Selasa, 02 November 2010

AMDG : Anggur Merah Dan Garuda kacangku, Kenangan Masa Lalu


Kembali teringat masa-masa SMA bersama cangkeman yang heboh dengan teman-teman. Menjadi teringat karena melakukan chatting berjamaah bersama sahabat lama : Ringgo ndlogok dan Anggit 'Lele'. Kata-kata yang haram itu tiba-tiba menjadi halal lagi setelah sekian lama bersemedi di otak dan menimba kekuatan penuh untuk dikeluarkan lagi...
Sebuah momen yang menggembirakan. Membuat menangis darah karena tertawa saking terbahak-bahaknya dan kencing nanah karena tertawa terlalu keras. Chatting dengan bahasa-bahasa yang sangat tidak lazim dengan kedua kawan saya itu membuat fresh otak setelah suntuk membaca 73 halaman Handout Agama Katolik. Kata-kata baku yang telah dilegalkan dalam Kamus Pisuhan Yang Disempurnakan (gak usah dicari, gak bakalan ketemu). Kata-kata semacam asu, jancuk, jangkrik, bajigur, dan kosakata baru : jangkrik + seselam um menjadi jumangkrik dan jancuk + seselan um menjadi jumancuk menjadi legal dan halal dikeluarkan. Nyek-nyekan (Indo : ejek-ejekan) yang keras, yang mungkin kalau dibawa keluar, bahkan di kalangan orang Surabaya dengan gaya bicara yang keras pun, bisa membuat orang menangis tersedu-sedu. Namun, ini menjadi bahan gojeg bagi kami yang sangat renyah, lucu, menusuk, dan yang pasti membuat kangen...Belum lagi ketika gojeg merambah ke masalah substansi wajah dan masa lalu. Menjadi semakin meriah bin konyol binti lucu....
Seakan gojegan selama 30 menit berturut-turut tiada henti itu berjalan selama 1 jam, melemparkan memori euforia masa-masa SMA. Seakan sekolah hanya berisi pisuhan ra mutu plus gojegan atos membuat kejang menahun, namun tetap dengan nilai-nilai yang memuncak (bahkan menghantarkan kelas IPA menuju peringkat 9 se-DIY, tertinggi untuk semua SMA Swasta di Jogja). Kembali teringat masa lalu, mabuk-mabukan bersama teman sambil makan Kacang Garuda di depan pasturan dan di tempat sahabat : Edowedhus. Maka, slogan AMDG itu tak lagi menjadi Ad Maiorem Dei Gloriam atau Amrih Mulya Dalem Gusti. Tapi menjadi Anggur Merah Dan Garuda kacangku....
Tak terasa gojeg dan menggojegi ini harus diakhiri. Harus kembali belajar agama. Tapi yang teringat bukan mata kuliah agama yang kupelajari. Tapi justru Pak Puji, guru religiositas SMA lengkap dengan kertas 5 halaman folio bergaris dengan segenap conthongan-conthonganku yang membuahkan nilai 85 pada ujian semesterku......

Tidak ada komentar:

Posting Komentar