Minggu, 24 Oktober 2010

My First Touring From Surabaya With Supra X 125 Tourino

Sebuah kebanggaan bagi saya untuk bisa memulai hobby saya untuk melakukan touring dengan motor kembali. Ketika masih hidup di Jogja, saya sangat sering bepergian ke kota di sekitar Jogja dengan sepeda motor. Kadang berdua, kadang berrombongan. Rute yang biasa saya lalui adalah Jogja-Wonosobo, dan Jogja-Wonogiri. Paling jauh untuk jangkauan utara adalah Jogja-Temanggung-Weleri-Kendal-Semarang-Magelang-Jogja. Rekor kecepatan Ungaran-Magelang cuma 1 jam lebih sedikit. Sedangkan jangkauan barat paling jauh Jogja-Wates-Glagah-Giwangan. Dengan rekor kecepatan Glagah-Giwangan 45 menit. Untuk bagian timur paling jauh Jogja-Pacitan-Jogja. Namun, untuk bagian timur ini rekor waktu tercepat ditempuh kala touring kunjungan live in Wonogiri-Jogja 1 jam 15 menit. Sedangkan untuk waktu tercepat adalah Sendang Sono ke rumah saya hanya saya tempuh selama 25 menit dengan jarak total hampir 40 km.
Kali ini saya memulai sebuah petualangan baru bagi saya. Di kota baru, dengan medan jalan yang relatif baru, dan dengan semangat baru pula. Saya memaksakan diri saya untuk berangkat ke Kota Batu, Malang pada hari Sabtu, 23 Oktober 2010, meskipun badan saya masih sangat lelah sehabis pentas untuk Seminar Nasional di Kampus B Unair. Saya segera mempersiapkan motor saya yang memang sudah sengaja saya cuci pada pagi hari dan saya servis 3 hari sebelumnya. Setelah semuanya siap, saya segera berangkat menuju ke Pom Bensin Shell terdekat. Saya sengaja melewati daerah Bratang yang selalu macet pada sore hari. Begitu memperoleh Shell Super seharga Rp 6.900,00 per liter, saya segera membeli minuman wajib touring saya : Mizone, dan segera berangkat menuju ke Malang. Awalnya motor tidak saya pacu secara berlebihan karena jalanan ramai. Namun, tanpa sadar, perjalanan saya dari Shell ke Porong hanya memakan waktu 45 menit, sebuah catatan waktu yang cukup cepat mengingat biasanya dari bratang ke Bungurasih saja harus memakan waktu 45 menit. Kemudian perjalanan saya lanjutkan. Kali ini dapur pacu motor saya benar-benar saya pacu sekuat tenaga. Mulai dari Porong hingga Kejapanan, saya sangat jarang berada di aspal. Saya selalu berada di luar badan jalan untuk lebih mempercepat waktu meskipun resikonya shock dan body motor saya menjadi cepat rusak. Perjalanan berlanjut terus hingga lepas Kejapanan. Tidak ada kendaraan lain yang membarengi saya. Hanya 1 Satria FU yang sejak tadi 'menthel-menthel' dan ngajak balapan. Jelas saya tidak berani, namun tetap saya nekati meskipun pada akhirnya mesin saya tak mampu naik lebih tinggi lagi. Sampai hampir Pandaan, Satria tadi belok ke kiri. Artinya saya jalan sendirian. Ternyata, begitu lepas Pandaan, ada motor Jupiter Z New minta dilayani. Akhirnya saya layani hanya dengan gear 3 saja. Kondisi jalan saat itu menanjak secara terus-menerus. Sehingga cukup boros bensin memang. Dan satu lagi yang membuat perjalanan saya cukup terganggu. Ada trouble pada mesin motor. Biasanya tarikannya pada gear 3 sangat baik. Namun, kali ini sangat buruk. Hipotesa saya adalah adanya kesalahan pada setting klep kalau tidak setelan karburatornya. Juga entah ada masalah apa lagi pada mesin, seharusnya menggunakan Shell menjadi lebih hemat. Ternyata sangat boros sekali. Saya mengisi Shell di Surabaya Rp 20.000. Kemudian mengisi premium di Kota Batu Rp 5.000. Artinya sekali jalan sudah habis Rp 25.000. Saya kemudian sampai di tempat retret di Oro Oro Ombo jam 17.25. Perjalanan memakan waktu hampir 2 jam 30 menit. Itu sudah termasuk nyasar di Batu dan hampir mengambil jalan ke arah Pare, Kediri.
Minggu, 24 Oktober 2010 adalah waktu untuk pulang ke Surabaya. Masih bersama Supra X 125 D tahun 2005 AB 4546 DQ. Saya sebelum berangkat ke Malang sudah berjanji pada Bunda Maria untuk sekedar mampir di Tumpang, Malang untuk berdoa. Sebelum melakukan perjalanan ke Tumpang, saya dan teman-teman saya mampir ke Toko Susu Ganesha di Alun-Alun Kota Batu untuk mencicipi susu asli dari Kota Batu. Setelah dirasa cukup, saya memutuskan untuk langsung ke Tumpang, sementara teman-teman saya yang lain masih akan jajan di Sate Kelinci Hot Plate dan langsung balik ke Surabaya. Saya tidak tahu persis arah jalan ke Tumpang. Yang saya ingat hanya pokoknya masuk ke kota Malang dulu, nanti tanya lagi. Sampai di pertigaan Jalan Gajayana dan Jalan Dinoyo, saya bertanya pada Pak Polisi. Dan setelah ditunjukkan jalannya, saya segera bergegas sebelum hujan kembali turun. Ternyata benar. Belum sampai Tumpang, hujan sudah mengguyur. Apesnya lagi, jas hujan saya diambil oleh tukang sampah di rumah retret di Batu karena dikira sampah. Sehingga, saya tidak membawa jas hujan sama sekali. Akhirnya, saya memutuskan untuk membeli jas hujan, daripada basah di jalan. Setelah menggunakan jas hujan seperlunya, perjalanan dilanjut lagi. Perjalanan saya hampir menemui satu titik keputusasaan. Saya tidak kunjung menemukan jalan ke arah Ngadireso, Tumpang. Saya sudah masuk ke kecamatan lain. Saya sudah bicara kepada Bunda Maria "Kalau Engkau tidak mengizinkan aku untuk bisa melihat sekilas rumah-Mu di Tumpang, aku akan kembali ke Surabaya saja." Ternyata Bunda Maria mengizinkan saya untuk tetap ke Tumpang. Begitu diberi petunjuk oleh warga sekitar, saya segera menemukan jalan ke arah Tumpang. Dan kurang dari 15 menit kemudian, saya sudah berada di depan Goa Maria di kompleks Pertapaan Karmel.
Setelah berdoa, niat hati ingin berkunjung sekalian ke Goa Maria Retno Adi. Namun, ternyata ada kabar bahwa jalan dari Pertapaan ke Tumpang sangatlah rawan karena sering terjadi motor hilang (dan memang benar. Mungkin Malang adalah satu-satunya kota di Indonesia dengan tingkat kemalingan sangat tinggi. Tetangga saudara saya saja di Daerah Jl Gajayana Malang, motornya sudah dikunci stang, plus key shutter. Eh, masih bisa hilangg juga ternyata), akhirnya saya memutuskan untuk sesegera mungkin kembali ke Surabaya. Setelah persiapan cukup, saya kembali ke Surabaya. Perjalanan dari Pertapaan ke Kota Malang sangat cepat. Hanya sekitar 15 menit saja. Kemudian, perjalanan saya kembali ke Surabaya ini saya lakukan secepat-cepatnya dalam tempo sesingkat-singkatnya. Motor saya juga sudah agak enakan karena di rumah retret sudah saya stel sedikit bagian karburatornya. Begitu masuk jalan utama Malang-Surabaya, segera saya gas pol-polan motor saya. Sebelum berlanjut, saya memutuskan untuk membeli bensin di daerah Bentoel. Setelah fueltank, saya melanjutkan perjalanan. Kecepatan saya yan g saya amati tidak pernah lepas dari 80 km/j. Justru lebih sering melaju antara 105-120 km/jam. Jalanan sepi, namun banyak mobil, bus malam, dan truck di kanan kiri jalan. Sehingga keadaan ini memaksa saya untuk agak zigzag, namun dengan zig zag yang halus dan tidak patah. Sampai setelah Pandaan, keadaan memaksa saya untuk mampir kencing. Setelah puas, perjalanan saya lanjutkan. Setibanya di Japanan, keadaan kembali memaksa saya untuk tidak menikmati aspal halus. Sejak dari Japanan hingga setelah Porong, lagi-lagi saya harus keluar badan jalan untuk mempercepat waktu tempuh dan mengejar teman-teman yang sudah pulang lebih dahulu. Perjalanan mulai masuk Sidoarjo kembali saya lakukan cukup awur-awuran. Kecepatan memang tidak lebih dari 100 km/j. Tapi, zigzag kali ini sangat patah agar bisa masuk ke celah-celah kecil karena kondisi jalan sangat ramai. Ditambah ada pesaing tambahan dari Honda GL Pro, Yamaha Jupiter Z yang ngowos dan habis di gear 3, dan pesaing terberat Yamaha Jupiter MX angkatan 2009. Yang MX ini berat karena dari tahun sudah tidak seimbang. Dari pengamatan yang saya coba simpulkan, Supra X kalah di ratio gear 3 dengan MX. Seandainya gear 3 lebih baik, pasti bisa menyusul. Tapi, untuk top speed masih unggul Supra X 125. Perjalanan saya lakukan dengan kejar-kejaran bersama 3 motor ini. Tak terasa sudah masuk daerah CITO (City Of Tomorrow). Karena sudah masuk Surabaya, saya semakin mengegas motor saya. Saya memilih jalan memutar di depan TP (Tunjungan Plaza) karena lebih mudah dan lebih dekat. Tak lama kemudian, saya sampai di depan gedung FK. Ternyata masih ada 3 teman saya yang menunggu jemputan. Setelah melihat jam, ternyata perjalanan dari Arjosari hingga depan kampus FK unair, memerlukan waktu 1 jam 30 menit dengan speed yang sedemikian rupa.
Tentu ini perjalanan yang sangat mengesan bagi saya karena selain saya lakukan sendiri, kecepatan yang saya capai melebihi batas normal biasanya ketika sedang touring luar kota. Biasanya maksimal 100 km/j. Mungkin suatu waktu jika ada kesempatan lain, saya akan melakukan sebuah perjalanan yang menyenangkan lainnya bersama Supra X 125 D Tourino AB 4546 DQ...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar