Selasa, 16 Agustus 2011

Memaknai Kehadiran Penjajah 416 Tahun Lalu

Lebih kurang 416 tahun yang lalu penjajah, yang tak lain adalah Belanda datang ke Indonesia. Sejarah lebih kurangnya datangnya Belanda di Indonesia bisa dilihat di buku-buku sejarah, meskipun saat ini banyak sekali sejarah yang dipelintirkan sedemikian rupa oleh beberapa orang yang memang punya kepentingan di dalamnya (sebaiknya, melacak sejarah jangan hanya melalui 1 buku, tapi dari banyak buku. Baik buku sejarah yang biasa dipakai untuk pelajaran, maupun buku-buku lainnya yang mengulas peristiwa dibalik sejarah). Tanpa kita sadari, tanpa penjajah kita lemah. Sadarkah Anda dengan keadaan demikian?
Pernyataan saya diatas bukan sebagai bukti bahwa saya adalah pihak yang pro dengan kolonialisme, penindasan dan lain sebagainya yang berhubungan dengan kata penjajahan. Tentu semuanya tahu, tanpa ada penjajah yang hadir di negeri kita ini, infrastruktur kita sangat lemah. Saya tidak membayangkan bila Belanda dulu tidak datang ke Indonesia, saya sangat yakin 110% sepandai-pandainya intelektual kita, bangsa kita masih menjadi bangsa yang primitif. Saya membayangkan di Jakarta tidak ada gedung-gedung pencakar langit yang sedemikian dahsyatnya. Yang ada hanya rumah joglo dan rumah panggung. Saya tidak membayangkan pula jika Belanda tidak ada di Indonesia, kita bepergian dari Jakarta ke Surabaya masih harus menggunakan sepeda onthel atau naik gerobag. Jembatan-jembatan yang ada di Indonesia pun pasti masih jembatan bambu, atau malah tidak ada jembatan karena struktur infrastruktur yang diajarkan di Teknik Sipil saat ini tidak kita kenal karena tidak ada penjajah yang hadir. Belum lagi rel kereta api dengan jaringan yang sudah sangat baik, sudah sangat teratur, dan sudah diperhitungkan dan dipertimbangkan oleh Belanda dihitung dari perkembangan area tersebut di kemudian hari, jalan-jalan yang kini kita lalui, meskipun bukan Belanda yang membuat, namun sudah didahului oleh Belanda dengan membuat jalan-jalan dari tanah. Juga jalan Anyer-Panarukan yang beberapa jalurnya saat ini telah berubah menjadi jalur Pantura yang menjadi poros transportasi utama di pulau Jawa. Infrastruktur berupa jembatan dan lain sebagainya. Ingatkah akan itu semua? Tentu, yang Anda ingat hanya Indonesia yang ingin merdeka.
Tahukah Anda Surabaya dulu telah dibuatkan Trem di sekitar Tugu Pahlawan oleh Belanda? Itu karena Belanda telah memperhitungkan bahwa daerah-daerah yang ada pelabuhannya akan berkembang menjadi kota yang besar (metropolitan) dan transportasi akan menjadi susah. Tahukah Anda bahwa jaringan rel kereta api di Yogyakarta dahulu telah sampai di Kota Bantul, bahkan membentang ke utara hingga arah Tempel sampai ke Semarang? Ini karena telah diperhitungkan bahwa poros tersebut akan menjadi poros yang sangat ramai (boleh lihat Bantul-Kasongan-Kota Jogja-sampai terus membentang ke arah Tempel, Sleman). Semuanya kemudian dirusak tanpa memperhitungkan aspek-aspek perkembangan jaman, dan kini kelabakan lagi ketika akan membuka jalur tersebut.
Juga tahukah Anda bahwa pabrik-pabrik gula yang sangat dahsyat itu, Pabrik Gula Madukismo Jogja, Pabrik Gula Tjoekir Jombang, Pabrik Gula Gondang Klaten, Pabrik Gula Glodok Magetan, bahkan Pabrik Gula Jatiroto Lumajang itu dibangun oleh Belanda? Mereka meninggalkan teknologi yang sangat membantu kita di kemudian hari. Bahkan, kalau Anda ingin tahu, dulu di Jogja dan Klaten ada puluhan pabrik gula yang dibangun oleh Belanda untuk pemenuhan gula di daerah tersebut. 
Tentu juga Anda mengenal obyek wisata Kaliurang Jogja. Obyek wisata ini dibangun oleh Belanda juga sebagai tempat peristirahatan petinggi-petinggi Belanda. Kenapa obyek ini dibangun di daerah Kaliurang? Kenapa tidak di daerah lainnya saja, Deles Klaten katakanlah? Karena Kaliurang ini dilindungi oleh 2 bukit, yakni Plawangan dan Turgo yang akan melindungi daerah tersebut dari serangan awan panas Merapi. Lihat, sampai sekarang, Kaliurang tidak pernah luluh lantak oleh awan panas Merapi, hanya saja memang masuk daerah rawan karena radiusnya dekat dengan puncak Merapi. 
Bagian pendidikan pun saya yakin tak pernah luput dari peran serta Belanda. Beberapa universitas pun berdiri karena Belanda mau mengkompori pembangunan Universitas di Indonesia. Dahulu dikenal dengan STOVIA yang merupakan sekolah para dokter. Saat ini STOVIA telah menjadi Universitas Indonesia di Jakarta. Juga STOVIT yang khusus untuk mendidik calon dokter gigi  dan juga NIAS yang hampir sama dengan STOVIA yang kini telah menjadi Universitas Airlangga Surabaya. Sebagai selingan, bahwa terpisahnya pendidikan dokter dan pendidikan dokter gigi juga adalah bawaan dari Belanda. Kalau Amerika yang menjajah kita, pendidikan dokter gigi merupakan bagian dari pendidikan spesialis pendidikan dokter.
Kalau kita lihat, apa sih yang buruk dari penjajah yang telah menjajah negeri kita ini? Oke lah, mungkin penyiksaan terhadap para pejuang kita ini. Tapi kita selayaknya boleh berbangga dan bersyukur karena telah pernah dijajah oleh bangsa yang cukup bertanggung jawab ini, mau menjajah dan mau meninggalkan sesuatu bagi negara kita ini. Yang tinggal di Jawa dan Sumatra, lihatlah daerah lain yang tidak pernah disinggahi oleh penjajah. Seperti Papua, Kalimantan pedalaman. Tentu tidak ada infrastruktur yang baik yang ditinggalkan. Bolehlah kita bersyukur dan berterima kasih kepada pihak yang pernah menjajah kita, sekali-kali, bukan hanya pahlawan kita yang dipuji terus, meskipun mereka telah berjasa pula.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar