan tanpa air itu akan sirna seiring waktu yang akan membuktikan bahwa Wonogiri penuh dengan kesuburan, bahkan pada sudut mulut para penghuninya. Asalkan jangan sampai budaya kota yang penuh dengan keurakan masa kini merusak segala filosofi Jawa yang telah tertanam dalam di hari masyarakat Wonogiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar