Selasa, 25 Januari 2011

Segelas Milo dari Ibu

Kembali teringat pada masa-masa masih sekolah di SMA dan masih berada di Jogja. Tiap pagi hari selalu terhidang segelas susu Milo yang selalu bervariasi tingkat kehangatannya. Suatu ketika susu itu menjadi hangat, suatu ketika sangat panas karena air yang baru saja keluar dari panci.
Segelas susu yang pada masa-masa itu saya pandang sebagai sesuatu hal yang menyusahkan. Bagaimana tidak, berangkat sekolah sudah tergesa-gesa, sementara masih harus meminum segelas susu Milo tersebut yang kadang menghabiskan waktu 3 menit. Waktu 3 menit itu sudah mampu membuat saya menjalankan sepeda motor saya sejauh 5-7 km kalau di Jogja. Namun, segelas susu itu kini menjadi sangat berarti.
Kemudian saya menyadari betapa pentingnya segelas susu saat itu. Sumber protein utama yang mampu membuat kita menjadi lebih greget dalam belajar dan lebih mudah mengingat karena kandungan protein yang melimpah. Meskipun, kadang susu juga dapat membuat ngantuk karena akan mengaktifkan hormon serotinin yang memacu rasa kantuk dari mata kita. Namun, keberadaan Susu Milo, meski hanya segelas, mampu menunjukkan sebuah kasih sayang yang besar seorang Ibu kepada anaknya agar anaknya bisa sukses dalam studinya.
Sekarang, semua harus sendiri karena memang terpisah jauh dari keluarga. Sanak saudara terdekat pun ada di Lidah Kulon yang memerlukan waktu 45 menit untuk tiba di sana (setara waktu tempuh Jogja-Magelang). Meskipun demikian, mengingat besarnya kasih sayang yang diberikan orang tua kepada kita, kita harus tetap belajar mandiri. Karena mau tidak mau, suatu ketika, kita akan meninggalkan kedua orang tua kita dan memulai sebuah hidup baru.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar