Rabu, 23 Maret 2011

Laki-laki

Laki-laki. Kata ini sering disebut sebagai sebuah kata yang menunjukkan sebuah jenis kelamin tertentu dari manusia. Hanya ada dua jenis kelamin yang sah. Yakni laki-laki dan perempuan. Apa yang membedakan antara laki-laki dan perempuan? Kita sedikit bermain dengan gender dalam tulisan malam ini.
Laki-laki terkadang diidentikkan dengan segala sesuatu yang berat. Dalam olahraga pun laki-laki identik dengan olahraga yang memeras cukup banyak keringat. Misalkan sepakbola, futsal, basket, fitness, marathon, dan lain sebagainya. Seolah-olah, olahraga tersebut menjadi image utama dari seorang laki-laki. Maka, tak ayal laki-laki yang tidak bisa berolahraga berat, atau bahkan tidak suka olahraga sama sekali sering dijuluki sebagai banci. Benarkah itu? Kita jawab pada akhir tulisan ini.
Perempuan. Sering diidentikkan dengan segala sesuatu yang lemah lembut. Hanya melaksanakan pekerjaan-pekerjaan yang ringan saja. Seperti mengasuh anak, memasak, dan bahkan pada masa kemerdekaan dulu sering disebut sebagai 'konco wingking'. Sebuah predikat yang berarti sangat merendahkan martabat, namun semua itu sudah bisa dilawan seiring berkembangnya isu gender. Semenjak isu gender, wanita tak lagi identik dengan segala sesuatu yang lemah lembut. Bahkan, beberapa olahraga yang didominasi oleh laki-laki saat ini telah berpindah tangan popularitasnya ke kalangan perempuan. Seperti misalnya basket yang telah ada basket putri saat ini, begitu juga dengan futsal di Amerika yang sudah berkembang menjadi olahraga kegemaran wanita. Begitu juga dengan pekerjaan yang berat yang sudah bisa dilaksanakan oleh perempuan. Seperti sopir bus, operator alat berat, tukang/kuli bangunan, bos/manager, dan lain sebagainya. Lalu, apa yang membedakannya?
Ya, semua pertanyaan akan terjawab. Bahwa seorang laki-laki tidak perlu bisa olahraga keras. Seorang laki-laki tidak perlu mencucurkan keringat yang terlalu deras. Yang membedakannya dari perempuan adalah jati dirinya yang begitu melekat kuat dalam jiwanya, dan menjiwai setiap gerak dan langkahnya dan menjadikannya sebagai pribadi yang kuat, tegar, dan memiliki prinsip yang kuat. Maka, percuma saja Anda sekalian mengatakan laki-laki yang tak bisa berolahraga sebagai banci. Justru orang-orang yang gemar mencucurkan keringat dan berolahraga berat namun tidak punya jati diri yang mencerminkan siapa dirinya itulah yang layak disebut sebagai banci. Atau secara sadisme dapat disebut sebagai ababil karena mereka tak memiliki jiwa yang kuat dan selalu senantiasa akan berubah.

"Laki-laki tidak dilihat dari sejauh mana ia mampu melakukan kegiatan yang menunjukkan simbol 'kelaki-lakiannya'. Laki-laki dilihat dari sejauh mana ia memiliki jati diri yang melekat kuat dalam jiwanya dan menjiwai setiap langkahnya. Jati diri yang kuat, bijaksana, dan tak mudah berubah, itulah laki-laki." TND0892

1 komentar: