Rabu, 13 Maret 2013

Dan Segalanya Akan Komersial (di Indonesia)

Mengejutkan adalah ketika melihat kereta-kereta ekonomi yang berjalan di Jawa telah diubah menjadi kereta ekonomi AC. Awalnya biasa saja, bahkan ketika salah satu daerah operasi kereta api menyatakan memang ada kenaikan biaya operasional kereta ekonomi ber-ac, namun tidak serta merta menaikkan tarif kereta api. Ungkapan itu membuat cukup lega. Namun, beberapa hari terakhir hati ini terusik, bahwa layanan kerepa api bertarif Rp 33500,00 untuk tujuan Surabaya Pasar Turi-Jakarta Pasar Senen dan Surabaya Gubeng-Bandung Kiara Condong telah ditiadakan. Ini sebagai salah satu dampak dari penempelan AC ke kereta kelas ekonomi.
Tentu ini sangat mengkhawatirkan. Dan bisa jadi merupakan suatu pembodohan, karena rakyat kecil yang menggunakan kereta ekonomi tidak tahu menahu. Tahu-tahu tarifnya sudah melambung sangat tinggi, bahkan hingga 3-4 kali lipat tarif biasanya. Bisa dipahami, bahwa tarif Rp 33500,00 tersebut karena semua kereta kelas ekonomi (K3 non AC) merupakan kereta yang dibiayai oleh Public Service Obligation (PSO) yang memiliki arti suatu dana bantuan dari pemerintah yang penggunaannya ditujukan untuk berbagai bidang pelayanan kepada masyarakat. Dapat dipahami jika tarifnya akan melonjak karena penggunaan AC Split 2 PK sebanyak 6 buah tiap gerbongnya. 
Dapat dipahami, namun tidak dapat dimaklumi apalagi ditoleransi. Apalagi ada kabar bahwa seluruh kereta ekonomi (K3 dengan PSO) seluruhnya akan dijadikan K3 AC yang tidak lagi mendapatkan PSO. Perlu digaris bawahi, tidak mendapatkan PSO untuk semua jenis K3 AC. Ini akan berarti bahwa tidak ada lagi subsidi bagi kereta ekonomi (yang telah ber AC ini). Artinya lagi, bahwa semua tarif kereta ekonomi jarak menengah-jauh akan naik hingga 3-4 kali lipar tarif normal. Tentu ini memberatkan bagi para penglaju jarang menengah yang biasa menggunakan kereta. Apalagi, tentu penglaju ini bukan kalangan menengah keatas, melainkan menengah kebawah. Mereka harus menanggung beban hingga 4 kali lebih tinggi dari sebelumnya. Ditambah lagi tarif flat jauh dekat yang kian memberatkan. Ironis, PT Kereta Api telah menggeser pangsa pasarnya, dengan hanya melayani orang menengah keatas.
Kemudian, salahkah kalau PT Kereta Api hanya melayani masyarakat menengah keatas? Tentu ini sebuah kesalahan yang terorganisir dengan baik. Mungkin setelah ini akan muncul buku "Orang Miskin Dilarang Bepergian!". Jelas, PT Kereta Api sebagai BUMN (Badan Usaha Milik Negara) melaksanakan sebuah hajat yang menyangkut kepentingan orang banyak, yakni masyarakat Indonesia sendiri. Komersialisasi adalah baik untuk mendapatkan laba bagi perusahaan. Bahwa perlu diingat PT Kereta Api sebagai penyedia jasa layanan transportasi bukan hanya sebuah perusahaan murni yang mencari laba. Ada unsur pelayanan kepada masyarakat disana. Mengurangi PSO itu sangat baik, namun tidak berarti mengurangi pelayanan kepada masyarakat, terutama masyarakat yang menengah kebawah karena mayoritas masyarakat Indonesia adalah masyarakat menengah kebawah yang masih dalam perjalanan menuju mapan.

Disini pentingnya peran seorang presiden kita yang mulai lemah ini. Ada indikasi hilangnya unsur pelayanan kepada masyarakat kecil. Jelas perlu dilakukan reformasi dari segi transportasi, pangan, kesehatan dan pendidikan disini, negara ini. Dimana pada keempat sektor itu sudah mulai hilanglah segi pelayanan sebuah negara kepada masyarakatnya. Maka, satu pernyataan yg basi saat ini adalah "Jangan bertanya apa yang negara berikan kepadamu, namun berikan apa yang bisa kamu berikan kepada negara". Basi. Ubahlah pertanyaan menjadi "Apa yang negara berikan kepada kami (masyarakatnya)?!" Bahwa Masyarakat sudah berusaha sebaik-baiknya, meski tidak semua, dengan membayar pajak secara tertib dan rajin. Sederhana saja, tidak perlu pajak penghasilan. Bukankah setiap orang telah membayar pajak kendaraan secara rutin? Artinya sudah saatnya masyarakat menuntut haknya.
Tarif transportasi yang mahal panjang efeknya. Jalanan antarkota yang dulu hanya diisi oleh beberapa kendaraan pribadi, banyak bis, dan banyak truk, mungkin kedepannya (bahkan hari ini) semakin padat. Jalanan semakin cepat rusak. Berharap ada orang-orang yang cerdas, tidak sekedar mengaku pandai lulusan universitas terkenal, yang mampu memikirkan hal ini.


Teruntuk PT Kereta Api yang telah mulai menyingkirkan 'pelayanannya' kepada orang miskin. Memang lebih asyik melayani raja daripada melayani kacung. Namun ingat selalu, rakyat kecil juga telah mengabdikan dirinya untuk Indonesia, sekecil apapun itu, patut diapresiasi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar