Minggu, 14 November 2010

'MAAF MAS, ANDA MENGEMUDI SECARA ZIG-ZAG'!!

Sore itu, pukul 18.10. Saya sedang berada di Kecamatan Ampel, Boyolali bersama teman-teman dari FKG Universitas Airlangga. Wajah lelah nampak sekali di wajah teman-teman yang baru saja melakukan distribusi barang bantuan Merapi dan trauma healing. Seusai makan, tiba-tiba saya diminta untuk menggantikan kakak kelas saya untuk menjadi sopir dengan catatan sampai Prambanan saya digantikan lagi. Saya menyetujui. Mobil yang saya bawa saat itu adalah Peugeot 206 warna merah delima.
Tepat pukul 18.24, saya dan 4 teman lainnya dalam mobil itu berangkat menuju Jogja. Di depan ada Ambulance milik FKG UGM, kemudian disusul mobil Karimun plat DK milik mahasiswa FKG UGM, kemudian mobil yang saya kendarai, disusul Terios dan Panther milik mahasiswa FKG Unair. Perjalanan awalnya berjalan lancar. Kami masih menjadi satu urutan. Namun, karena ada truk sebelum masuk kota Boyolali, mulai dari mobil yang saya kendarai ke belakang ketinggalan. Akhirnya, karena tertinggal agak jauh, kami sepakat menambah laju mobil kami. Ternyata, masuk kota Boyolali, kami berjalan terlalu kencang, sehingga mendahului ambulance milik FKG UGM. Akhirnya, kami sepakat untuk terus melaju ke Jogja.
Sampai daerah Kartosuro sempat membuntuti PO Rajawali Legacy Semarang-Solo. Kemudian perjalanan lancar lagi sampai hampir masuk Prambanan. Sampai di tikungan sebelum Candi Prambanan, saya mencoba memanggil kakak kelas saya yang akan menggantikan saya. Saya lihat ke belakang ternyata sudah terlelap semuanya. Saya panggil 3 kali tidak ada yang bangun. Akhirnya, daripada menunda, saya lanjutkan perjalanan menuju ke base camp. Yang jelas, sampai di Prambanan itu tercatat waktu tempuh dari Boyolali sampai Prambanan sekitar 1 jam 30 menit.
Petaka dimulai ketika memasuki Ring Road Maguwo. Karena jalanan sepi, saya memacu mobil. Tidak terlalu kencang karena ada mobil di kanan kiri jalan. Sampai di daerah Casa Grande, laju saya perlambat karena jalanan mulai ramai kembali. Sampai tiba di perempatan Condong Catur. Di lajur kanan ada mobil patroli polisi yang lampu rotatornya menyala. Saya segera ambil dari lajur kiri karena kosong samasekali. Begitu lampu hijau, saya langsung berjalan. Saat itu tidak terlalu zig-zag. Dalam masuk ke kanan dan ke kiri pun pegangan stir saya tidak kasar. Lampu sein pun senantiasa dihidupkan karena itu adalah syarat utama untuk berpindah lajur. Jarak dengan kendaraan dibelakang juga selalu saya perhatikan. Tiba-tiba di depan Happy Puppy, saya dikejar oleh mobil patroli polisi tadi. Tak ayal, balapan antara mobil pribadi dan mobil polisi terjadi. Tapi, saya tetap menggunakan cara halus meskipun harus zig-zag, saya tetap menggunakan lampu sein untuk masuk kanan kiri. Tiba-tiba di depan saya ada bus Transjogja akan belok kiri. Di belakang Trans Jogja ada mobil carry yang juga turut mengerem mendadak. Karena situasi ini sudah saya perkirakan jauh sebelumnya, saya sudah menyalakan sein kanan tanda berpindah ke lajur kanan. Tapi, mobil polisinya terus menerus memacu kecepatan tanpa menghiraukan lampu sein saya. Begitu ada celah yang cukup bagi saya untuk masuk kanan, dan juga mempertimbangkan apabila saya rem secara mendadak tidak akan cukup dan akan menyebabkan tabrakan beruntun, saya menyegerakan diri untuk masuk ke kanan. Dasar Polisi 'nggathel', meskipun masuk dan ada celah cukup lebar, tetap mengklakson. Setelah itu, kejar-kejaran menjadi bertambah seru. Berhubung mobil yang dibawa Polisi adalah Ford Ranger, maka tentu dari segi kecepatan Peugeot 206 kalah. Daripada mengambil resiko, saya berada di jalur tengah. Sampai di perempatan Kentungan, terpaksa berhenti. Mobil Polisi berada di kiri saya menutupi lajur kiri bagi mobil yang akan belok kiri. Polisi membuka kaca dan berteriak
"He, turun buka kaca. A** Bajing**. Maunya apa kamu???"
Saat itu keempat penumpang yang lainnya tidur. Sehingga saya jadi takut sendirian. Tapi, begitu lampu menyala hijau, saya langsung majukan mobil dan Polisi tidak bisa maju karena terpentok devider. Begitu mulai masuk jalur Ring Road lagi, saya kembali kejar-kejaran dengan Polisi tadi. Tetap sama, bahkan mobil di kanan kiri minggir memberikan kesempatan kepada 2 mobil yang sedang kucing-kucingan ini. Sampai di perempatan Monjali, saya pikir Polisi tadi akan berhenti Karena di perempatan tersebut ada pos polisi. Ternyata tidak, polisi tadi terus membuntuti ke arah jalan Monjali. Daripada ambil resiko, saya masukkan lagi ke lajur sebelah kanan. Ternyata Tuhan memberkati. Jalanan macet, tapi dari arah berlawanan kosong. Saya bisa agak ambil kanan. Tanpa dinyana, Mobil Polisi tadi menyalakan sirine. Batin saya "Waduh, lha nek kaya gini udah kaya penjahat". Kemudian, dari arah kanan sepi, tapi masih agak ramai. Tiba-tiba mobil polisi tadi menyalip, kemudian memepet mobil saya. Sekonyong-konyong keempat penumpang terbangun dan terkaget-kaget. 2 Polisi segera turun. Yang duduk di depan segera menyuruh saya keluar, dan yang di kabin belakang juga turun. Yang dari kabin depan langsung misuh-misuh tidak karuan.
"As* Bajing** kamu tau aturan nggak???"
Kemudian SIM dan STNK diminta. Kemudian disuruh ke perempatan Jetis. Baru kemudian setelah saya akan masuk ke mobil lagi, pengemudi mobil polisi tadi keluar dan misuh-misuh tidak karuan juga. Alhasil, perjalanan Boyolali-Jogja yang bisa saya tempuh dalam waktu 1 jam 54 menit itu harus diakhiri dengan tragis dan harus mengurus SIM dan STNK itu muter-muter dari Pos Jetis, Pos Tugu, Pos Pingit, Patwal Pingit, Polsek Jetis, Pos Gramedia, dan berakhir di DITLANTAS DIY. Kasus baru selesai pukul 23.25 setelah seorang Polisi (menurut penglihatan saya polisi yang datang ini duduk di kabin belakang dan tidak banyak bicara saat menginterogasi saya) datang, meminta maaf dan memohon supaya dimaafkan. Terima kasih juga buat Masnya Mbak Yona yang meringankan kasus ini....

1 komentar: