Minggu, 14 November 2010

POLISI MELINDUNGI, MENGAYOMI, DAN MELAYANI???

Sabtu lebih kurang pukul 20.20 kemarin saya diberhentikan oleh sebuah mobil patroli Polisi double cabin (Ford Ranger). Ketika ada 2 polisi turun, yang mereka lakukan pertama kali bukanlah mengetuk kaca kemudian memberikan hormat dan berkata 'Selamat Malam Mas'. Tapi, yang mereka lakukan adalah menggedor pintu mobil. Dan ketika saya buka, yang keluar justru bukan suara salam sapa, melainkan caci maki dari polisi-polisi tersebut. Ada berbagai pisuhan yang tidak layak diucapkan oleh seorang Anggota Kepolisian Republik Indonesia yang masih menggunakan seragam lengkap. Mereka menginterogasi secara tidak wajar dan meminta SIM dan STNK saya tanpa diberi tahu kesalahan saya apa. Juga mereka sama sekali tidak menyebutkan nama dan pangkat sebagai sopan santun seorang Polisi (informasi ini saya dapat dari Ditlantas Polda DIY). Belum lagi sopir mobil patroli tersebut turun dan justru langsung melontarkan pisuhan yang lebih bertubi lagi. Ini bukan mengada-ada. Ini kenyataan. Banyak saksinya. Ada 4 orang teman saya. Ada juga pedagang mie, warga sekitar depan Tenpura Hana Jalan Monjali yang menyaksikan kejadian ini.
Kemudian saya diminta ke Pos Jetis. Saya datang kesana setelah sebelumnya berganti motor. Selisihnya tidak ada 5 menit. Ternyata disana tidak ada lagi polisi itu. Akibatnya saya memutar-mutar sampai ke Ditlantas DIY dan disana baru benar-benar dibantu.
Pertanyaan saya apakah benar seorang polisi dibayar untuk misuhi pelanggar lalulintas? Saya paham alasan beberapa Polisi bahwa mereka capek. Kalau capek, kami juga capek. Yang bekerja bukan cuma Polisi. Kami disini juga bekerja. Yang lebih menyulitkan lagi adalah Polisi yang tidak punya tatakrama seperti yang saya alami diatas. Mereka terkesan mencari-cari kesalahan hanya untuk sekedar biaya makan malam. Yang lebih tidak etis adalah mereka berasal dari Polres Bantul. Kejadian itu terjadi di wilayah Sleman. Seharusnya, SIM dan STNK saya dibawa ke Pos Monjali. Tapi, justru dibawa ke Pos Jetis yang masuk wilayah Kodya Yogyakarta. Tindakan tidak etis dan tidak tahu aturan.
Yang lebih memalukan lagi adalah, ketika tahu bahwa kami yang mengurus ada salah satu yang ada hubungan darah dengan Intel Polda DIY dan mantan Kapolres Bantul, baru mereka menunduk-nunduk minta maaf agar mereka dimaafkan dan menyogok kami dengan segelas teh anget, perilaku koruptif yang tidak baik ditiru. Jika memang benar kami tidak bersalah, katakan secara jujur. Dan kebohongan kalian sudah ada di tangan kami. Pertanyaannya adalah bagaimana jika ada anggota keluarga salah satu Polisi yang menilang saya itu dipisuhi misalnya oleh preman pasar? Tentunya Anda akan sakit hati dan lantas memanggil kawan-kawan Anda untuk memukuli orang tersebut. Kalau itu saya lakukan kepada Anda, saya memanggil teman-teman saya dan menggrudug rumah Anda, tentu Anda juga tidak terima bukan? Ya benar, Anda manusia, tapi Anda memiliki pemikiran yang sempit dan tidak melakukan segalanya atas dasar nurani dan logika, tapi lebih pada nafsu dan kekerasan. Bukan akal tetapi okol.
Pertanyaannya sekarang apakah Polisi masih mengayomi, melindungi dan melayani masyarakat? Saya sangsi kalau jawaban yang diberikan oleh masyarakat adalah YA jika kondisinya adalah seperti ini. Dan mulai malam itu, wibawa Polisi telah gugur di hadapan mata saya dan saya menjadi tidak percaya lagi kepada Polisi dalam segala aspek. Turut berduka cita atas gugurnya kewibawaan ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar