Rabu, 14 Desember 2011

Dokter Selalu Sehat? Tanyakan Pada Rumput yang Bergoyang

Banyak sekali orang beranggapan bahwa seorang dokter pasti taraf hidupnya diatas rata-rata. Jawaban atas pertanyaan ini masih bisa ditepis karena ada juga dokter yang miskin. Ada juga yang berpendapat bahwa seorang dokter pasti kehidupannya merupakan kehidupan yang serba higienis dan serba sehat. Mati pun juga mati secara wajar, dalam artian bukan karena terjangkit penyakit sistemik. Benarkah pendapat yang ini? Mari kita buktikan.
Seorang dokter, dalam hal ini adalah dokter umum, setiap saat harus stand by. Beberapa diantara mereka juga harus jaga malam di Unit Gawat Darurat (UGD) pada beberapa rumah sakit, baik umum maupun swasta. Tiap UGD, seminimal-minimalnya ada satu dokter umum, dan selebihnya bisa berupa residen-residen baik dari departemen penyakit dalam, maupun lainnya. Biasanya juga, seorang dokter umum saja juga membuka praktek sendiri, baik pagi hari maupun malam hari. Dari ritme kehidupannya saja, sudah bisa ditebak bahwa kehidupan seorang dokter sangat jauh dari normal. Karena dengan ritme kehidupan yang demikian, maka istirahat seorang dokter akan sangat minim. Belum lagi stress yang dialami berkaitan dengan pekerjaannya dalam menangani pasien. Belum juga stress tambahan, misal dari keluarga sendiri maupun tekanan dari lingkungan kerjanya. Irama kehidupan yang senantiasa demikian ini sangat berbahaya, terutama bagi dokter umum maupun dokter spesialis. Dalam hal ini, resiko dokter umum dan dokter spesialis lebih tinggi ketimbang dokter gigi maupun dokter gigi spesialis (kecuali bedah mulut yang menurut beberapa info, di beberapa rumah sakit juga diharuskan menjaga UGD untuk beberapa kasus kecelakaan). Pada dokter gigi dan dokter gigi spesialis, beban terbesar adalah saat kerja dari pagi hingga malam dan stress jangka panjang yang mungkin diderita, meskipun bisa jadi bebannya dan intensitasnya lebih rendah dari dokter umum dan dokter gigi.
Stress dan kurang tidur sendiri membawa dampak yang buruk bagi tubuh. Kurang tidur sendiri saja sudah dapat membuat sistem pencernaan tidak berjalan dengan baik. Dan stress membawa berbagai resiko yang berbahaya bagi tubuh. Dampaknya akan terjadi secara hormonal (yang tidak bisa dijelaskan panjang lebar disini). Stress, pada beberapa orang, membuat orang melupakan pola hidup sehat, misalkan hanya makan dan minum sekenanya saja. Harus lembur juga membuat orang memerlukan berbagai suplemen tambahan agar dapat bertahan 'hidup' seharian penuh. Biasanya jalan pintas yang diambil adalah dengan ngemil dan minum kopi. Kopi sendiri juga berbahaya bagi kesehatan tubuh. Mengganggu irama sirkadian dan meningkatkan denyut jantung sehingga peredaran darah semakin lancar dan suplay oksigen meningkat, sehingga kantuk bisa diminimalisirkan. Sekilas terlihat ilmiah sekali, namun ternyata jika terjadi terus menerus akan sangat berbahaya.
Jelas sekali irama hidup seorang dokter sangatlah jauh dari berbahagia. Orang memang bisa berpandangan bahwa jadi dokter itu enak karena uangnya banyak, penghasilan berlebih, beli apa-apa juga enak. Namun, resikonya seperti yang disebut diatas. Tidak jarang sekarang kita dengar seorang dokter spesialis jantung paru meninggal karena terserang penyakit jantung. Seorang dokter kandungan juga meninggal saat proses operasi caesar setelah 4 hari tidak istirahat, dan banyak lagi kasus demikian. Ritme kerja, stress, dan kehidupan yang memicu 'mati cepat' seorang dokter. Bahkan, jika ingin dilihat lebih jauh lagi, saat proses pendidikan dokter, seorang dokter pun telah dididik tidak sehat sejak awal melalui tugas-tugas yang banyak, tenggat waktu yang mepet, dan waktu satu hari yang tetap 24 jam, meskipun tidak semua dosen demikian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar