Rabu, 10 November 2010

BARU GENTING KOK BAWA AGAMA?!!

pagi-pagi pukul 09.00, saya termenung di Posko Calvari Relief Service di Nandan. Saya duduk di atas atap gereja bersama beberapa teman yang sedang mengamati gunung Merapi yang sedang mengepulkan asap tebal. Saya kemudian sempat berpikir bahwa kondisi bencana saat ini sungguh indah. Tidak ada yang mempermasalahkan masalah agama selama proses evakuasi dan di pengungsian sekalipun. Menjelang pukul 14.00, saya mendapatkan kabar adanya pengusiran pengungsi di Gereja Ganjuran. (Sumber berita bisa dilihat di: http://regional.kompasiana.com/2010/11/10/fji-fpi-tuhan-tetap-peduli-pengungsi-merapi/) Ini tidak mengada-ada, bermaksud SARA atau bahkan menjerumuskan salah satu organisasi masa. Ini benar-benar terjadi dan bukan rekayasa.
Pada intinya, kejadian ini dilatarbelakangi oleh sikap FJI (Front Jihad Indonesia) yang menyatakan bahwa para pengungsi yang mengungsi di gereja adalah kafir. Saya pribadi tidak mempermasalahkan bahwa ada di gereja adalah kafir. Yang saya permasalahkan adalah mengapa pada saat genting seperti ini ada saja orang yang berpemikiran demikian.
Jujur saja, saya sangat kecewa dengan tindakan-tindakan oknum tidak bertanggungjawab ini. Mereka menyuruh para pengungsi pergi meninggalkan Gereja Ganjuran, tanpa memberikan solusi harus pindah kemana. Lucu, tapi tidak logis! Pemindahan di Bangsal Dinas Bupati Bantul baru dilakukan setelah ada upaya rekonsiliasi oleh Sultan.
Sungguh, saya kecewa. Kenapa ada orang masih mempermasalahkan agama dalam proses evakuasi yang genting seperti ini. Lihat sekarang dari para pengungsi. Apakah ada diantara mereka yang mempermasalahkan "Ah, aku harus ngungsi di tempat A karena agamaku A." Tidak ada yang seperti itu. Mereka hanya berpandangan ada tempat yang mau menampung mereka dalam ketiadaan, dan selamat dari bahaya gunung Merapi. Itu saja. Tidak ada yang lain.
Jujur, saya menjadi sanksi apakah orang-orang yang selalu melakukan hal seperti ini adalah orang Indonesia yang asli dan utuh? Melalui pelajaran Pendidikan Pancasila, saya memperoleh pemahaman bahwa sikap asli masyarakat Indonesia adalah bhineka tunggal ika (menghargai keberagaman). Tapi, kok yang ada seperti ini ya? Saya menjadi sangsi kalau memang benar mereka adalah masyarakat Indonesia asli, artinya ini bukan nilai asli masyarakat Indonesia.
Satu yang perlu diingat adalah bahwa agama bukanlah mainan apalagi saat-saat genting seperti ini. Bukan saatnya untuk memikirkan masalah agama. Yang penting saat ini adalah keselamatan jiwa banyak orang. Bukan masalah kamu agama A dan aku agama B. Bukan saatnya lagi berperilaku seperti anak kecil, cuek bebek dan tak mau membuka jalan dialog, terutama dengan saling mempercayai antar agama.
Saya yakin ini hanyalah ulah sebagian oknum saja yang patut diberangus. Mereka tidak merasakan penderitaan pengungsi. Biarlah mereka suatu saat merasakan apa yang dirasakan pengungsi saat itu. Saya memang Kristiani, tapi saya mencintai semua agama yang ada di Indonesia tanpa terkecuali. Untuk teman-teman di posko dimanapun kalian berada, siapapun kalian, tetaplah berjuang bagi sahabat-sahabat kita di Merapi. Jangan terpengaruh terhadap hal-hal konyol yang tidak penting. Pro Deo et Pro Patria!!!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar