Rabu, 17 November 2010

OEALAH GUSTI, KOK YO PANASE KOYO NGENE!!!

Hawa panas di Jogja saat ini disebabkan oleh aktivitas merapi yang meningkat. Panas di Surabaya sampai beberapa waktu lalu juga sudah biasa karena daerah yang terletak persis di pinggir pantai. Tapi, entah kenapa panasnya kali ini menjadi-jadi dan membuat berdiam diri saja berkeringat. Apalagi bergerak dan sekedar berolahraga?? Efek buruknya, mal-mal jadi penuh sesak oleh manusia yang pengen 'ngadem'. Kalau mal-mal sudah penuh, kemudian menjadi panas lagi, lalu mereka pindah lagi ke Circle K atau mungkin malah Indomaret. Dan begitu seterusnya.
Sekilas melihat Jogja 5 tahun yang lalu dengan standar kepanasan yang cenderung meningkat. Suhu rata-rata harian mencapai 30 derajat celcius keatas. Sungguh suasana yang mencekam tatkala banyak warga Jogja dengan kulit coklat sawo matang menjadi coklat sawo busuk, alias menjadi semakin hitam. Pohon-pohon sangat minimalis waktu itu. Taman kota tidak ada. Ada pun hanya terawat. Saat walikota dipegang oleh Bapak Herry Zudianto, keadaan menjadi sedikit berubah. Bersyukurlah Jogja memperoleh wagiman (walikota gila taman) ini. Suasana Jogja menjadi sedikit rimbun. Apalagi sejak saat itu mulai digalakkan kembali program tanam pohon. Akibatnya, beberapa ruas jalan sudah ditumbuhi pepohonan, yang juga didukung oleh dinas pertamanan yang menyirami tiap tanaman pada pagi dan sore.
Kembali ke Surabaya. Mana pohonnya??? Yang ada tanam pohon tumbuh gedung tuh. Seharusnya beberapa ruas jalan memang ditanami pepohonan. Seperti daerah Dharmawangsa depan RSU Soetomo. Minim sekali pohon yang ada. Memang beberapa taman kota, seperti Taman Bungkul yang berfungsi optimal. Mungkin dengan adanya pepohonan ini bisa membuat kota Surabaya menjadi sedikit lebih sejuk. Selain lokasi geografisnya yang berada di tepi laut, dimana daerah tepi laut memiliki suhu yang cukup tinggi, maka perlu juga dilakukan penghijauan. Penghijauan fungsinya bukan untuk mencegah longsor disini. Tetapi lebih pada membuat suasana sekitar, terutama jalan-jalan protokol menjadi lebih sejuk. Kalau jalan-jalan protokol lebih sejuk, orang-orang menjadi tidak sungkan untuk berjalan kaki.
Tentunya solusi ini tidak bisa diambil secara gegabah oleh masyarakat biasa. Perlu peran serta yang komprehensif dari pemerintah kota yang lebih paham akan tata ruang daerah. Jadi, tunggu apa lagi untuk Surabaya bersih, hijau dan teduh???

Tidak ada komentar:

Posting Komentar