Sabtu, 14 Januari 2012

Perspektif Masa Lalu dalam Organisasi

Dalam setiap kehidupan pasti dikenal istilah masa lalu. Mau tidak mau, setiap kegiatan pun akan selalu menyangkutpautkan masa lalu. Demikian juga dalam sebuah organisasi, organisasi apapun itu, besar maupun kecil. Pandangan akan masa lalu ini yang menentukan keberlanjutan dan keberlangsungan organisasi di kemudian hari.
Banyak orang yang memang terlanjur kontra dengan kepemimpinan yang sebelumnya, akan cenderung mempersalahkan masa lalu. Yakni masa ketika kepemimpinan itu berkuasa. Lebih kurang ini pola yang sangat umum terjadi dalam sebuah organisasi di negri ini. Bahkan, tak terkecuali, masyarakat negri ini memiliki perspektif yang demikian ini, menyalahkan pemimpin, presiden, yang berkuasa pada rezimnya dan memiliki pola berpikir, "coba seandainya dia dulu tidak demikian." "Coba seandainya bukan dia yang memimpin." dan lain sebagainya.
Seandainya juga, saya pun juga boleh berandai-andai, pemikiran demikian ini diikuti oleh sifat berpikir yang positif dan berpikir jauh ke depan, pasti negri yang stagnan dan organisasi yang lenje (tidak tegak, tidak berfungsi dengan baik -red) pun tidak akan terjadi. Berpikir positif dalam artian berpikiran bahwa memang itu kesalahan masa lalu, namun bagaimana sekarang saya dan kawan-kawan saya bisa membuat suasana ini menjadi lebih baik. Kebanyakan yang terjadi adalah terus menerus mengungkit masa lalu, seolah-olah itu kesalahan yang sangat fatal yang membuat organisasi menjadi hancur. Padahal belum tentu demikian. Ada banyak faktor yang melatarbelakangi permasalahan dalam sebuah organisasi, yang suatu ketika memang tidak bisa hanya dipandang dari satu sisi saja, melainkan juga harus dipandang dari berbagai sisi dan oleh berbagai pihak. Sikap terus mengungkit-ungkit kesalahan masa lalu hanya akan membuat organisasi stagnan dalam menjalankan fungsinya dan pengurus yang terlibat dalam organisasi hanya akan menjadi takut untuk mencoba bergerak dan tidak ada usaha untuk memperbaiki kondisi tersebut.
Masa lalu dalam sebuah organisasi hendaknyalah hanya dijadikan sebuah cerminan, sebuah evaluasi. Lantas, ketika permasalahan tersebut telah diselesaikan, akankah masih terus mengeluh dan mengesah saja? Mungkin, kalau boleh saya bilang itu hanya tindakan seorang yang merasa kalah dengan dirinya sendiri. Tidak ada kemauan untuk berani berkata "berkontribusi apakah aku untuk 'tempat kecil' yang aku diami ini?". Yang ada malah "kamu salah, kamu juga salah, semua salah, dan aku tidak mau muncul lagi kalau persoalan belum diperbaiki.". Hendaknya, cara berpikir yang pertama lah yang perlu Anda pertahankan. Jangan tanyakan apa yang organisasi berikan kepadamu, namun kontribusi apa yang bisa kamu berikan bagi rumah kecilmu itu yang membuatmu nyaman berada di sana, namun kenyamanan itu tidak kamu simpan sendiri, melainkan juga kamu bagikan dengan semua kawan-kawanmu yang berdiam juga dalam rumah kecil tersebut. Sudut pandang demikian ini akan terus memperbaiki permasalahan dalam organisasi, dan tidak memasukkan dan mencapuradukkan permasalahan pribadi ke dalam permasalahan organisasi akan membantu tindakan untuk berfokus. Masalah pribadi, cukup diselesaikan antar individu, tidak perlu dibawa sampai mencampuradukkan organisasi. Ad Maiorem Dei Gloriam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar