Rabu, 17 November 2010

BUBUR AYAM PANDANARAN

Sekilas teringat nama Bandung melintas di dalam otak. Teringat pula ketika terjadi pesta pernikahan saudara dari Probolinggo yang mendapat pinangan gadis dari Bandung. Saat itu saya bersama kelaurga saya dengan sebuah mobil ELF diajak ke warung kecil Bubur Ayam Haji Toha (kalau tidak salah) di Jalan Pandanaran.
Ketika itu saya baru saja turun dari Kereta Ekspress Malam Mutiara Selatan. Saya langsung dijemput oleh saudara saya dan tanpa basa-basi ditawari bubur ayam yang memang asli Bandung. Saat itu saya ogah, bukan karena sungkan atau apa. Tapi saya saat itu sedang bosan karena hampir tiap hari sebelum keberangkatan ke Bandung itu selalu diberi bubur tiap pagi. Akhirnya, daripada tidak berkenan, saya ngikut saja sampai tujuan.
Sampai warung tersebut, saya memesan bubur ayam lengkap dengan jeroan. Minum sudah ditanggung warung. Yakni teh tawar manis. Dan inilah yang menjadi ciri khas warung makan di Jawa Barat, yakni mendapatkan teh tawar secara gratis. Ketika semangkuk bubur panas sudah terhidang, langsung saya lahap bersama dengan tambahan kecap asin dan sedikit sambel. Benar-benar bubur ayam ini memiliki rasa yang khas dan beda. Buburnya begitu gurih dengan tambahan-tambahan tak terduga. Ada ati, ampela, daging ayam, kemudian ada juga potongan cakweh dan sedikit potongan tahu yang ditaburi dengan kacang tolo dan ditaburi bawang goreng dan sledri. Benar-benar bubur ayam yang nikmat, gurih, hangat, dan menggoyang mulut.
Ini katanya masih belum apa-apa dengan warung Bubur Ayam Mang Haji Oyo yang waktu itu belum sempat dicoba. Seandainya ada waktu lagi, pasti kan ku coba semua kuliner khas Bandung itu...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar