Jumat, 18 Februari 2011

Memilih Sekolah Bukan Memilih Gethuk

Musim penerimaan mahasiswa baru di berbagai universitas sudah tiba. Bahkan sudah tiba jauh-jauh hari sebelum tulisan ini dibuat. Seluruh siswa kelas XII SMA, terutama yang ingin meneruskan pendidikan ke perguruan tinggi, mulai sibuk mencari informasi dan cara untuk bisa masuk ke perguruan tinggi yang diinginkan. Bahkan, tak jarang beberapa lembaga bimbingan belajar penuh sesak oleh siswa-siswi yang sebenarnya sangat ketakutan meenghadapi UNAS dan sistem penerimaan mahasiswa baru atau apalah itu namanya. Sejujurnya, menilik dari sekian banyak siswa kelas XII, masih banyak sekali yang salah kaprah dalam menentukan masa depan mereka.
Memilih universitas terlebih dahulu baru menentukan prodinya merupakan sebuah kesalahan besar yang tersembunyi. Bahkan, sedikit sekali guru dan orang tua yang memahami perihal ini. Ironisnya, kebanyakan guru memaksakan satu hal, kamu harus masuk ke perguruan tinggi A. Bukannya kamu harus masuk ke jurusan A. Kesalahan ini sangat fatal dan bisa mengakibatkan banyak generasi pembaharu ini kehilangan arah di masa depan. Karena mereka sejak awal hanya didoktrin untuk bisa masuk ke universitas favorit, tanpa memperhatikan prodi atau jurusan yang ingin dimasuki, yang tentunya pada akhirnya akan banyak siswa yang merasa salah jurusan, tidak cocok, atau mungkin merasa salah masuk universitas.
Dalam mencari tempat kuliah, perlu perhatian khusus terhadap minat dan bakat. Memilih tempat kuliah tidak sama dengan memilih gethuk di pasar. Memilih gethuk, tinggal pilih yang menarik saja sudah selesai. Jika memilih tempat kuliah, perlu diperhatikan, apa minat dan bakat dari si anak. Begitu ketahuan apa minatnya dan apa bakatnya, maka yang pertama-tama dilakukan adalah dengan memilih jurusan atau prodi yang diinginkan. Baru setelah jelas prodi apa yang diinginkan, maka baru bisa ditentukan universitas mana saja yang bisa dimasuki. Untuk mengetahui potensi akademik, bisa melalui Tes Potensi Akademik (TPA) atau dengan mengetahui secara langsung dari si anak.
Contohnya saja, Si Bedjo sudah kelas XII SMA. Ia ingin mencari tempat kuliah. Ia memiliki bakat di bidang biologi dan kimia. Penalarannya baik, tingkat keseniannya juga baik. Ia juga cukup kuat dalam hal menghapal. Maka, ia memutuskan untuk masuk ke Pendidikan Dokter Gigi. Kemudian, Bedjo mulai memilih universitas mana saja yang bisa ia masuki. Selain itu, ia juga menuliskan urutan prioritas universitas yang telah di listnya tadi. Sehingga, ia bisa menyusun strategi untuk masuk ke perguruan tinggi.
Contoh yang dilakukan Bedjo tadi adalah contoh yang benar. Apa yang dilakukan Bedjo meminimalisir tingkat siswa yang merasa salah jurusan. Kebanyakan yang terjadi, orang memilih berdasarkan nama besar sebuah universitas. Padahal, yang kebanyakan terjadi pula dan sebagai contoh, fakultas Pendidikan Dokter Gigi di Universitas A yang sangat terkenal belum tentu lebih baik dari Fakultas Pendidikan Dokter Gigi di Universitas B. Maka, sebaiknya pilihlah dahulu prodinya, baru kemudian pilihlah universitasnya. Agar suatu waktu tidak merasa salah jurusan, atau bahkan yang fatal salah universitas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar