Senin, 20 Desember 2010

Kepengen Touring Lagi

Tak terasa touring terakhirku sudah berjalan sekitar 7 bulan yang lalu. Ya, bulan Juni aku mengalami touring terakhirku saat badanku dalam kondisi tidak enak menunggu hasil SNMPTN. Touring terakhirku bersama Supra X 125 AB 4546 DQ adalah menuju Pantai Sadranan. Touring terakhir yang sangat menegangkan, mendebarkan, dan membuat tangan membeku.
Pukul 13.00 kami berangkat dari kediaman Bismo di bilangan Bonbin Jogja. Perjalanan berlangsung perlahan karena membawa beberapa teman wanita yang membawa sepeda motor. Perjalanan tersendat beberapa saat ketika akan memasuki Wonosari karena ada yang masuk kota dan ada yang memilih lewat luar kota (ring-road). Akhirnya, kami bertemu di daerah sebelum pertigaan menuju Goa Maria Tritis. Kemudian perjalanan dilanjutkan bersama-sama kembali. Perjalanan menuju ke Pantai tidak terlalu menegangkan. Hanya dihiasi tumbangnya beberapa sepeda motor karena keteledoran teman saja. Kami semua bersukacita, bermain, bahkan menyelam diantara bebatuan yang terdapat ikan-ikan kecil semacam Nemo tersebut.
Perjalanan pulang kami putuskan dimulai pukul 17.00 karena kami takut kesorean. Namun apes, sepeda motor salah satu teman kami bocor. Untung di daerah tersebut terdapat tambal ban (dan lokasinya berada di bawah tebing di tengah hutan lepas pantai Krakal). Kami langsung berhenti sejenak, bernyanyi dan berdendang sesuka hati. Sementara malam makin gelap dan angin bertambah kencang. Satu keyakinan kami bersama bahwa hujan badai akan segera turun. Sementara tambal ban tak kunjung usai, diperoleh kenyataan bahwa ban bocor di 3 tempat berbeda. Tambal harus dilakukan satu per satu. Tak lama, beranjak pukul 18.00, hujan turun dengan lebatnya diiringi angin yang keras yang sempat membuat dahan-dahan pohon bergesekan dahsyat dengan atap tambal ban. Untung pekerjaan segera selesai. Namun malang, lampu di daerah tersebut mati total akibat hujan badai tersebut. Alhasil, kami semua harus berjalan perlahan dalam temaram menembus malam. Laju sepeda motor kami tak lebih dari 60 km/jam menembus terjalnya jalanan pegunungan di Gunung Kidul. Jalan di depan sama sekali tak nampak. Tak ada penduduk yang berani keluar rumah. Yang ada di jalan hanyalah dahan kayu bertumbangan dan beberapa ada tanah yang longsor dan pohon ambruk. Tak jarang kami hampir terperosok ke jurang karena penerangan yang minim, mata yang pedas terkena air hujan yang sangat lancip, dan kulit kami yang kesakitan karena dinginnya air hujan. Untung kami bisa diba di Kota Wonosari dengan selamat dan bertandang di pom bensin sebelum perjalanan akhir dimulai. Saat itulah driver utama sepeda motor saya digantikan oleh Garuda karena tangan saya pegal dan kaki saya masih gemetar kedinginan. Speed langsung kami tancap habis. Namun, begitu tiba di Alas Bunder, stang motor kembali ke tangan saya dan perjalanan yang sebenarnya berlangsung. Lebih kurang 1 jam kemudian kami tiba di rumah Bismo kembali untuk beristirahat dan makan malam di tengah pegalnya badan kami karena harus menembus hujan badai, angin kencang, dan mengalahkan dinginnya malam saat itu.
Touring-touring itulah yang selalu membuat saya rindu. sejak dulu touring pertama melakukan Touring de Sepanjang yang merupakan touring pertama yang menghanguskan seluruh sistem kelistrikan sepeda motor saya karena ada korsleting dan mengahruskan saya ganti seker karena oli habis tidak diketahui. Touring kedua saya Jogja-Wonosobo-Jogja yang hanya menghabiskan waktu 3 jam 15 menit untuk pulang dan perginya. Touring keempat saya ke Jogja-Wonosobo-Dieng-Jogja dan sempat mengalami overheat di tanjakan tieng dan terpaksa menuntun 2 motor yang mengalami overheat. Touring kelima saya Jogja-Ketep-Kedung Kayang dengan track yang super ekstrem, tanjakan dan tikungan yang sangat licin di kaki Gunung Merapi. Touring keenam saya Jogja-Wonogiri Selatan dengan kemampuan driver masih terbatas, tapi mampu menembus waktu 1 jam 15 menit untuk Wonogiri-Jogja. Touring ketujuh Jogja-Wonogiri-Pacitan dengan pesona alam hutan Pacitan yang indah, bak berada di luar negri kala musim semi memaksa rombongan berhenti sejenak dan berfoto bersama dan berhasil menembus waktu 2 jam untuk perjalanan Pacitan-Jogja. Touring kedelapan Jogja-Temanggung-Parakan-Weleri-Semarang-Jogja yang memaksa kita bermain rodeo sepanjang Paraan-Sukorejo Kendal karena kondisi jalan buruk, merasakan ekstremnya jalur Sukorejo-Weleri lengkap dengan alam yang eksotis, tikungan 180 derajat, tanjakan 60 derajat, jalan yang super sempit, dan hutan pinus yang sejuk, juga top speed untuk berboncengan pertama kali diraih : 120 km/jam. Bertemu dengan seorang Balala (petualang, pengelana) di sebuah rumah makan padang di Ungaran (balala tersebut menempuh Padang-Jakarta-Semarang-Magetan-Madiun dalam 4 hari dan akan melanjutkan ke Denpasar) dan nyaris menyelesaikan perjalanan Semarang-Jogja selama 2 jam dengan kecepatan rata-rata 100 km/jam. Dan Touring terakhir Jogja-Sadranan-Kota Wonosari-Jogja.
Seandainya itu semua bisa terulang di kota baruku ini, dan melaksanakan jalur-jalur eksotis Jawa Timur dan yakinkan tuk semuanya, bahwa touring ini memang mahal harganya, tapi apa yang kau peroleh adalah sebuah kepuasan yang tiada tara yang akan dikenang selamanya.

Spesial : Untuk teman-teman touringku di Jogja

Tidak ada komentar:

Posting Komentar