Minggu, 05 Desember 2010

FILOSOFI BAJU JAWA

Ketika ada mantenan, terutama ala Jawa baik itu Jawa Solo atau Jawa Jogja, tentu sang temanten menggunakan baju jawa lengkap. Kemudian sang temanten akan berjalan perlahan-lahan, sambil terkadang menyincingkan jariknya supaya jalannya lebih cepat. Temanten, dan orang-orang yang menggunakannya seolah-olah merasa tidak nyaman menggunakan pakaian jawa lengkap itu.
Tentu pakaian Jawa lengkap ini punya filosofi. Setiap orang yang memakainya pasti berkata tidak nyaman, tidak bisa dipakai lari kalau tergesa-gesa, susah memakainya, susah melepasnya, sumpek, dan lain sebagainya. Sesungguhnya, gaya berpakaian inilah yang membuat orang Jawa jaman dahulu selalu bersikap santun, tidak tergesa-gesa dan sabar. Karena dengan menggunakan baju ini, orang tidak bisa bersikap semena-mena dan bebas seperti menggunakan kaos dan celana jeans. Dengan baju ini pula, orang dituntut untuk sabar dan tidka tergesa-gesa dalam bertindak. Sehingga, sering kita lihat orang Jawa rata-rata berwatak sabar, tidak grusa-grusu, tapi pemikirannya baik.
Lihat sekarang yang terjadi. Orang Jawa ilang Jawane. Bahkan, orang asli Solo ataupun Jogja sudah tidak bisa menggunakan pakaian Jawa lengkap ini. Kebanyakan lebih enjoy menggunakan kaos oblong merk luar negri dan jeans dengan harga yang mentereng. Inilah yang perlahan akan menghilangkan image sabar dan tidak mudah tergesa itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar