Senin, 29 November 2010

WARTEX (WARUNG TEXAS)

Texas. Ketika kita mendengar nama tersebut akan identik dengan sebuah negara bagian di Amerika Serikat. Tapi ketika ada ajakan makan ke Texas, pasti akan identik dengan sebuah rumah makan cepat saji yang menyajikan ayam goreng crispy. Ketika kita diajak makan ke Texas dan kita membawa orang tersebut ke rumah makan cepat saji itu, apalagi orang yang Anda bawa adalah orang daerah Mrican, maka bogem mentah siap melayang di wajah Anda.
Warung Texas. Tidak menyajikan ayam goreng crispy dengan softdrink. Melainkan menyajikan nasi rames (bahasa Jawa Timuran : Nasi Campur) dengan berbagai lauk pauk dan sayur mayur dengan harga yang sangat terjangkau mahasiswa. Bila siang menjelang maka ruangan warung yang hanya berukuran 6x4 meter menjadi penuh sesak oleh mahasiswa dari Sanata Dharma, UAJY, dan bahkan sekolah-sekolah sekitar Mrican. Warungnya terletak di tengah kampung. Dengan jalan masuk yang hanya cukup dilewati 1 motor saja (jalannya mirip uji SIM). Tepatnya depan Kampus Sanata Dharma Mrican persis, ada tulisan petunjuknya.
Menilik sejarahnya, warung kecil ini tak bisa dipisahkan dari masa-masa SMAku yang penuh dengan kekonyolan. Berombongan mengajak lebih kurang 5 orang untuk menjajah warung ini. Beratributkan De Britto, kemudiang ngosak-asik warung dan membuat orang sedikit sungkan untuk berada di tempat itu, lalu mempercepat makannya lalu pergi. Dan kami bisa duduk santai menikmati sepiring nasi porsi kuli lengkap dengan es jeruk dan seplastik krupuk. Baru kemudian tanggal 29 November 2010 lalu saya menilik warung itu lagi, ternyata perubahan total terjadi. Warung menerapkan sistem prasmanan yang lebih asyik buat mahasiswa. Bahkan, hingga es tehnya sekalipun untuk mengambil es nya saja bebas. Mau segelas isinya es semua atau teh semua juga boleh.
Ketika buka, segera berbagai sayur-mayur yang rata-rata dimasak oseng-oseng itu terhidang di rak kayu. Juga lauk-pauk yang nikmat. Ada rolade goreng, sosis goreng tepung, ayam goreng, sate usus, sate cumi, sate kerang, rolade bumbu bali, telur bumbu pedas, telur dadar, telur ceplok, dan tak lupa oseng usus ayam dan oseng teri. Ketika mencoba membeli lagi di tempat itu, saya terkejut setengah mati karena biaya yang saya keluarkan sama dengan biaya yang saya keluarkan untuk makan di Wapro. Cuma bedanya terasa sekali dengan makan di Wapro. Karena saat itu laparnya minta ampun, saya mengambil nasi lebih kurang 5 centhong (sendok nasi) atau setara dengan 2 porsi nasi di penyetan depan kos Surabaya. Kemudian ambil sayur oseng daun pepaya. Untuk lauknya saya ambil rolade goreng, perkedel kentang, dan oseng usus lalu saya siram dengan kuah pedas. Kemudian, minumnya es teh dibungkus. Saking banyaknya makanan saya, ibu penjaga kasir tak bisa membungkusnya, dan dipaksakan akhirnya bisa membentuk sebuah bungkusan raksasa. Ketika saya tanya harganya, ternyata hanya Rp 8.500,00. Itu lauknya sudah 3, plus sayur. Kalau di Surabaya, di Wapro kemarin nasi pecel telor ceplok plus krupuk 1 sudah kena 6.100. Pernah juga makan nasi sayur bayem, es milo, dan bandeng sudah kena 9.000. Wow, kalau Texas buka di Surabaya, bakal jadi saingan terberat Wapro nih...

1 komentar: