Sabtu, 09 November 2013

Dan Jadilah Pahlawan Masa Kini

Peristiwa itu dimulai ketika tentara Inggris dengan sengaja membonceng Belanda yang masuk kembali ke Indonesia pasca Indonesia merdeka. Peristiwa adu senjata dan perjuangan melawan penjajahan kembali oleh Belanda yang ditumpangi tentara Inggris merajalela di daerah-daerah. Tak terkecuali Surabaya. 27 Oktober 1945, peristiwa perobekan Bendera Belanda terjadi di Hotel Yamato, Surabaya. Hal ini karena pemerintah Belanda dianggap tidak menghargai sama sekali Indonesia yang telah berdaulat -ditandai dengan pemasangan bendera Merah-Putih hampir di seluruh bagian Nusantara. Peristiwa berlanjut dengan kesepakatan untuk gencatan senjata antara pihak Indonesia dan Sekutu. Namun, belakangan, lagi-lagi di Surabaya, gencatan senjata ini tidak dihiraukan oleh pasukan India yang dipimpin oleh Jenderal A.W.S Mallaby yang menembaki pasukan Indonesia di sekitaran Alun-Alun Surabaya. Hingga pada akhirnya, pecahlah perang dahsyat di Surabaya pada tanggal 10 November 1945 karena perintah pelucutan senjata dari Sekutu dianggap sebagai penghinaan terbesar atas kemerdekaan Republik Indonesia. Sebagai salah satu perang mempertahankan kemerdekaan dengan korban banyak: diperkirakan 6000-16000 warga sipil tewas dan lebih dari 2000 tentara sekutu tewas, semenjak saat itu, 10 November ditetapkan sebagai hari pahlawan.

Sekilas cerita mengenai terjadinya peristiwa 10 November 1945 di Surabaya dan mengapa 10 November di kemudian hari dijadikan sebagai Hari Pahlawan.

Mendengar kata pahlawan, kita biasanya akan terpikirkan dengan aksi-aksi heroik yang dilakukan pendahulu kita di masa lalu: membawa bambu runcing, merebut senjata modern milik musuh, bergerilya malam-malam melewati hutan, dan berbagai kegiatan yang begitu menegangkan dalam melawan penjajah-penjajah. Negosiasi-negosiasi yang dilakukan juga negosiasi yang keras, bahkan tak jarang berakhir dengan adu otot. Perjuangan-perjuangan yang keras untuk mencapai Indonesia yang merdeka.

Hari ini 'pahlawan' sudah bukan lagi orang yang membawa pentungan kemudian berteriak atas nama sesuatu yang tak jelas untuk diperjuangkan. Bukan lagi orang-orang berseragam bertuliskan salah satu nama sekolah berlarian membawa gear dan shock breaker sepeda motor dan mengejar-ngejar musuhnya. Bukan lagi orang yang main keroyok musuhnya karena tim kesayangannya kalah. Bukan aksi bar-bar perusakan fasilitas umum. Perjuangan hari ini sudah bukan tentang perjuangan fisik, sudah bukan perjuangan adu otot. Namun perjuangan adu keterampilan, adu otak. Siapa cerdas, siapa cerdik, ia yang akan menang. Senjata sudah tak berarti lagi, sekalipun mahal harganya.

Tindakan kita terlena terhadap kemerdekaan yang sudah ada tidak akan pernah membuat pahlawan-pahlawan yang telah mendahului kita ini menjadi bangga terhadap diri kita. Perpecahan yang meluas atas dasar basis agama dan kesukuan kembali merebak di Indonesia. Lantas, apakah tujuan Indonesia dimerdekakan jika pada akhirnya kembali terpecah?

Mayoritas dari kita saat ini adalah menjadi pahlawan bagi diri kita sendiri. Membentengi diri kita sendiri, agar kita tetap 'menang' sekalipun sebenarnya kita salah. Padahal menjadi pahlawan adalah berarti menjadi pahlawan bagi orang lain, bukan bagi diri kita sendiri. Mendompleng kekuasaan agar tetap selamat dari jeratan hukuman, juga sama sekali tidak mencerminkan sikap kepahlawanan masa kini, kepahlawanan orang muda. 

Sudah tidak saatnya lagi membuat semua pahlawan yang telah mendahului kita ini menjadi bersedih hati dan merasa sia-sia atas segala yang telah mereka lakukan demi kemerdekaan Indonesia. Menjadikan Indonesia tegak kembali kemerdekaannya dan menjauhkan Indonesia dari disintegritas nasional tidak dimulai dari perbuatan-perbuatan besar. Kemerdekaan Indonesia juga dimulai dari pergerakan-pergerakan yang kecil. Generasi muda, yang katanya adalah calon penerus pahlawan negri ini, mulailah bergerak. Seminimalnya mulailah untuk jujur, semakin giat berprestasi dalam bidang apapun. Terlalu banyak nongkrong, gosip, rasan-rasan tanpa ada realisasi tindakan positif tidak akan membawa Indonesia ini kemana-mana. Mengcopy hasil karya orang lain hanya akan membuat bangsa kita menjadi bangsa yang terus menerus meniru tanpa sikap inovatif yang sebenarnya berguna bagi bangsa kita sendiri.

Selamat hari pahlawan. Momentum hari pahlawan bukan hanya untuk diperingati, dengan hening cipta sejenak. Namun untuk menjadi momentum untuk kembali melanjutkan semangat para pahlawan yang telah siap-sedia mengorbankan nyawanya bagi nama Indonesia Raya. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar