Sabtu, 12 Februari 2011

Sekaten : The Long Lost Memory from Jogja





Sekaten. Mungkin hanya sedikit orang yang tahu akan makna Sekaten. Banyak orang kemudian menduga-duga apa arti sekaten sebenarnya. Mungkin, hanya orang asli Jogja dan yang pernahh menetap di Jogja sekian lama saja yang meng
etahui Sekaten ini.
Sekaten biasa disebut Pasar Malam atau Pasal Malem oleh kebanyakan orang. Sesungguhnya, sekaten sangat berbeda dengan Pasar Malem lainnya. Pasar Malem pada umumnya dilaksanakan pada bulan tertentu dan menyajikan berbagai permainan. Pasar Malem ini akan ditutup ketika masa penyelenggaraannya lebih kurang 1 bulan.
Apa yang istimewa dari Sekaten? Sekaten sendiri memang mirip
pasar malem. Ada berbagai permainan. Mulai dari dremolen (bahasa aslinya saya kurang tahu),
bianglala, rumah hantu, tong setan (yang sebenarnya berasal dari tong stand), trampolin, kereta kelinci, kereta mini, sampai bom-bom car ada di sana. Tapi, pelaksanaannya sangatlah khusus. Biasanya hanya dilaksanakan setahun sekali. Yakni lebih kurang 30 hari sebelum Maulud Nabi tiba.
Sekaten ini memang sebuah event akbar yang dimulai sejak masa Mataram Islam. Tujuannya untuk menyambut Maulud Nabi. Pada akhir sekaten, diadakan arak-arakan gunungan sebagai wujud syukur masyarakat Yogyakarta atas hasil bumi yang melimpah.
Gunungan itu diarak dari bale hinggil Kraton menuju Alun-Alun Utara dan kemudian gunungan tersebut biasanya akan dikeroyok oleh warga sekitar yang memang sudah berkumpul disitu. Mitos yang berkembang, kalau bisa memperoleh bagian dari gunungan, maka impiannya bisa tercapai.
Selain itu, ada juga berbagai stand yang memeriahkan Sekaten. Sekaten 2011 ini mewajibkan tiap-tiap kecamatan di Kodya Yogyakarta untuk membuka stand di Sekaten. Ada stand baju batik, kerak telor, stand mainan, stand perak Kotagede, dan lain sebagainya. Yang tak bisa dilewatkan dari Sekaten adalah Kapal othok-othok. Kapal ini bisa dikatakan sebagai ciri khas Sekaten, yang sudah mulai hilang ditelan ganasnya teknologi. Kapal kecil berbahan alumunium dengan bahan bakar lengo klenthik (minyak goreng) yang disulut dengan sumbu kompor. Bila dijalankan, akan terdengar bunyi "othok...othok...othok..."
Hal lain yang sangat ditunggu dari Sekaten adalah "ndhog abang", sebuah telur rebus yang diberi pewarna merah yang dihias sedemikian rupa. Ndhog Abang ini biasanya dijual mendekati Maulud Nabi. Salah satu fungsinya adalah untuk mengingatkan bahwa Maulud Nabi sudah dekat. Kuliner yang tak boleh lupa dari Sekaten adalah deretan Martabak, Tahu Petis, dan Arum Manis. Semuanya tersaji lengkap berjejer di pintu masuk Sekaten.
Masalah harga tiket? Tidak perlu khawatir. Hanya RP 3.000,00 saja untuk tiket masuk dan Rp. 5.000,00-10.000,00 untuk tiap wahananya. Untuk parkir motor memang sangat mahal. Mencapai Rp. 5.000,00 sekali parkir. Jadi, disarankan jika punya teman di sekitar Alun-alun Utara lebih baik titip motor di tempat teman saja. Monggo, nikmati suasana Jogja yang bersahaja, ramah, penuh senyum, keterbukaan, dan senantiasa penuh akan sikap kekeluargaan...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar