Jumat, 29 Oktober 2010

MERAPI KRITIS!!!

Kritis yang dialami Yogyakarta dan sekitarnya ternyata masih belum berakhir semenjak meninggalnya Mbah Maridjan, juru kunci Gunung Merapi. Krisis ini justru semakin memuncak pada tadi pagi dini hari pukul 02.00.
Suara dentuman batu-batu berguguran itu membangunkan Budhe saya yang tinggal di Purwobinangun, Pakem, Sleman. Jaraknya dari puncak Merapi sangat jauh. Sekitar 24 km. Suara itu sangat keras dan seolah-olah mengguncangkan tempat tinggalnya. Budhe saya segera pergi dari rumahnya dan bersama keluarganya mengungsi ke rumah Eyang saya di Tegalrejo, Kodya Yogyakarta. Suara dentuman ini, menurut berita dari beberapa sumber, masih terdengar dengan cukup jelas hingga Jalan Kaliurang Km 10 (daerah kampus UII Jakal).
Dini hari setelah ronda, lebih kurang pukul 03.00, seisi rumah yang didiami keluarga saya di Jogja terbangun. Ada ribut-ribut di depan. Ada yang mendengar suara dentuman keras dari arah utara. Suara itu tak lain adalah suara Gunung Merapi yang beberapa hari lalu, dari sisi Klaten sudah dinyatakan aman. Semuanya keluar dari rumah. Jalanan kampung depan rumah penuh oleh manusia yang khawatir. Masih ada trauma di hati warga Jatirejo oleh gempa 26 Mei 2006. Setelah cukup tenang, semua warga kembali masuk ke rumah masing-masing.
Kurang dari 1 jam kemudian, Budhe Mudjimin, tetangga saya mendengar suara kerikil terjatuh dari langit. Suara 'kemlothak' akibat gesekan genting dan batu kerikil yang dicurahkan dari langit sangat terdengar. Ini membuat warga Dusun Jatirejo menjadi ketakutan. Pagi hari, pukul 06.00, Ibu saya terbangun dan segera keluar dari rumah. Ibu saya terkejut karena semuanya menjadi putih. Ya, putih karena abu dari Merapi yang meletus dahsyat semalam. Ketebalan abu saat itu mencapai 10 cm. Tetangga kanan kiri keluar dari rumah dan berbincang sejenak.
Pagi, pukul 09.00, Ibu menelpon saya dan mengabarkan bahwa terjadi hujan abu di seluruh Yogyakarta, terutama arah selatan dan barat. Arah lava menuju ke barat Plawangan. Perlu diketahui bahwa Plawangan berada di Selatan Gunung Merapi. Arah lava diprediksikan akan terus menerus ke selatan. Benteng penahan di sebelah selatan, Gigir Boyo, telah roboh pada erupsi 2006 lalu. Seharusnya, lava Merapi mengalir ke arah timur (Klaten, Boyolali, dsk).
Ini bukanlah pertanda kiamat. Namun sebuah sindiran alam kepada manusia agar manusia lebih berhati-hati memperlakukan alam. Alam bisa dengan mudah memperlakukan manusia. Bahkan membuat manusia tak mampu membalasnya sekalipun. Ini baru sindiran. Maka berhati-hatilah. Menjadi dekatlah dengan alam, dan amati keadaan sekelilingmu. Niscaya kamu akan bersahabat dekat dengan alam dan menjadi selamat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar