Rabu, 12 Januari 2011

My First and Last Experience with Mandala Air


Minggu, 27 Desember 2009
Badan masih terasa lemas setelah donor darah yang pertama seumur hidup dalam rangka acara Natalan di gereja. Mendung masih menggelayut setelah hujan sangat deras menerbangkan seng-seng dan pipa di torn air. Hari itu, pukul 17.55 merupakan saat pertama menggunakan pesawat untuk bepergian jarak jauh. Biasanya paling mentok menggunakan bus atau kereta api. Ya, hari itu saya, keluarga saya, dan keluarga kolega ayah saya akan pergi ke Denpasar, Bali untuk berlibur. Awalnya, saya ingin naik Lion Air atau Garuda Airlines saja karena pesawat-pesawatnya masih relatif baru dan keberangkatannya pun malam. Tapi, menurut bapak saya tingkat kenyamanan tertinggi ada di Mandala Air.
Pukul 15.30 kami sudah berangkat menuju satu-satunya bandara di Yogya : Bandara Adisutjipto. Mendung masih menggelayut, hujan masih cukup deras. Jalanan masih basah karena sisa hujan badai. Pukul 16.00 kami tiba di Bandara Internasional Adisutjipto. Perjalanan cukup lama karena macet sana-sini karena hari itu adalah hari libur. Barang segera kami turunkan dan menunggu orang dari ticket agent tempat kami memesan tiket.
Ternyata pesawat Delay hingga pukul 19.55. Artinya ada waktu 2 jam untuk menunggu. Kami menunggu dengan membunuh waktu luang. Saya, ayah saya, dan kolega ayah saya makan di foodcourt bandara. Sementara, ibu saya, kakak saya, dan istri kolega ayah saya menunggu di ruang tunggu karena kakak saya masih menggunakan kruk karena baru saja operasi pasca kecelakaan. Selebihnya, kami membunuh waktu luang dengan membaca koran bekas yang tersedia di ruang tunggu bandara 'internasional' itu.
Pukul 19.45 ada panggilan untuk masuk ke pesawat. Bayangan saya seperti Garuda Airlines, ada papan petunjuknya : Nomor pesawat, tujuan, gate. Ternyata tidak. Penumpang Mandala Air hanya dipanggil dengan keras seperti calo cari penumpang di terminal ,"Ya, yang Mandala tujuan Denpasar di gate 4!!!"
Kami segera bergegas masuk ke pesawat, sementara hujan masih gerimis. Ternyata menggunakan pesawat Airbus versi lama. Tapi, tempat duduknya kulit dengan bagasi atas yang lumayan lebar. Tak sampai 10 menit kemudian, pintu pesawat ditutup dan ada instruksi dari pramugari perihal keselamatan. Sementara itu, pesawat berjalan perlahan menuju landasan pacu. Arah take off kali ini menuju arah barat. Artinya, kalau gagal take off bakal menabrak Jembatan Layang Janti. Hehehehe
Take off kali ini diprediksi sedikit buruk karena landasan licin dan masih gerimis. Akhirnya, take off dimulai. Dengingan keras mesin pesawat segera terdengar, dan dalam hitungan beberapa detik sudah mencapai kecepatan maksimal. Perlahan, sangat perlahan, bagian depan pesawat terangkat. Dalam hitungan detik pesawat telah mengudara, dan terlihatlah pemandangan jalan Godean dan Jalan Solo yang macet padat merayap. Sungguh benar-benar take off yang sangat halus. Padahal kakak saya sudah memperingatkan bahwa tiap take off di Adisutjipto pasti ada sentakan tiba-tiba karena landasan yang pendek. Tapi, Madala Air kali ini sama sekali tanpa adanya sentakan.
Perjalanan berlangsung cukup buruk. Cuaca yang buruk dan mendung menyebabkan pesawat harus melewati awan-awan hitam yang membuat pesawat bergetar sepanjang perjalanan. Beberapa kali pula pilot sempat memberi tahu adanya sinyal bahaya, sehingga semua penumpang dilarang meninggalkan tempat duduk dan tetap menggunakan sabuk pengaman. Getaran semakin dahsyat ketika mulai masuk area Denpasar karena awan mendung pekat.
Hati menjadi tentram ketika pesawat sudah perlahan turun dan terlihat remang-remang lampu daratan. Ternyata sudah mendekati bandara. Dan tanpa diduga pula, pesawat Mandala ini melakukan landing yang sangat halus dan tidak nampak tiba di daratan. Hingga bahkan berbelok memasuki area parkir pesawat dan menurunkan penumpang. Saat itu saya sungguh terkesan dengan perjalanan bersama Mandala karena dengan pesawat yang lama tapi dapat membuat perjalanan yang nyaman dan lembut.

Sabtu, 2 Januari 2010
Liburan di Bali tak terasa harus segera diakhiri. Perjalanan pulang harus segera dilakukan. Kami memilih penerbangan pagi dari Denpasar. Lagi-lagi pesawat yang kami pilih adalah Mandala Air. Pesawat take off pukul 07.05 WITA. Sehingga, pukul 05.00 WITA kami sudah berangkat menuju Bandara Internasional Ngurah Rai (kali ini benar-benar bandara internasional). Kami tidak menunggu lama karena pesawat tidak Delay. Pukul 06.30 kami sudah dipersilakan naik ke pesawat. Setelah duduk nyaman, tak beberapa lama kemudian pintu ditutup dan seperti sebelumnya, ada penjelasan dari pramugari.
Kemudian, pesawat masuk ke landasan pacu. Arah pesawat kali ini ke arah timur untuk melakukan take off. Pesawat berjalan perlahan. Tidak terdengar suara dengingan mesin yang keras. Hanya tiba-tiba Mandala Air sudah mengudara dengan sangat halusnya. Kali ini cuaca sangat cerah, sehingga pulau jawa terlihat sangat mini dan bisa diinjak dari atas.
Tak terasa, pesawat sudah mendekati daerah bandar udara Adisutjipto. Pesawat kemudian memutar lewat kaki gunung Merapi, lalu berjalan sejajar dengan rel kereta yang membentang dari Patukan sampai stasiun Maguwo (karena posisi landasan sejajar dengan rel). Tak lama kemudian, dengan hentakan yang lembut, Mandala Air telah mendarat dengan selamat tepat pukul 07.00 WIB di Bandara Adisutjipto. Hanya pengereman akhir yang sengaja kasar karena landasan pendek.

Pengalaman itu adalah pengalaman pertama saya dan mungkin menjadi pengalaman terakhir bersama Mandala Airlines. Kabar mengejutkan saya terima tadi siang bahwa Mandala Airlines dihentikan operasionalnya karena ada masalah perusahaan. Semoga, permasalahan tersebut bisa segera ditangani, dan penerbangan murah dengan fasilitas high class bersama Mandala bisa dilakukan kembali.

2 komentar:

  1. iya Nen.. kasian kok mandala bangkrut yaa..
    Walaupun aku belum pernah naik Mandala sih.. Tapi kasian denger nya..

    BalasHapus
  2. Padahal perusahaan gedhe juga lho...eman2 klo sampe tutup...moga2 negosiasi dengan debitur bisa berhasil...

    BalasHapus