Jumat, 26 Agustus 2011

A Tidak Akan Selamanya Menjadi A, Sekali-kali Ia Harus Menjadi B

Ketika saya sedang duduk-duduk di garasi sebuah perusahaan otobus yang cukup bonafide di Jawa Timur bersama teman-teman saya, saya ditanya oleh seorang teman saya. Pada intinya, dia bertanya kok mau-maunya seorang calon dokter gigi, yang notabene pintar (padahal saya sama sekali tidak pintar), cinta kebersihan, hidup teratur, rapi, lemah lembut (dan sifat itu tidak ada pada saya semuanya) justru mau bekerja di sebuah garasi bus yang sangat lekat dengan kehidupan orang terminal yang notabene keras, kasar, kurang manusiawi, penuh dengan teriakan dan umpatan, dan penuh dengan keringat dan derita. Saya pun hanya menjawab sederhana. Sekali-kali, seseorang tidak harus berada di puncak. Sesekali kita harus bisa merasakan lembah, bahkan palung yang terdalam sekalipun. Jika kita berada di puncak terus, maka kita tidak akan pernah merasakan suramnya lembah dan palung. Pada intinya, saya mengatakan bahwa saya memang kuliah di Kedokteran Gigi. Tapi, tidak akan selamanya saya akan menjadi seorang dokter gigi. Suatu waktu, dan bila memang saatnya, bisa jadi saya tidak bisa jadi dokter gigi. Bisa jadi saya malah jadi sopir travel, atau kernet bis.
Bagi saya, tidak ada salahnya mencoba sesuatu hal yang kadang diluar pikiran kita. Kita terkadang terkungkung dalam batasan-batasan pikiran kita. Jika kita kuliah di kedokteran gigi, maka kita besok juga akan menjadi dokter gigi, atau seminimal-minimalnya dosen. Ingat, jaman itu berubah dengan cepat. Tanpa bermaksud mendiskreditkan salah satu jurusan, tapi dulu mahasiswa fakultas ekonomi memiliki peluang sangat besar untuk bekerja di perusahaan. Tapi, ternyata peluang kerja itu menyusut seiring bertambah pesatnya universitas yang buka fakultas ekonomi. Bisa jadi demikian dengan FK dan FKG. Bisa jadi ketika kita lulus, malahan kita bekerja buka bengkel, jadi sopir metromini, pegawai front office sebuah bank, dan lain sebagainya. Setidaknya kita pernah lah mengalami sebuah kehidupan yang berbeda jauh dengan apa yang kita idam-idamkan melalui pendidikan kita. Inilah yang sering disebut sebagai pengalaman tapal batas. Kita mengalami suatu hal yang memang belum pernah kita alami dan jauh diluar pikiran kita.
Setidaknya, teman-teman punya cukup waktu luang untuk mencoba bekerja sampingan yang ekstrim hanya sekedar mengisi liburan yang menjemukan. Misal, jadi tukang tambal ban lah, mungkin juga menjadi tukang parkir, jadi kurir, atau bahkan menjadi tukang sapu jalanan. Bahkan, jika memungkinkan, pekerjaan yang lebih ekstrim sebagai kernet bus pariwisata akan saya coba jalani pada liburan semester genap mendatang :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar