Jumat, 29 Oktober 2010

MERAPI KRITIS!!!

Kritis yang dialami Yogyakarta dan sekitarnya ternyata masih belum berakhir semenjak meninggalnya Mbah Maridjan, juru kunci Gunung Merapi. Krisis ini justru semakin memuncak pada tadi pagi dini hari pukul 02.00.
Suara dentuman batu-batu berguguran itu membangunkan Budhe saya yang tinggal di Purwobinangun, Pakem, Sleman. Jaraknya dari puncak Merapi sangat jauh. Sekitar 24 km. Suara itu sangat keras dan seolah-olah mengguncangkan tempat tinggalnya. Budhe saya segera pergi dari rumahnya dan bersama keluarganya mengungsi ke rumah Eyang saya di Tegalrejo, Kodya Yogyakarta. Suara dentuman ini, menurut berita dari beberapa sumber, masih terdengar dengan cukup jelas hingga Jalan Kaliurang Km 10 (daerah kampus UII Jakal).
Dini hari setelah ronda, lebih kurang pukul 03.00, seisi rumah yang didiami keluarga saya di Jogja terbangun. Ada ribut-ribut di depan. Ada yang mendengar suara dentuman keras dari arah utara. Suara itu tak lain adalah suara Gunung Merapi yang beberapa hari lalu, dari sisi Klaten sudah dinyatakan aman. Semuanya keluar dari rumah. Jalanan kampung depan rumah penuh oleh manusia yang khawatir. Masih ada trauma di hati warga Jatirejo oleh gempa 26 Mei 2006. Setelah cukup tenang, semua warga kembali masuk ke rumah masing-masing.
Kurang dari 1 jam kemudian, Budhe Mudjimin, tetangga saya mendengar suara kerikil terjatuh dari langit. Suara 'kemlothak' akibat gesekan genting dan batu kerikil yang dicurahkan dari langit sangat terdengar. Ini membuat warga Dusun Jatirejo menjadi ketakutan. Pagi hari, pukul 06.00, Ibu saya terbangun dan segera keluar dari rumah. Ibu saya terkejut karena semuanya menjadi putih. Ya, putih karena abu dari Merapi yang meletus dahsyat semalam. Ketebalan abu saat itu mencapai 10 cm. Tetangga kanan kiri keluar dari rumah dan berbincang sejenak.
Pagi, pukul 09.00, Ibu menelpon saya dan mengabarkan bahwa terjadi hujan abu di seluruh Yogyakarta, terutama arah selatan dan barat. Arah lava menuju ke barat Plawangan. Perlu diketahui bahwa Plawangan berada di Selatan Gunung Merapi. Arah lava diprediksikan akan terus menerus ke selatan. Benteng penahan di sebelah selatan, Gigir Boyo, telah roboh pada erupsi 2006 lalu. Seharusnya, lava Merapi mengalir ke arah timur (Klaten, Boyolali, dsk).
Ini bukanlah pertanda kiamat. Namun sebuah sindiran alam kepada manusia agar manusia lebih berhati-hati memperlakukan alam. Alam bisa dengan mudah memperlakukan manusia. Bahkan membuat manusia tak mampu membalasnya sekalipun. Ini baru sindiran. Maka berhati-hatilah. Menjadi dekatlah dengan alam, dan amati keadaan sekelilingmu. Niscaya kamu akan bersahabat dekat dengan alam dan menjadi selamat.

WP KMK 2010

Teman-teman Katolik FKG, ini ada ajang sumbang pendapat dari pengurus KMK Algonz 2010.
KMK Algonz 2010 akan mengadakan Welcome Party untuk kawan-kawan angkatan 2010 yang rencananya akan diadakan pada awal bulan Desember 2010. Pengurus WP kali ini kebingungan masalah tempat. Ada dua opsi yang diajukan :
  1. Camping bersama. Kelebihannya, untuk camping ini lokasinya untuk seluruh peserta bisa jadi satu tempat, tidak terpisah. Bisa melatih kemandirian teman-teman. Kelemahannya ya tidurnya di tenda, jadi agak ribet.
  2. Tidur di villa. Kelemahannya, kelompok KMK akan dibagi menjadi 3 kelompok terpisah karena kalau dijadikan satu di satu villa tidak cukup. Sehingga kurang ada kebersamaan. Kelebihannya nggak ribet, bisa tidur di kasur.
Teman-teman FKG dimohon pendapatnya melalui KOMENTAR untuk artikel ini. Sudah ada contohnya. Tolong ya sebelum SENIN, 1 NOVEMBER 2010 karena komentarnya ditunggu oleh panitia WP KMK Algonz 2010. Tentukan pilihan kalian pengen WP di Villa atau Camping Bersama, sertakan juga alasan kalian. Di bagian bawah komentar sertakan juga nama asli kalian juga email kalian. Contohnya sudah ada, silakan dilihat. Terima kasih. AMDG!

FILE PPT AGAMA KATOLIK

Teman-teman Katolik, baik dari FKG maupun FK Universitas Airlangga angkatan 2010, ini ada file presentasi dari kelompok 1 sampe kelompok 4. Untuk yang kelompok 5 akan menyusul karena sedang dalam proses pengiriman. Silakan di-download dan dipelajari untuk sedikit membantu Ujian Tengah Semester kita. Sorry formatnya tak jadiin Power Point 1997-2003 smua untuk mempermudah. Terimakasih. AMDG!

Kelompok 1

Kelompok 2

Kelompok 3

Kelompok 4

Kelompok 5

Klo da pertanyaan tgl 02/11/10 aku OL FB sampe jam 01.00. Klo gak lewat email herluinusmafranenda@yahoo.com. tks.

AKU INGIN

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan kata yang tak sempat diucapkan
kayu kepada api yang menjadikannya abu

Aku ingin mencintaimu dengan sederhana
dengan isyarat yang tak sempat disampaikan
awan kepada hujan yang menjadikannya tiada..

Puisi ditulis oleh Sapardi Djoko Damono
Arransemen lagu oleh Dwiki Dharmawan
Sebuah lagu yang mengingatkan kita pada hakikat CINTA yang sesungguhnya dimana sudah banyak manusia memelencengkan arti makna CINTA yang sesungguhnya....

Rabu, 27 Oktober 2010

MBAH MARIDJAN


Sebagian orang mungkin memandang Mbah Maridjan sebagai seorang yang sangat keras kepala. Tak mau mematuhi perintah dari pemerintah pusat. Terutama untuk segera meninggalkan rumahnya untuk mengungsi dari ganasnya terjangan Wedhus Gembel yang ditumpahkan begitu saja dari gunung Merapi. Namun, apa yang diperkirakan sebagian kecil orang tersebut adalah salah.
Mbah Maridjan. Sosok yang mulai muncul dan menjadi heboh pada erupsi Merapi 2006. Alasannya sepele, karena Mbah Maridjan tidak mau turun tatkala Merapi semakin ganas dalam erupsinya. Yang dilakukan Mbah Maridjan justru naik ke atas (Kalau tidak salah ke Kendhit, tempat biasa dilakukan doa oleh Mbah Maridjan untuk memohon keselamatan dan pencerahan atas kondisi Merapi) dan melakukan sebuah ritual. Kepergian Mbah Maridjan ini membuat panik banyak orang, warga sekitar, dan terutama anak-anaknya sendiri. Namun, beberapa hari kemudian Mbah Maridjan turun dengan keadaan yang sehat dan segar bugar. Sesaat setelah itu pun Merapi kembali tenang dan 'tertidur' untuk sekian waktu.
Semenjak saat itu pula, Mbah Maridjan lebih dikenal sebagai seorang bintang iklan dari sebuah minuman berenergi bersama Chris John, bintang tinju terkenal dari Indonesia. Namun, hanya sedikit yang tahu bahwa Mbah Maridjan adalah seorang Abdi Dalem Kraton dan semenjak tahun 1982 diangkat sebagai Juru Kunci Gunung Merapi. Penunjukan secara langsung dilakukan oleh Sri Sultan HB IX yang saat itu berkuasa di Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat.
Banyak hal yang benar-benar membuat banyak masyarakat, terutama masyarakat Jogja (yang mengetahui) sangat mengagumi Mbah Maridjan ini (karena ada beberapa orang, terutama orang Jogja sendiri yang acuh tak acuh dengan situasi dan kondisi Jogja). Sosok Mbah Maridjan sangat sederhana, tutur katanya sangat halus dan tidak pernah menyinggung secara frontal dan keras. Meskipun baru pernah melihat Mbah Maridjan di TV, namun sudah sangat nampak bahwa wajahnya penuh kesahajaan, kesederhanaan, dan semangat pengabdian. Bahkan, honor yang Mbah Maridjan dapatkan dari membintangi iklan dibagikan kepada masyarakat sekitar rumahnya dan hanya sedikit sekali yang diperuntukkan keluarganya. Sebuah sosok yang sangat ideal di jaman yang penuh hedonisme. Jangankan wajah penuh kesahajaan. Yang ada saat ini hanyalah wajah penuh dendam dan semangat hedonisme serta konsumerisme yang kian memuncak.
Satu hal yang sangat menyentuh hati dan tidak akan didapatkan dalam hati manusia Indonesia manapun. Mbah Maridjan pernah berjanji bahwa Beliau hidup di gunung Merapi, maka Beliau juga akan tetap berada di rumahnya dan meninggal di rumahnya dalam kondisi apapun. Pada akhir hayatnya, Mbah Maridjan telah membuktikan keteguhan hatinya bahwa hidup dan matinya adalah untuk Tuhan dan Gunung Merapi. Benar-benar sosok yang sangat menginspirasi dan menjadi sosok yang sangat konsisten terhadap apa yang dikatakannya.
Mbah maridjan, akhir kata, terima kasih telah menjaga kami semua, masyarakat Jogjakarta pada khususnya dari segala bahaya yang bisa disebabkan oleh gunung yang megah bagi kami, namun mematikan : Gunung Merapi. Mbah Maridjan, sosokmu akan membekas dalam hati kami, atas keteguhan hati, kesederhanaan, kesahajaan, dan semangat pengabdian yang tulus. Mbah Maridjan, selamat jalan, terima kasih atas segalanya.

Selasa, 26 Oktober 2010

MERAPI

Siapa menyangka Merapi itu adalah sebuah maut? Siapa menyangka Merapi bukan sebuah keindahan? Masyarakat sekitar yang tahu jawabannya.
Ya, Merapi adalah sebuah gunung berapi paling aktif yang ada di Jawa. Dengan ketinggian hampir 3000 mdpl. Letusannya bukanlah tipe letusan yang explosif (menyembur ke atas seperti Pompeii maupun gunung yang lainnya) melainkan letusan yang hanya meleleh saja. Lava yang meleleh ini turun menuruni lereng gunung. Gesekan antar batu yang terdapat pada lava dan lereng gunung ini menimbulkan asap bergulung-gulung menuruni lereng hingga disebut Wedhus Gembel. Wedhus Gembel ini mempunyai suhu yang sangat tinggi. Mencapai 800 derajat celcius. Wedhus Gembel ini suatu ketika juga akan mengakibatkan hujan abu bahkan hujan kerikil di daerah sekitar Merapi (Klaten, Muntilan, Boyolali, Sleman DIY).
Ketika tenang Merapi ini terlihat sangat indah dari Kota Jogja. Biru menjulang tinggi bagai raja di Jogjakarta. Bahkan, ketika sedang erupsi sekalipun tetap nampak indah tatkala dilihat dari daerah Sleman selatan. Yang nampak adalah guratan-guratan merah menyala yang turun dari lereng Merapi jika dilihat pada malam hari. Mereka yang mengatakan itu indah adalah sebuah pandangan sementara. Ketika manusia-manusia itu diletakkan di jalur yang menyala merah itu, jangankan baju, tulang mereka saja takkan tersisa. Adalah suatu hal yang sangat mengerikan taktkala Merapi mengeluarkan wedhus gembelnya.
Setidaknya sudah ada tiga dusun yang mengalami kengerian ini dan kengerian ini masih sangat terasa tatkala melakukan perjalanan naik ke lereng gunung Merapi. Diantaranya adalah dusun Turgo (lereng selatan), Obwis Kaliadem (Kepuharjo), dan yang baru saja terjadi di Dusun Kinahrejo. Wedhus Gembel ini muncul tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu. Ketika telah menerjang, kaki yang berlari bahkan mobil yang dipacu sekuat tenaga pun takkan mampu menyelamatkan nyawa. Laju Wedhus Gembel ini mencapai 200 km/jam, melebihi kecepatan mobil manapun yang dapat dipacu di jalanan sekitar lereng Merapi. Wedhus Gembel hanya tiba-tiba menerjang segala sesuatu yang ada di sekitarnya tanpa mengenal apakah yang mereka terjang pejabat atau bahkan rakyat jelata. Setidaknya, akibat peristiwa wedhus gembel, ratusan orang meninggal terpanggang di Turgo, 2 orang tewas dalam bunker di Kaliadem (2 orang relawan, 2006), dan setidaknya 9 orang tewas di dalam rumahnya di Kinahrejo ketika awan panas melanda.
Sesuatu yang sangat mengerikan di balik keindahannya. Tak membayangkan tatkala wedhus gembel itu yang seharusnya mengalir melalui sungai Gendol Kaliadem, justru berbelok dan menerjang obwis Kaliadem membuat Kaliadem kini kehilangan pesonanya dan menjadi rata dengan pasir (bahkan suhu di sekitar Kaliadem masih sangat panas pada H+14 pasca wedhus gembel). 2 orang tewas berada di dalam Rulinda (Ruang Lindung Darurat atau Bunker) dengan suhu dalam bunker diperkirakan lebih dari 400 derajat celcius. Tidak terbayangkan pula beratus-ratus warga Turgo yang tengah merayakan hajatan diterjang awan panas dan nyaris kesemuanya meninggal dunia.
Hipotesa yang terjadi selanjutnya adalah aliran awan panas ini tak lagi mengalir ke timur (arah Klaten) maupun Barat (Magelang). Gigir Boyo yang membentengi daerah selatan sudah luluh lantak dan trend yang terjadi saat ini adalah mengalir ke Selatan (Arah Sleman, DIY). Akibatnya, bisa dimungkinkan aliran awan panas ini menuju ke Kaliurang DIY. Dua bukit yang menutupi Kaliurang justru akan menjadi sumber malapetaka karena awan panas jika benar bergerak ke selatan, maka akan tidak terlihat karena tertutupi oleh bukit tersebut dan tiba-tiba muncul begitu saja menerjang semuanya.
Kapan gunung ini akan menjadi marabahaya dan menjadi keindahan tidak akan pernah ada yang tahu. Hanya Tuhan yang mampu menjawabnya. Kita, manusia hanya bisa waspada dan bersiap segala kemungkinan jika memang saat itu adalah saatnya bagi kita.

ANDAIKAN

Andaikan aku bisa mengajakmu jalan malam ini
Aku akan mengajakmu ke tempat yang telah lama aku inginkan
Tuk kukunjungi bersamamu

Andaikan aku bisa mengulang masa laluku
Aku akan memulainya dari awal
Dan memperbaiki lubang-lubang
Yang membuatku selalu terjatuh

Andaikan aku bisa mengendalikan diriku
Aku yakin
Semua yang kusesali
Takkan terjadi saat ini

Andaikan aku bisa mengatakannya padamu
Kamu telah ada disampingku
Saat ini
Lepas dari smua masa laluku
Lepas dari smua egoku

Karmen, 26 Okt 10 18:24

MENGELUH DAN MENGESAH DALAM DUKA

Aku tak paham mengapa kehidupan ini membuatku selalu kesulitan. Tak ada yang dapat tercapai, semua target dan rencana bisa menjadi gagal hanya dalam hitungan sepersekian detik. Tak ada kesempatan yang muncul. Selalu jatuh dalam lubang yang sama, bahkan untuk yang keempat kalinya. Sungguh mengenaskan memang. Semuanya seolah-olah berjalan lancar. Semua hanya nampak semu belaka sebagai sebuah euforia kebahagiaan keberhasilan atas suatu hal yang sangat kecil yang kita capai.
Aku menjadi tak paham. Apakah Tuhan itu benar-benar ada dalam hidupku? Apakah Ia selalu ada di hatiku, mendengarkan keluh kesahku, menguatkanku ketika aku terjatuh, dan berbagi kebahagiaan tatkala aku memperoleh sedikit kebahagiaan? Aku secara tiba-tiba menjadi tak yakin akan semua ini. Tatkala aku terjatuh, aku harus bangun sendiri. Suara-suara itu bagai tak ada lagi di sekelilingku. Suara itu yang dahulu menguatkanku telah pergi begitu saja. Tak ada lagi suatu satu hal yang mampu menguatkanku tatkala terjatuh. Tatkala berbahagia justru suara tangisan dari dalam hati lah yang terdengar, sekeras apapun tawa terbahak-bahakku meledak. Selalu jatuh di lubang yang sama. Tak pernah ada yang berusaha menutupi lubang-lubangku ini sekalipun ada banyak orang melihat lubang itu.
Aku merasa semuanya berjalan secara kebetulan dan tak ada yang merencanakan. Aku merasa hidupku hanya sebatas hampa sekalipun semuanya telah aku rencanakan sepenuh hati dan kukerjakan segenap jiwa. Semuanya rasanya kosong dan percuma. Aku tak paham arti hidup. Aku tak ingin hidupku seperti ini tuk kesekian kalinya lagi. Aku tak ingin tersakiti lagi oleh segalanya. Aku ingin menjadi yang terbaik bagi Tuhan dan Bangsaku. Ad Maiorem Dei Gloriam!!

Senin, 25 Oktober 2010

ALAM

Alam
Ia ada di sekitarmu
Mengelilingimu
Dengan segenap adi kuasanya

Janganlah kau takut dengannya
Kaulah pengisi jagad raya ini
Sperti yang tlah Kau firmankan
Bagi pemelukmu yang tak taat ini

Alam
Yang mendidikmu jadi lebih dewasa
Buatmu makin pahami makna hidup
Dibalik kekarnya daratan kepulauan

Bukan saja wanita
Yang layak
tuk dicintai
Melainkan
Alam ini juga punya hari nan layak tuk dicintai

Bersetubuhlah dengan alam
Rasakan satu jiwamu menyatu bersama alam
Rasakan jua sgenap perasaan yang tak terperikan
Bahwa kau dan alam adalah SATU

BROMO SEPENUH HATI



Sudah 2 tahun yang lalu kepergian saya yang terakhir ke Bromo setelah lebih kurang 8 tahun yang lalu pernah menuju Bromo. Kedua-duanya saya lakukan dengan jalan
yang berbeda. 8 tahun yang lalu saya menggunakan angkot hijau lumut dari RM Panorama Probolinggo menuju Cemoro Lawang, kemudian dilanjutkan dengan Hardtop yang memang sengaja disewa biro perjalanan. 2 tahun lalu saya menggunakan angkot hijau
lumut dari Terminal Bayuangga Probolinggo dan dilanjutkan dengan berjalan kaki hingga ke Pananjakan.
Sebuah perjalanan yang sangat mengesankan bagi saya 2 tahun silam. Kala itu, saya menilai perjalanan saya ini penuh perjuangan. Begitu bus AKAS dari Surabaya yang mengangkut saya masuk terminal Probolinggo, saya dan teman saya langsung turun dari bus dan memasang tampang keras agar tak ditawari macam-macam. Begitu keluar terminal, saya langsung mencari angkot berwarna hijau lumut itu. Segera saya dan teman saya naik. Namun apa daya
, ternyata kami harus menunggu 2 jam lebih. Bahkan saya sempat mengancam sopir angkot untuk turun dari angkot dan tidak jadi naik angkot ke Bromo. Plan B saya saat itu adalah mencari bus jurusan Lumajang dan menginap di rumah kakek saya di Yosowilangun, Lumajang. Ternyata ancaman saya manjur. Angkot segera berangkat namun ke dalam terminal. Di dalam terminal kami diajak kong kalikong untuk menipu turis (namun itu adalah tarif sebenarnya). Satu angkot biaya sewanya Rp 300.000 cukup oversize sampai 20 orang. Kami disuruh membayar Rp 120.000. Sementara sepasang kekasih dari Inggris tersebut diminta membayar Rp 150.000. Kami disuruh mengaku membayar Rp 150.000. Akhirnya kami menurut saja daripada tidak sampai Bromo.
Pukul 19.00 kami sampai di Cemoro Lawang, pos terakhir sebelum perjalanan ke Pananjakan atau Bromo. Kami menginap di salah satu homestay yang murah. Cukup Rp 75.000 untuk 10 orang. Pagi-pagi
sekali pukul 02.30 kami sudah siap untuk mendaki Pananjakan melalui jalur potong kompas (jalur hiking). Namun, ada yang kurang. Kami tidak membawa senter!! Akhirnya kami menunggu turis yang membawa senter yang juga akan melakukan hiking ke Pananjakan. Setelah sang turis keluar dan berjalan, kami berdua membuntuti dari belakang agak jauh, seperti seolah-olah sedang mengintai seseorang. Harapan kami adalah kedua turis tersebut tidak berhenti dan mengajak kami ngobrol. Apa daya ternyata turis tersebut berhenti di pinggir tebing dan memaksa kami untuk mengobrol dengannya menggunakan bahasa Inggris yang sangat cepat dan tidak jelas. Ternyata, kedua turis tersebut berasal dari Inggris. Jelas saja berpuluh-puluh kata "Pardon?" dan "I'm sorry, I can't understand you" keluar begitu saja dari mulut kami hingga sang turis mengartikan
setiap katanya dengan gerakan tangannya.
Perjalanan malam kami lanjutkan. Ada beberapa misteri yang sempat kami temukan. Ada hardtop dengan pengemudi yang berteriak mencari orang, ada sekelebat bayangan putih, dan ada cahaya aneh. Kami juga sempat tersesat dan menemui anak tangga yang berujung pada sebuah tebing yang sangat tinggi, sehingga perlu menyabung nyawa untuk melewatinya. Akhirnya, pukuul 04.00 perjalanan kami mentok di sebuah gazebo yang berada di pinggir jurang dengan view Bromo yang sangat jelas. Kami menghabiskan waktu kami dengan berbagi cerita, berbagi foto, dan berbagi Tim-Tam rasa coklat yang cukup memberi energi. Tepat pukul 05.30 matahari terbit, dan kami sudah siap naik tebing untuk menuju Pananjakan. Kami bertemu dua orang turis dari Perancis yang berada
di atas tebing. Mereka mengatakan bahwa mereka tersesat semalaman suntuk dan hanya berputar di gunung tersebut saja. Akhirnya, setelah mereka lewat, kami berpamitan dengan turis asal Inggris tadi yang tetap ingin tinggal di gazebo itu. Kami melanjutkan perjalanan melalui jalan setapak dengan lebar rata-rata tak sampai 2 meter, namun dengan view yang sangat indah dan tak dapat dilukiskan dengan kata-kata.
Pukul 06.30 kami sampai di Pananjakan. Para pengunjung sudah beranjak turun karena tidak ada lagi yang bisa ditonton. Kami mampir ke warung sejenak menikmati mi hangat dan milo hangat. Setelah tenaga pulih, baru kami menuju Gardu Pandang Pananjakan dan melihat indahnya Bapak dan Anak : Semeru dan Bromo.
Begitu kami puas berfoto, kami langsung berniat turun ke Bromo untuk jalan kaki. Karena jarak yang terlalu jauh, kami akhirnya mencegat ojek seharga Rp 60.000 untuk 2 orang (cenglu) dari Pananjakan hingga Cemoro Lawang. Kami memperoleh banyak cerita dari tukang ojek mengenai daerah sekitar Bromo. Mulai dari rawan kejahatan hingga budaya dan perjuangan masyarakat sekitar. Lebih kurang perjalanan dari Pananjakan ke Bromo 15 menit yang kemudian kami lanjutkan dengan kegiatan naik ke Bromo sambil menghitung anak tangga Bromo dan ketika turun membuat debu pasir bercapur tahi kuda hingga dimarahi oleh pengunjung lainnya. Perjalanan dilanjutkan menuju Cemoro Lawang untuk mandi dan berangkat ke Probolinggo.
Kali ini, untuk pulang ke Probolinggo benar-benar menjadi backpacker sejati bermodalkan jempol karena tidak ada angkot hijau lumut yang lewat. Kami berjalan 2 km ke arah Probolinggo. Ketika ada truck, kami mengacungkan jempol kami meminta tumpangan. Untungnya ada truck merah yang bersedia menjadi tumpangan bagi kami hingga Pasar sebelum kota Probolinggo.
Sebuah perjalanan yang menyenangkan meskipun sedikit menyusahkan. Segalanya membuat diri menjadi lebih dewasa dan makin mencintai alam. Bukan hanya wanita saja yang layak untuk dicintai, melainkan juga alam. Maka bersetubuhlah dengan alam saat ini juga dan kamu akan peroleh jiwanya dalam hatimu.

Minggu, 24 Oktober 2010

Rawon Nguling

Rawon. Adalah sebuah makanan khas Jawa Timur. Tiap daerah di Jawa Timur memiliki ciri khas rasa rawon yang berbeda-beda. Rawon Ponorogo dengan Rawon Surabaya sudah memiliki rasa yang berbeda. Rawon Jawa Timur yang berada dekat dengan Jawa Tengah, biasanya memiliki cita rasa Jawa Tengah, yakni manis. Jika sudah berada di timur, maka cita rasa akan benar-benar Jawa Timur.
Berbicara soal rawon, ada satu rawon yang benar-benar nikmat dan pernah dikunjungi oleh presiden kita, Bapak Susilo Bambang Yudhoyono. Ketika Anda bepergian dari arah Surabaya menuju ke Probolinggo dengan menggunakan mobil atau motor atau bus atau bahkan truck, Anda akan melewati Rumah Makan Rawon Nguling ini. Letaknya berada sebelum kecamatan Tongas, Probolinggo. Secara geografis, Nguling berada di wilayah Kabupaten Probolinggo. Dari barat, Anda akan menemui patung sapi sebelum jembatan Pasar Nguling. Setelah patung sapi itu lah di sebelah kiri ada Rumah Makan Rawon Nguling. Tempatnya sederhana. Tidak terlalu luas seperti rumah makan mewah pada umumnya. Pada salah satu sisi tembok terpasang foto SBY bersama dengan Ibu Ani Yudhoyono sedang menikmati rawon di rumah makan ini.
Menu khas dari rumah makan ini adalah rawon. Rasa kuahnya benar-benar terasa. Kuahnya encer, namun begitu masuk ke mulut terasa kental. Rasanya gurih dengan rempah-rempah dan kaldu sapi yang sangat terasa. Kuah berwarna kekuningan. Rawon ini akan lebih nikmat jika dimakan dengan lauk pauk yang juga disediakan rumah makan. Antara lain empal, tempe garit, perkedel, hati, dan lidah sapi. Khusus untuk tempe garitnya tidak akan ditemukan di restoran manapun karena tempenya memang tebal, namun tempe bisa renyah sampai ke bagian dalam tengah tempe dengan bumbu yang sangat meresap. Menjadi lebih nikmat lagi jika rawon dimakan bersama minuman susu hangat yang memang dibuat dari susu sapi murni.
Untuk harga tidak terlalu mahal. Untuk satu porsi rawon lauk tempe dan minum susu murni hangat hanya sekitar Rp 25.000,00. Sensasi rasanya tidak akan ditemukan di rawon-rawon yang lainnya.

Brongkos Warung Ijo

Ketika berkunjung ke Jogja, image makanan yang muncul pasti Gudeg Mbarek maupun Gudheg Wijilan. Namun, ada satu lagi yang benar-benar khas dan tidak dapat ditemukan di kota lain : Brongkos Warung Ijo.
Ketika dari Jogja akan ke Magelang, tentu Anda melewati Jembatan Krasak, perbatasan antara Kabupaten Sleman (DIY) dan Kabupaten Magelang (jateng). Sekilas tidak ada apa-apa di jembatan Krasak ini. Hanya alur sungai Krasak yang meliuk indah dan panorama Gunung Merapi di sebelah kanan depan Anda. Namun, ketika Anda mencoba turun dari Jembatan Krasak, Anda akan melihat sebuah komplek warung persis di bawah Jembatan Krasak. Salah satunya adalah Warung Ijo. Warung ini memang berciri khas berwarna ijo dengan menu spesial Brongkos Daging Sapi.
Ada banyak pilihan menu lauk yang tersedia. Ada babat sapi, telor ceplok, tempe garit, dan sebagainya. Rasa brongkos memiliki rasa yang sangat khas dan berbeda dari sayur brongkos pada umumnya. Semuanya full berisi daging sapi yang empuk. Kuahnya kental dengan bumbu yang pedas namun terasa nikmat. Rempah-rempah yang disertakan sangat terasa di lidah. Dengan menu yang sederhana dan harga yang terjangkau, dijamin Anda akan puas jika mencicipi Brongkos Warung Ijo ini.
Untuk harga, jangan khawatir. Harganya dijamin terjangkau. Harganya kurang dari Rp 20.000,00 untuk satu porsi yang dapat mengenyangkan perut. Harga tersebut akan terbayar dengan rasa dan kenikmatan brongkos yang Anda makan.

My First Touring From Surabaya With Supra X 125 Tourino

Sebuah kebanggaan bagi saya untuk bisa memulai hobby saya untuk melakukan touring dengan motor kembali. Ketika masih hidup di Jogja, saya sangat sering bepergian ke kota di sekitar Jogja dengan sepeda motor. Kadang berdua, kadang berrombongan. Rute yang biasa saya lalui adalah Jogja-Wonosobo, dan Jogja-Wonogiri. Paling jauh untuk jangkauan utara adalah Jogja-Temanggung-Weleri-Kendal-Semarang-Magelang-Jogja. Rekor kecepatan Ungaran-Magelang cuma 1 jam lebih sedikit. Sedangkan jangkauan barat paling jauh Jogja-Wates-Glagah-Giwangan. Dengan rekor kecepatan Glagah-Giwangan 45 menit. Untuk bagian timur paling jauh Jogja-Pacitan-Jogja. Namun, untuk bagian timur ini rekor waktu tercepat ditempuh kala touring kunjungan live in Wonogiri-Jogja 1 jam 15 menit. Sedangkan untuk waktu tercepat adalah Sendang Sono ke rumah saya hanya saya tempuh selama 25 menit dengan jarak total hampir 40 km.
Kali ini saya memulai sebuah petualangan baru bagi saya. Di kota baru, dengan medan jalan yang relatif baru, dan dengan semangat baru pula. Saya memaksakan diri saya untuk berangkat ke Kota Batu, Malang pada hari Sabtu, 23 Oktober 2010, meskipun badan saya masih sangat lelah sehabis pentas untuk Seminar Nasional di Kampus B Unair. Saya segera mempersiapkan motor saya yang memang sudah sengaja saya cuci pada pagi hari dan saya servis 3 hari sebelumnya. Setelah semuanya siap, saya segera berangkat menuju ke Pom Bensin Shell terdekat. Saya sengaja melewati daerah Bratang yang selalu macet pada sore hari. Begitu memperoleh Shell Super seharga Rp 6.900,00 per liter, saya segera membeli minuman wajib touring saya : Mizone, dan segera berangkat menuju ke Malang. Awalnya motor tidak saya pacu secara berlebihan karena jalanan ramai. Namun, tanpa sadar, perjalanan saya dari Shell ke Porong hanya memakan waktu 45 menit, sebuah catatan waktu yang cukup cepat mengingat biasanya dari bratang ke Bungurasih saja harus memakan waktu 45 menit. Kemudian perjalanan saya lanjutkan. Kali ini dapur pacu motor saya benar-benar saya pacu sekuat tenaga. Mulai dari Porong hingga Kejapanan, saya sangat jarang berada di aspal. Saya selalu berada di luar badan jalan untuk lebih mempercepat waktu meskipun resikonya shock dan body motor saya menjadi cepat rusak. Perjalanan berlanjut terus hingga lepas Kejapanan. Tidak ada kendaraan lain yang membarengi saya. Hanya 1 Satria FU yang sejak tadi 'menthel-menthel' dan ngajak balapan. Jelas saya tidak berani, namun tetap saya nekati meskipun pada akhirnya mesin saya tak mampu naik lebih tinggi lagi. Sampai hampir Pandaan, Satria tadi belok ke kiri. Artinya saya jalan sendirian. Ternyata, begitu lepas Pandaan, ada motor Jupiter Z New minta dilayani. Akhirnya saya layani hanya dengan gear 3 saja. Kondisi jalan saat itu menanjak secara terus-menerus. Sehingga cukup boros bensin memang. Dan satu lagi yang membuat perjalanan saya cukup terganggu. Ada trouble pada mesin motor. Biasanya tarikannya pada gear 3 sangat baik. Namun, kali ini sangat buruk. Hipotesa saya adalah adanya kesalahan pada setting klep kalau tidak setelan karburatornya. Juga entah ada masalah apa lagi pada mesin, seharusnya menggunakan Shell menjadi lebih hemat. Ternyata sangat boros sekali. Saya mengisi Shell di Surabaya Rp 20.000. Kemudian mengisi premium di Kota Batu Rp 5.000. Artinya sekali jalan sudah habis Rp 25.000. Saya kemudian sampai di tempat retret di Oro Oro Ombo jam 17.25. Perjalanan memakan waktu hampir 2 jam 30 menit. Itu sudah termasuk nyasar di Batu dan hampir mengambil jalan ke arah Pare, Kediri.
Minggu, 24 Oktober 2010 adalah waktu untuk pulang ke Surabaya. Masih bersama Supra X 125 D tahun 2005 AB 4546 DQ. Saya sebelum berangkat ke Malang sudah berjanji pada Bunda Maria untuk sekedar mampir di Tumpang, Malang untuk berdoa. Sebelum melakukan perjalanan ke Tumpang, saya dan teman-teman saya mampir ke Toko Susu Ganesha di Alun-Alun Kota Batu untuk mencicipi susu asli dari Kota Batu. Setelah dirasa cukup, saya memutuskan untuk langsung ke Tumpang, sementara teman-teman saya yang lain masih akan jajan di Sate Kelinci Hot Plate dan langsung balik ke Surabaya. Saya tidak tahu persis arah jalan ke Tumpang. Yang saya ingat hanya pokoknya masuk ke kota Malang dulu, nanti tanya lagi. Sampai di pertigaan Jalan Gajayana dan Jalan Dinoyo, saya bertanya pada Pak Polisi. Dan setelah ditunjukkan jalannya, saya segera bergegas sebelum hujan kembali turun. Ternyata benar. Belum sampai Tumpang, hujan sudah mengguyur. Apesnya lagi, jas hujan saya diambil oleh tukang sampah di rumah retret di Batu karena dikira sampah. Sehingga, saya tidak membawa jas hujan sama sekali. Akhirnya, saya memutuskan untuk membeli jas hujan, daripada basah di jalan. Setelah menggunakan jas hujan seperlunya, perjalanan dilanjut lagi. Perjalanan saya hampir menemui satu titik keputusasaan. Saya tidak kunjung menemukan jalan ke arah Ngadireso, Tumpang. Saya sudah masuk ke kecamatan lain. Saya sudah bicara kepada Bunda Maria "Kalau Engkau tidak mengizinkan aku untuk bisa melihat sekilas rumah-Mu di Tumpang, aku akan kembali ke Surabaya saja." Ternyata Bunda Maria mengizinkan saya untuk tetap ke Tumpang. Begitu diberi petunjuk oleh warga sekitar, saya segera menemukan jalan ke arah Tumpang. Dan kurang dari 15 menit kemudian, saya sudah berada di depan Goa Maria di kompleks Pertapaan Karmel.
Setelah berdoa, niat hati ingin berkunjung sekalian ke Goa Maria Retno Adi. Namun, ternyata ada kabar bahwa jalan dari Pertapaan ke Tumpang sangatlah rawan karena sering terjadi motor hilang (dan memang benar. Mungkin Malang adalah satu-satunya kota di Indonesia dengan tingkat kemalingan sangat tinggi. Tetangga saudara saya saja di Daerah Jl Gajayana Malang, motornya sudah dikunci stang, plus key shutter. Eh, masih bisa hilangg juga ternyata), akhirnya saya memutuskan untuk sesegera mungkin kembali ke Surabaya. Setelah persiapan cukup, saya kembali ke Surabaya. Perjalanan dari Pertapaan ke Kota Malang sangat cepat. Hanya sekitar 15 menit saja. Kemudian, perjalanan saya kembali ke Surabaya ini saya lakukan secepat-cepatnya dalam tempo sesingkat-singkatnya. Motor saya juga sudah agak enakan karena di rumah retret sudah saya stel sedikit bagian karburatornya. Begitu masuk jalan utama Malang-Surabaya, segera saya gas pol-polan motor saya. Sebelum berlanjut, saya memutuskan untuk membeli bensin di daerah Bentoel. Setelah fueltank, saya melanjutkan perjalanan. Kecepatan saya yan g saya amati tidak pernah lepas dari 80 km/j. Justru lebih sering melaju antara 105-120 km/jam. Jalanan sepi, namun banyak mobil, bus malam, dan truck di kanan kiri jalan. Sehingga keadaan ini memaksa saya untuk agak zigzag, namun dengan zig zag yang halus dan tidak patah. Sampai setelah Pandaan, keadaan memaksa saya untuk mampir kencing. Setelah puas, perjalanan saya lanjutkan. Setibanya di Japanan, keadaan kembali memaksa saya untuk tidak menikmati aspal halus. Sejak dari Japanan hingga setelah Porong, lagi-lagi saya harus keluar badan jalan untuk mempercepat waktu tempuh dan mengejar teman-teman yang sudah pulang lebih dahulu. Perjalanan mulai masuk Sidoarjo kembali saya lakukan cukup awur-awuran. Kecepatan memang tidak lebih dari 100 km/j. Tapi, zigzag kali ini sangat patah agar bisa masuk ke celah-celah kecil karena kondisi jalan sangat ramai. Ditambah ada pesaing tambahan dari Honda GL Pro, Yamaha Jupiter Z yang ngowos dan habis di gear 3, dan pesaing terberat Yamaha Jupiter MX angkatan 2009. Yang MX ini berat karena dari tahun sudah tidak seimbang. Dari pengamatan yang saya coba simpulkan, Supra X kalah di ratio gear 3 dengan MX. Seandainya gear 3 lebih baik, pasti bisa menyusul. Tapi, untuk top speed masih unggul Supra X 125. Perjalanan saya lakukan dengan kejar-kejaran bersama 3 motor ini. Tak terasa sudah masuk daerah CITO (City Of Tomorrow). Karena sudah masuk Surabaya, saya semakin mengegas motor saya. Saya memilih jalan memutar di depan TP (Tunjungan Plaza) karena lebih mudah dan lebih dekat. Tak lama kemudian, saya sampai di depan gedung FK. Ternyata masih ada 3 teman saya yang menunggu jemputan. Setelah melihat jam, ternyata perjalanan dari Arjosari hingga depan kampus FK unair, memerlukan waktu 1 jam 30 menit dengan speed yang sedemikian rupa.
Tentu ini perjalanan yang sangat mengesan bagi saya karena selain saya lakukan sendiri, kecepatan yang saya capai melebihi batas normal biasanya ketika sedang touring luar kota. Biasanya maksimal 100 km/j. Mungkin suatu waktu jika ada kesempatan lain, saya akan melakukan sebuah perjalanan yang menyenangkan lainnya bersama Supra X 125 D Tourino AB 4546 DQ...

Kamis, 21 Oktober 2010

PO SUMBER KENCONO

Dari Jogja akan ke Surabaya paling cepet naek apa yak?
Setidaknya itu kalimat yang sellalu dilontarkan teman-teman saya ketika akan pergi ke Surabaya. Maka, saya dengan tegas dan pasti menjawab 'Sumber Kencono'. Bukan maksud saya untuk mencelakakan teman-teman saya dengan menumpang bus ini.Sudah merupakan rahasia umum jika bus ini lebih dipandang sebelah mata karena jalannya yang sering dianggap ugal-ugalan dan tidak aturan. Sejujurnya, semenjak saya mengenal bus ini, saya merasa lebih nyaman menggunakanbus ini, meskipun hanya kelas ekonomi dan paling banter ekonomi AC. Sumber Kencono memiliki tingkat kenyamanan yang lebih dibandingkan dengan bus lain dengan arah yang sama dan aura yang sangat menyenangkan.
Bus yang dimiliki Sumber Kencono sangat jelas nyaman. Dengan mesin Hino AK 8 dan didesain dengan flat deck, sehingga tidak ada tonjolan mesin di bagian depan, juga dengan kursi dengan sudut kemiringan yang sangat nyaman dan sangat pas untuk perjalanan jauh. Tidak membuat pegal dan enak untu
k dipakai tidur, maupun melek menikmati perjalanan. Juga TV LCD 21 Inch pada PO Sumber Kencono AC Ekonomi. Karoseri yang digunakan adalah Karoseri Laksana Ungaran. Sebuah karoseri yang memiliki image kuat sebagai karoseri
yang tetap anteng dan stabil jika dibawa ngebut sekalipun. Maka dari itu, jangan khawatir bila PO Sumber Kencono berjalan dengan sengebut-ngebutnya, tidak akan ada masalah berkaitan dengan keseimbangan bus dan kenyamanan penumpang.
Ciri khasnya adalah kaca depan terdapat pembatas di tengah yang membatasi kaca menjadi 2 bagian. Tujuannya katanya kalau kecelakaan dan pecah kaca tidak perlu mengganti mahal. Yang kedua yang menja
di ciri khas adalah adanya lampu taxi di bagian atas depan bus bertuliskan Sumber Kencono. Penampilannya garang dan siap menghadang para driver 'sok-sok'an yang baru belajar kemarin sore sudah berani bawa mobil dan motor di jalur luar kota.
Image bahwa kalau
naik Sumber Kencono sama dengan setor nyawa di kalangan masyarakat adalah TIDAK BENAR dan hanya sebuah komentar yang TIDAK BERDASARKAN FAKTA dan waton ngomong.
Nyatanya, selama hampir 7 tahun ini, saya selalu mengandalkan jasa PO Sumber Kencono baik untuk jarak dekat (Jogja-Solo, Jogja-Madiun) maupun jarak jauh (Surabaya-Jogja) saya tetap baik-baik saja dan tubuh saya tetap utuh seperti sedia kala. Maka, jangan komentar sebelum merasakan dan mengalami semuanya sendiri.
Sedangkan anggapan bahwa PO Sumber Kencono selalu salah jika menabrak sepeda motor di jalan, saya ingin mengajak Anda untuk membawa mobil sendiri melewati jalur sepanjang Bungurasih (Surabaya)-Mojoagung, Nganjuk-Saradan, dan Caruban-Sragen. Yang terjadi Anda menjadi tergila-gila karena pengendara sepeda motor di daerah itu sangat ngawur dalam hal berkendaranya. Image daerah ini banyak pengendara sepeda motor yang ngawur sudah menjadi rahasia umum bagi setiap sopir antar kota yang sering melewati daerah ini. Jadi, jangan selalu salahkan bus.
Pilihan model dan fasilitas? Ada yang kelas ekonomi full angin cendelo. Dengan mesin AK lama dan AK 8 yang terbaru. Untuk AK 8 speed yang pernah tercapai adalah hampir 130 km/j di Jalan Solo saat tengah malam. Untuk AK lama kurang tahu karena rata-rata speedo sudah mati. Karoseri yang tersedia adalah Laksana Comfort, Laksana Sprinter, Laksana Panorama DX, Laksana Panorama II dan III (sepertinya armada ini sudah tidak jalan lagi), dan Laksana khusus Sumber Kencono. Ada juga yang bermesin Dong Feng keluaran Cina. Untuk speed boleh juga. Untuk mencapai 120 km/j hanya butuh beberapa detik saja, tidak sampai 4 menit. Untuk mesin Dong Feng ini hanya dijalankan ketika musim liburan.
Sedangkan untuk Ekonomi AC atau sering disebut ATB, terdapat karoseri Laksana Nucleus, Laksana Nucleus 3, dan Laksana Legacy. Untuk interior paling mewah masih dipegang oleh Laksana Legacy, dengan LCD 21 Inch dan lampu yang romantis menambah nyaman perjalanan. Bermesin Hino AK 8, namun larinya masih kalah dengan yang non AC karena mesin terbeban AC.
Tarif? Jangan tanya kalau ini tarif termurah dan lebih murah dari transportasi apapun dilihat dari fasilitasnya. Cukup Rp 38.000,00 tanpa KL (kartu Langganan) dan Rp 34.000,00 dengan Kartu Langganan. Tarif paling murah untuk transportasi ke Surabaya saat ini adalah kereta api dengan tarif ekonomi Rp 28.000,00. Tapi, lihat dulu fasilitasnya. Sumber Kencono sudah ber AC, ada LCD nya, pengamen jarang ada yang masuk, Kru yang ramah, dan tarif yang sesuai. Jadi, buat apa takut dan tidak mau naik Sumber Kencono?

SENJA BERGANTI

Senja segera berganti malam
Malam segera berganti hari
Dan hari selalu kan beranjak terang

Saatnya ku bangun pagi
Tuk bersiap lalui hari
Dengan rasa sepi di hati

Karmen, 221010

ADA WARUNG DI CILIWUNG


Masih teringat dalam benak saya ketika melakukan perjalanan Anyer-Panarukan untuk melaksanakan nadar saya apabila bisa naik kelas ke kelas XI SMA. Ketika itu masih tahun 2008. Saya menyempatkan diri untuk sekedar lewat kota Surabaya. Dan untuk pertama kalinya juga saya masuk kota Surabaya. Saya naik bus kota Patas menuju ke Tanjung Perak. Kemudian kembali lagi ke arah dalam kota Surabaya. Seingat saya, Jalan Darmo waktu itu sangat teduh. Banyak sekali pepohonan dan untuk menyeberangi ruas Jalan Darmo itu sangat mudah.
Masih teringat kala itu, saya dan teman saya yang turut serta dalam perjalanan singkat ini merasa sangat lapar. Karena baru pagi itu kami tiba di Surabaya setelah melakukan perjalanan dari Bandung dengan menggunakan bus Pahala Kencana. Kami berjalan dan memasuki sebuah jalan cabang dari jalan Darmo. Kami melihat ada sebuah warung dengan prospek cerah yang bisa kami tempati untuk sekedar melepas rasa lapar dan dahaga. Terletak di pinggir Jalan Ciliwung, belok ke kiri dari Jalan Darmo ke arah Jalan Diponegoro.
Segera dua gelas es jeruk, satu porsi pecel madiun lauk telur, tempe goreng dan 2 potong kerupuk saya pesan. Saya makan dengan sangat lahap. Apalagi yang ada di warung itu rasanya benar-benar khas Jawa Timur : ASIIIINNNN!!!! Namun, memang lauk paling enak adalah LAPAR. Tapi, jujur makanan yang saya santap ini ternyata sangat enak juga.
Tibalah waktunya untuk membayar. Saya menyebutkan semua yang saya pesan. Dan saya terkaget ketika semuanya hanya habis Rp 12.000 untuk semua yang saya pesan. Saya benar-benar terkejut dengan kemurahan makanan ini, apalagi warung yang sangat kecil ini terletak di tengah gedung perkantoran yang cukup megah dan jalan protokol yang cukup terkenal di Surabaya. Kemudian, ketika saya kembali kepada masa kini saat saya berdiri di Surabaya dan telah merasakan Surabaya selama 4 bulan, saya kembali merindukan warung kecil di tengah hedonisme itu. Masihkah warung itu berdiri dengan tegap di tengah gemerlapnya dunia metropolitan yang serba glamour dan serba mahal???

SECUIL TROTOAR SURABAYA

Siang hari tanggal 20 Oktober 2010 merupakan siang dengan panas yang tidak terlalu menyengat. Sejak tadi saya keluar dari gerbang FKG Unair, tempat saya menempuh ilmu dan terpaksa mengalami banyak hal, saya melihat ada banyak sepeda motor dengan membawa umbul-umbul, spanduk, atau apalah yang mencerminkan sebuah demonstrasi. Saya acuh dengan hal itu.
Saya terus berjalan keluar FKG, belok ke kanan dan naik ke jembatan penyeberangan. Perasaan aman dan nyaman melingkupi diri saya saat itu. Jalan di bawah jembatan penyeberangan (Jl Prof Moestopo) sangat ramai siang itu. Menunggu 10 menit saja belum tentu bisa menyeberang. Perasaan aman lebih terasa lagi di atas jembatan penyeberangan karena di jembatan ini sudah ada CCTV nya yang bisa menjamin keamanan dan keselamatan pejalan kaki. Saya merasa, ini sebuah hal yang baik di sebuah kota yang sudah metropolitan, namun sebenarnya baru beranjak menuju ke metropolitan ini.
Saya berjalan terus menyusuri trotoar RSU Dr Soetomo ke arah barat, kemudian ke arah selatan karena tujuan saya saat itu adalah Jl. Dharmawangsa. Saya merasa cukup nyaman. Akses trotoar yang dibuat indah dan rapi, terkesan masih baru. Juga beberapa pohon perindang yang terkesan dipaksakan, meskipun masih terlihat cukup gersang dan terasa panas, namun cukup membuat teduh.
Rasa nyaman saya kembali hilang dan merasa sama di kota-kota lainnya ketika mulai masuk ke trotoar di Jl Dharmawangsa. Ada becak yang nangkring di atas trotoar, ada lapak pedagang, ada juga taksi, ada juga orang nongkrong sehingga menutupi trotoar. Lebih parah lagi ketika melewati pertigaan Jl Airlangga. Menyeberang ke arah barat sangat susah. Motor tidak bisa diprediksi. Awalnya ngerem, tiba-tiba kok ngegas. Niatnya tidak ikhlas memberikan jalan pada pejalan kaki. Ditambah lagi yang sangat membuat ironis, trotoar yang sedemikian lebarnya dan bagusnya tidak lagi hanya untuk mendirikan lapak. Melainkan untuk tempat parkir sepeda motor, dengan tukang parkir. Dahsyat!!
Sebuah kesan yang ironis muncul dari mulut saya. Di tengah kemegahan gedung bertingkat dengan arsitektur yang menawan, ternyata aspek-aspek dan hak-hak pejalan kaki ditinggalkan begitu saja. Sebagai warga baru, saya sempat mengamati bahwa pengguna jalan di sekitar RSU adalah mahasiswa Universitas Airlangga yang ngekos atau tinggal di dekat daerah tersebut. Bahkan ada beberapa mahasiswa yang kos-kosannya hanya di belakang kampus, tapi ke kampusnya bawa mobil. "Panas!" katanya.
Nah, seandainya pemerintah kota Surabaya bermurah hati sedikit saja, dengan memberikan kesempatan kepada pedestrian, terutama sarana perindang trotoar (pepohonan menahun atau tanaman menjalar), pasti yang kos-kosannya dekat akan lebih memilih untuk berjalan kaki. Dan semakin banyaknya orang berjalan kaki, maka jumlah kendaraan di jalan raya akan menjadi semakin sedikit. Efek jangka panjangnya adalah mengurangi kemacetan.
Seandainya memang rencana perbaikan sarana dan penambahan sarana peneduhan ini, maka akan membawa dampak yang positif bagi perkembangan lalu lintas di Surabaya. Dan fasilitas yang ada saat ini bukannya suatu hal yang mubazir. Melainkan merupakan sebuah kebanggaan tersendiri yang perlu dirawat dan dikembangkan demi kepentingan orang banyak.

Senin, 18 Oktober 2010

Wonogiri Aku Kan Kembali


Kenangan beralih ke 2 tahun yang lalu, kala senja memisahkan Wonogiri dan Jogjakarta, dengan sebuah bis mini dan sepotong kenangan cerita akan kehidupan murni pedesaan.
Sebuah pelajaran yang takkan didapatkan di kota manapun. Perjalanan bisa ditempuh melalui Kota Solo ke arah selatan, maupun melalui Wonosari ke arah timur, arah Pacitan. 3 jam dari kota Solo dan 2 jam dari Wonosari. Bukan sebuah kota yang besar dan ber mall banyak, melainkan sebuah padang tandus dengan tanaman yang bisa dibilang cukup menghijau, dengan beberapa rumah khas pedesaan yang menjadi ciri khas daerah selatan Pulau Jawa. Jalan yang ada di sana bukanlah jalan hotmix yang sangat halus, seperti yang pernah diidam-idamkan melalu JJLS (Jalur Jalan Lintas Selatan). Jalan yang ada justru hotmix yang sudah ada mungkin sejak jaman Orde Baru dan hingga kini hanya ditambal sulam, menyebabkan jalan bergelombang parah.
Tempatku ini memang masuk cukup jauh dari jalan aspal utama Pracimantoro-Baturetno. Sekitar satu kilometer, mepet dengan Bengawan Solo. Sebuah dusun dengan rumah yang agak berjauhan. Setidaknya ada jarak 10 meter antar rumah, namun tidak ada jarak yang membatasi warga-warganya untuk terus berkomunikasi satu sama lain.
Banyak nilai yang ditanamkan di sana. Salah satunya adalah bagaimana menjalin relasi dan berkomunikasi. Di sana informasi dapat dengan sangat cepat beredar meskipun antar rumah sangat berjauhan. Teknologinya kalah dengan penyebaran informasi melalui SMS. Tiap tingkah laku yang dilakukan akan langsung diketahui oleh seluruh warga masyarakat sebagai imbas dari jaringan komunikasi yang sangat baik dan kuat. Yang membuat banyak orang kota merasa kikuk adalah bahwa kebiasaan main ke rumah teman bisa jadi membuat malu diri sendiri. Suatu ketika, saya bertandang ke rumah live in teman saya yang ada di seberang rumah saya. Saya pergi kesitu karena diundang oleh teman saya. Di tempat itu saya disuguhi berbagai makanan dan tentunya sambil menonton TV. Tiba-tiba saya dipanggil ibu angkat saya. Sampai di rumah, ibu angkat mengatakan bahwa hal tersebut sangat memalukan. Itu artinya sama saja meminta makanan kepada tetangga. Inilah pelajaran yang tidak diperoleh melalui kehidupan di kota maupun melalui pendidikan formal. Anak muda jaman sekarang dengan ringan dan enaknya pergi ke rumah temannya untuk sekedar minta makanan tanpa basa-basi.
Banyak sekali pelajaran yang saya dapat. Apa yang belum pernah kualami, aku alami sendiri di tempat itu. Membawa seikat daun hasil 'ngarit' dengan sepeda dan dipanggul. Merawat ladang yang ditumbuhi banyak tanaman liar, dan merasakan suasana desa yang penuh dengan keramahan dan senyuman antar warganya.
Satu yang sangat tidak akan pernah dilupakan ketika bertandang ke Wonogiri. Ketika berjalan menyusuri jalan desa, satu yang akan mereka katakan pada kita :
"Monggo Mas, mampir rumiyin. Nge-teh rumiyin Mas." (Mari mas, mampir dulu. Minum teh dulu)
Dan itu semua dilaksanakan secara tulus ikhlas dan gratis ketika kita benar-benar masuk ke rumahnya, sekalipun kita orang asing yang baru saja datang ke tempat itu. Sungguh suatu ikatan persaudaraan di pedesaan yang benar-benar layak dirindukan. Bagaimana di kota? Boro-boro bilang "Mampir Mas", yang ada kita justru diusir oleh gongongan anjing galak yang memang telah sengaja disiapkan agar tidak ada orang yang sudi mampir.

Jatuh

Aku terjatuh
Dalam jurang keterpurukan
Aku memang tak sendiri
Aku bersama kawanku yang lain

Aku tak mau terus terpuruk begini
Inginku bangun dan rengkuh lagi masa depanku
Aku ingin terbangun dari smua mimpi burukku
Dan kembali berjuang
Meretas masa depan harapan.

GEREJA BAGAIKAN MALL

Itulah 3 kata yang pas untuk menggambarkan gereja Katolik yang ada di Surabaya. Memang jumlah gereja yang ada di sini sangatlah sedikit. Saya baru melihat ada 4 gereja Katolik (Gereja Vincent A Paulo, Gereja Hati Kudus Yesus Katedral, Gereja Kristus Raja, dan Gereja Ngagel). Kesemuanya memiliki arsitektur yang khas, aura yang khas, dan letak yang berjauhan. Sedikit berbeda ketika berkunjung ke Jogja. Dari Monumen Jogja Kembali saja, berjalan ke selatan 200 meter sudah menemukan gereja (Gereja Santo Alfonsus Nandan). Ke selatan lagi 3 km akan menemukan Gereja St Albertus Magnus Jetis. Lebih ke selatan lagi, lalu ke timur sedikit akan menemui Gereja St Antonius Kotabaru. Malioboro ke selatan lagi-lagi ditemui gereja Kidul Lodji. Jika dari sebuah gereja ditarik garis lurus hingga 7 km ke segala arah, maka setidaknya dalam radius tersebut dapat ditemui setidaknya 7 gereja. Namun, arsitek dan aura gereja di Jogja sepertinya biasa-biasa saja, namun kekentalan persaudaraan antar umatnya begitu terasa. Berikut ini adalah ulasan gereja-gereja di Surabaya

Gereja Kristus Raja Tambaksari

Sebuah gereja yang tidak terlalu besar sebenarnya. Dengan arsitektur yang cukup megah dan dilengkapi dengan Air Conditioner (AC) untuk menambah nyaman para umat yang tengah berdoa. Gereja ini memiliki Pastor dari ordo CM. Misa diadakan setiap hari pukul 05.00 dan sore pukul 18.00. Untuk hari Sabtu, misa mingguan diadakan pukul 17.00. Untuk hari Minggu diadakan 5 kali misa. Pukul 05.00, 07.00, 09.00, 16.00, 18.00. Selain sebuah gereja yang megah, di samping gereja terdapat juga sebuah Goa Maria yang indah dan teduh, serta sebuah toko buku milik gereja yang menjual berbagai perlengkapan doa.

Gereja Ngagel Jaya

Gereja ini adalah gereja paroki yang bisa dikatakan cukup megah. Bangunannya baru dengan arsitektur yang unik namun indah. Gedungnya tidak terlalu besar dan memiliki ciri khas sebagai sebuah gereja milik ordo Projo (Diosesan), ruangan yang besar dan cenderung mengotak. Sama seperti gereja yang lain, gereja ini sudah menggunakan AC. Uniknya, terdapat sebuah rumah makan kelas hotel berbintang di samping gereja yang masih menjadi satu kompleks dengan gereja. Ada juga perpustakaan, toko buku gereja, dan ruang serbaguna. Bagi pecinta ibadat Taize, di gereja ini kadang-kadang diadakan ibadat taize di ruang pertemuan. Untuk misa harian biasa dilakukan pukul 05.15 dan 06.00 dan sore hari pukul 18.00.

Gereja Katedral Hati Kudus Yesus

Sebuah arsitektur yang sangat mewah, megah, dan menawan. Jika dari luar tidak akan nampak. Tapi ketika sudah menilik ke dalam pasti akan terkesima. Merupakan pusat pemerintahan Keuskupan Surabaya. Misa biasanya dipimpin oleh romo Pr, SVD, dan CM (karena memang ketiga ordo itu yang ada di Surabaya). Terdapat toko buku gereja yang tergolong paling lengkap diantara gereja lainnya, terdapat juga rumah makan atau cafe mini. Aura dari gereja ini sangat terasa. Megah dan perkasa seperti Yesus sendiri. Gereja Katedral ini berada di Jl Polisi Istimewa, tepat di samping SMA St Louis, dan berada satu komplek dengan panti romo-romo SVD. Untuk misa harian diadakan pukul 05.15 dan 06.00, serta sore hari pukul 18.00.

Minggu, 17 Oktober 2010

BANCI KRITIS

Image yang muncul pertama kali adalah sesosok banci (bisa diartikan waria, atau mungkin orang mengartikan kata 'banci' sebagai seseorang yang memiliki mental lemah) yang sudah sangat parah. Namun bukan itu maksud dari tulisan ini.
BaNCi Kritis adalah sebuah sikap yang perlu dilaksanakan dalam membaca setiap jenis karya tulis. Baik itu opini, cerpen, puisi, artikel, dll. BaNCi Kritis sendiri adalah kependekan dari Baca, Nikmati, Cermati, dan Kritisi. Dengan membaca, kita menjadi lebih tahu. Dari tidak tahu menjadi tahu, dari tahu menjadi lebih mengerti, dari mengerti menjadi lebih mendalami. Artinya, dengan membaca, kita akan menjadi pribadi X+1, artinya selalu memiliki kelebihan dibanding dengan pribadi yang lainnya.
Nikmati. Seperti ketika sedang memakan makanan yang sangat enak, namun porsinya sangat sedikit. Begitu juga dengan membaca. Nikmati isinya. Menikmati artinya merasakan dengan hati yang terdalam. Dengan ini, maka esensi dari tulisan dan emosi dari penulis akan lebih terasa di hati. Dan dengan ini pula, harapan penulis agar pesannya melalui tulisan tersebut bisa tercapai. Anggaplah membaca sebuah tulisan itu sama dengan ketika kita menikmati sebuah minuman atau makanan yang sangat lezat.
Cermati. Adalah proses mencermati. Bisa jadi mencermati idealisme/ciri khas penulis, maksud penulis, termasuk dalam golongan apa tulisan tersebut, atau bahkan mencermati penulisan-penulisan yang salah. Dengan mencermati ini akan melatih ketajaman otak dan hari. Karena dengan mencermati, kita bisa menjadi lebih mendalami dan memahami.
Kritisi. Mengkritisi tulisan yang telah dibaca. Setiap tulisan yang ditulis dengan baik pasti berguna. Tulisan akan menjadi sampah (atau HOAX bagi kalangan kaskuser) tatkala tulisan itu tidak berguna dan tidak ada esensinya sama sekali (bisa jadi kebohongan belaka, sangat menyudutkan satu pihak, atau bahkan hanya berisi ejekan-ejekan tidak penting lengkap dengan bahasa yang sangat alay, berbelit-belit dan tidak bertujuan).
Jadi, sekarang sudah saatnya bahwa generasi muda bukanlah lagi generasi penerus. Melainkan, generasi muda saat ini harus mampu menjadi Generasi Pembaharu. Mari, biasakan sikap BaNCi Kritis ini untuk meningkatkan sikap kritis masyarakat dalam kehidupan sehari-hari.

MALL BARU KEMACETAN BARU

Grand City, sebuah Mall bergengsi dan ruang pertemuan berkelas internasional baru saja dibuka beberapa minggu lalu. Mall yang sangat megah ini berada tepat di samping Stasiun Surabaya Gubeng.
Bisa dibilang baru beberapa hari dibuka saja sudah menimbulkan kemacetan. Arus lalu lintas menjadi kacau karena akses masuk berada tepat diujung persimpangan sebuah pertigaan. Lagi-lagi yang menjadi dampaknya adalah kemacetan di pintu masuk. Dimana kemacetan ini akan membuat akses pengendara kendaraan bermotor dari simpang arah utara yang ingin bergerak ke arah selatan (Surabaya Plaza, Plaza Mandiri) menjadi kesulitan karena harus memotong antrian mobil yang ingin masuk ke Grand City. Problemanya saat ini adalah bagaimana mengatur lalulintas di sekitar Mall agar tidak terjadi kemacetan.
Hal serupa tidak hanya terjadi di Surabaya, sebagai sebuah kota Metropolitan kedua di Indonesia yang kini tengah memantabkan posisinya di dunia perdagangan. Peristiwa ini pernah terjadi di Yogyakarta, dan sampai saat ini masalah belum terselesaikan. Ada tiga kasus di Yogyakarta yang selalu menjadi pengamatan mata saya. Yang pertama adalah Malioboro Mall, yang kedua adalah Ambarrukmo Plaza, dan ketiga adalah Saphir Square.
Untuk kasus pertama, ini terjadi sudah sejak jaman baheula. Ketika itu suasana belum semacet sekarang ini. Sekarang kemacetan merajalela, terutama ketika masuk Jalan Malioboro dari Hotel Inna Garuda hingga selatan Malioboro Mall. Kemacetan di tempat ini penyebabnya bermacam-macam. Mulai dari banyaknya penyeberang jalan yang serampangan, taxi yang berhenti sekehendaknya, hingga mobil yang antri masuk ke parkir basement karena parkir penuh.
Kasus yang kedua baru mencuat tahun 2006, awal mula Ambarrukmo Plaza didirikan. Problema yang ditakutkan kala itu adalah masalah limbah. Namun, sudah ada penyelesaian dari pihak plaza. Masalah yang timbul saat ini adalah kemacetan. Hanya ada 3 permasalahan saja. Yakni kesemrawutan parkiran dan pengaturan lalu lintas keluar dari Plaza dan juga ada banyak sekali orang yang menyeberang (dari catatan saya dan pengalaman saya, jika menyeberang di depan Plaza Ambarrukmo perlu siap-siap untuk mati karena kendaraan yang lewat di jalan tersebut melaju dengan sangat kencang dan jarang ada yang rela mengalah). Apalagi Ambarrukmo Plaza ini memang berada di jalur protokol yang sangat ramai.
Yang ketiga adalah Saphir Square. Awal mulanya tidak terlalu ramai. Problem yang muncul adalah masalah parkiran yang mudah penuh, sehingga sering terjadi antrian mobil di pintu masuk dan keluar. Apalagi jarak mall ini hanya lebih kurang 100 meter dari lampu lalulintas. Tentu ini sangat mengganggu.
Dari sekian kasus diatas, maka perlu ditilik lagi kesiapan lalulintas tempat mall berdiri lengkap dengan prediksi jangka panjangnya. Jangan sampai pendirian mall bukannya menjadi sarana perdagangan yang dapat meningkatkan omzet pendapatan daerah, melainkan menjadi sumber kemacetan daerah. Perlu dilihat lagi kapasitas parkir dan perkiraan pengunjung. Juga perlu ditilik lagi lokasi pintu masuk dan keluar. Apakah sudah ada di tempat yang strategis dan sukar menimbulkan kemacetan, atau misalkan sekalian saja tidak boleh didirikan mall dengan alasan mengikutsertakan segala keburukan mall. Untuk statement terakhir bisa dicontoh Kabupaten Bantul, DIY yang melarang didirikannya mall maupun swalayan (terbukti sampai sekarang di Bantul tidak ada yang namanya mall). Atau mungkin juga solusi bagi penyeberang jalan adalah dengan membuat underpass maupun jembatan penyeberangan, sehingga pengunjung yang berjalan kaki merasa aman dan nyaman. Semuanya adalah tergantung pemerintah dalam menyikapinya dan bagaimana masyarakat menjalankannya dengan penuh kesadaran.

Sabtu, 16 Oktober 2010

PERHATIAN UNTUK PBL KELOMPOK 3!!!

Teman-teman PBL Kelompok B ruang 3, dimohon PERHATIKAN pengumuman ini!!!

Berhubung waktu pengumpulan makalah PBL semakin dekat, maka teman-teman diminta untuk:

1. - Bekerja efektif dan efisien

2. - Berpikir efisien, tapi tetap kritis

3. - Satu pandangan

4. - Kerja keras

Semuanya perlu dilakukan agar makalah PBL bisa selesai tepat waktu. Maka dari itu, diingatkan kembali tugas2 nya :

1. 1. Ridhia, Nadiah, Nia (Diabetes Mellitus)

2. 2. Susila, Doni, Nenda (Periodontitis)

3. 3. Ivy, Bela, Laili (Oral Higiene, Karang Gigi, Gingivitis)

4. 4. Adi, Tika, Fahmi (Mekanisme Gigi Goyang)

Diwajibkan mencari sumber valid (bisa berupa jurnal, atau apapun lah) dalam bahasa Inggris. Disusun sedemikian rupa sehingga dapat menjadi Tinjauan Pustaka (misal u/ diabetes, dirunut arti katanya, bagaimana timbulnya, gejalanya, hingga mungkin cara mengobatinya). Silakan diusahakan sebanyak2 nya. Tiap kelompok mengumpulkan 1 soft copy saja yang sudah siap copy paste ke makalah. Jadi, jangan mentahan. Harus sudah diolah (jangan masih dalam bentuk jurnal). Dikumpul tanggal 19 Okt 10, saat PBL. Bagi yang membutuhkan kerja kelompok, maksimalkan hari Senin. Selasa pas PBL, semua tinjauan pustaka harus FIX.

Untuk hari Selasa, akan diadakan pemantapan Mind Mapping, karena dimungkinkan ada tambahan setelah kuliah pakar kemaren (untuk sesi ini Cuma 20 menit, mohon dipersiapkan dari rumah bagi yang ingin menambah). Kemudian, akan dilanjutkan dengan pembahasan inti masalah sekaligus penarikan kesimpulan (perkiraan 1,5 jam). Dimohon teman-teman mempersiapkan semuanya dari rumah. Sehingga proses bisa berjalan efektif dan efisien. Harap ON TIME hadir di RUANG PBL

Masih hari Selasa, sisa waktu 10 menit akan digunakan untuk pembagian kelompok khusus bagian Power Point dan kelompok Khusus Makalah. Kelompok Power Point bertugas membuat presentasi ppt semaksimal mungkin, dan kelompok Makalah membuat makalah semaksimal mungkin, sesuai format yang ditentukan. Batas akhir kerja Makalah dan Power Point adalah RABU, 20 OKTOBER 2010 PUKUL 14.00. Setelah itu, akan dilakukan simulasi presentasi. Syukur2 bisa pake Ruang PBL untuk latihan.

Jadi teman-teman, target kita sudah jelas. Mari kita tingkatkan kekompakan kita dan satukan persepsi agar tujuan kita bisa tercapai. AMIIIIN...

Kamis, 14 Oktober 2010

NASI GORENG SAYUR

Anda tentunya bertanya-tanya mengenai nasi goreng sayur ini. Biasanya nasi goreng berisi sayur yang lazim terdapat di nasi goreng. Misalnya sawi dan kubis. Untuk menu yang satu ini benar-benar berbeda.
Awal proses memasak memang sangat mengejutkan dan sangat tidak lazim. Pada umumnya, ketika memasak nasi goreng yang dimasukkan pertama kali adalah bumbu-bumbu, seperti bawang putih, dan loncang. Sementara, cara memasak nasi goreng sayur ini yang pertama kali dimasukkan adalah kubis dan cambah. Kemudian diikuti dengan mie kuning, kemudian satu porsi nasi putih. Baru dimasukkan bumbu halus, satu sendok sambal, dan sedikit kecap. Kemudian diaduk begitu saja sampai benar-benar merata tanpa ada cela sedikitpun. Kemudian, setelah diangkat, mas penjualnya menggoreng telor dadar. Kali ini dengan kreasi yang berbeda lagi. Minyak goreng cukup banyak dan panas. Dengan hanya sedikit saja kocokan telur (tidak ada setengah telur) langsung menjadi sebuah telur dadar yang besar, namun sebenarnya mini. Semuanya dikemas rapi dalam sebuah bungkus kertas pembungkus warna coklat lengkap dengan potongan ayam, acar, dan telur dadar. Harganya? Cuma 7000 rupiah saja.
Nasi Goreng yang seperti ini memang benar-benar unik dan selama ini belum pernah menemukan yang demikian. Apalagi yang kelas menengah kebawah. Bayangkan, nasi goreng yang nikmat dengan kubis, kecambah, mie kuning, ayam suwir, dan telur dadar mini di dalamnya. Lengkap, lezat, nikmat. Dan semuanya hanya ada di Jalan Karang Menjangan Gang 2, Surabaya...

Rabu, 13 Oktober 2010

Demi Masa


Demi Masa
Demi langit dan bumi
Matahari yang menjadi pusat tata surya
Dan demi bulan yang mengitari bumi
Aku berdiam di tempat ini
Untuk memperkaya diriku,
Pro Deo Et Pro Patria!!!